webnovel

21. You are not my woman now

Ben, I'm scared!

Ben, what's wrong with you?

Ben, you're kidding, right?

Ben, don't just stay quiet explain what's up?

Ben, my love! Ben, my love! Ben, my love!

Ben Hanayah Bramatyo!

teriakku dengan intonasi tinggi,

May, sudah melepaskan pelukannya, sial.. sial.. sial.. desisnya... tangannya sudah gemetar, lututnya seakan mau roboh, air matanya berhamburan dari kelopak matanya tanpa permisi... Kegilaan apa yang sedang terjadi sekarang Ben?

Pertanyaan ada apa, kenapa, mengapa, kapan, dimana, siapa sudah tak tahan ingin ku bombardir di telinga pria istimewaku ini!

Tetapi May bertahan dengan menggigit bibir bawahnya sampai perih, yang May tau pasti bibir bawahnya itu luka. Tapi May akan bertahan sampai Ben BICARA titik

Lama May bertahan dalam diam, memandang tajam sosok pria yang membelakanginya, kemudian karena May merasa kakinya sudah gemetar dia lalu mundur, mengambil tempat duduk di sofa tanpa sengaja dia melihat di atas meja tersebut selembar akte lahir bayi 5 tahun lalu. "Elisabeth Bramantyo".

May semakin bingung, Bramantyo apakah ini sepupu Ben dan Wilson ataukah anak haram Tn. Angga,,, tidak mungkin batin May sambil menggelengkan - gelengkan kepalanya.

May bertahan... sabar batinnya...

kadang kala wanita juga hormonnya gak stabil tiba - tiba bersikap aneh, mungkin saja karena peristiwa saya masuk RS tekanan dari klien membuat Ben juga bertindak aneh.

Kalau itu yang terjadi nanti jangan salah saya menciummu sampai tak bisa bernafas Ben, pikirku.

Beberapa kali May menghirup nafas lewat hidung, menghembus lewat mulut untuk menetralisir detak jantungnya yang berpacu dan tetesan keringat yang banyak meski di ruangan ber AC.

Oh... God, apakah aku salah? pikir May, cobalah berpikir keras adakah perbuatanmu yang mengecewakan Ben, jawabnya tidak ada.

Lalu semua ini tentang apa, Ben? batinku menjerit.

Lagi... lagi, air mataku berhamburan... Nafasku seakan - akan tersendat ...

Kenapa kamu menghukum aku dengan diammu my love, bisikku...

Tidakkah kamu ingat, engkaulah pemilik hatiku, jantungku berdetak untukmu,

di dalam desah nafasku ada nama mu, Ben.

Please look at me my love!

Ben... Ben... Ben... come back to me

Ben... Ben... Ben ..sweet heart, come back to me please.

Ben... Ben... Ben... you are my mine... look at me please.

Rayuan yang dulu dibisikkan Ben, saat aku jatuh dalam jurang gelapku. Rayuan itu pula yang aku bisikkan dalam batinku untuk kekasihku, priaku, nafasku, pujaanku, segala - galanya untukku.

Rayuan itupun ku ulang - ulang,

sampai berpuluh - puluh kali,

bahkan beratus - ratus kali.

Bahkan bila perlu beribu - ribu kali.

Tidak jadi masalah bahkan jika harus berjuta - juta kali.

Tapi, semua rayuan itu sia - sia belaka...

Ben, menutup hatinya untuk rayuanku,

bahkan aku sampai pada sebuah kesimpulan mungkin dia tidak menyukai saat matanya menatapku, oleh karena itu dia membelakangiku...

Aku menangis di dalam hatiku,

luka ini lebih sakit daripada apa yang Leon lakukan padaku,

Apa yang Leon lakukan membuat hatiku beku selama lima tahun,

Apa yang Ben, lakukan membuat hatiku beku untuk selamanya.

Mereview perjalanan cintaku dengan Ben, membuatku sampai pada sebuah kesimpulan.

Ben, amazing ternyata kamu actor yang baik bahkan lebih baik dari pada Leon. Saat Leon. berakting saya masih bisa membuktikan kesalahannya berakting. Sedangkan kamu Ben, kamu aktor terbaik...

Kamu berakting tanpa meninggalkan jejak yang bisa kubawa sebagai bukti kamu gagal berakting...

Tubuhku semakin lemah, dan gemetar, please aku tidak mau pingsan di hadapan aktor ini dan menjadi bahan hiburan baginya.

Ku kuatkan hati ku,,,

ditengah - tengah bunyi detak jam dinding kurasa, kesunyian hidup itu kembali mengunjungiku, lalu kusambut dengan sepenuh hati dan jiwa seakan - akan aku berjodoh kembali dengan kesunyian itu.

Ku paksakan bibirku untuk bicara:

Ben, terimakasih untuk cinta palsumu

Ben, terimakasih engkau mengajarkan ku

gairah hidup

Ben, terimakasih engkau menunjukkan

kehebatan aktingmu, sampai aku tidak bisa menemukan kesalahan dari aktingmu.

Ben, terimakasih mengajarkanku tuk bertemu jodoh jiwaku yaitu kesunyian

Ben, terimakasih buat segala harapan, janji manis, menyandang Bramantyo di belakang namaku meski hanya sekedar kepalsuan.

Ben, terimakasih engkau berhasil menghancurkan rasa kasih, sayang, dan senyumku.

Ben, terimakasih engkau membuat aku seperti saat ini.

Ben, kamu berhasil

Ben, kamu berhasil

Ben, kamu berhasil

Look at me

Ben,,,

Ben,,

Look at my face and say something with it

I will never again interfere with your life ...

Ku tunggu dengan degub jantungku yang keras, ditambah dengan kepalaku yang seolah - olah ingin memeriahkan penderitaanku, kepala ku rasanya ingin pecah.

1 menit, 2 menit, 3 menit, 4 menit, 5 menit, 6 menit, 7 menit, 8 menit, 9 menit, 10 menit... 30 menit, 60 menit.

kemudian Ben Hanayah Bramantyo berbalik, dan menatap mataku dengan sorot dingin... dingin... dingin... dingin... dingin... mengakibatkan gigiku bergemelatuk karena hawa dingin tersebut...

Seperti petir di siang hari yang terik..

Ben, berkata dengan nada datar...

Nona Maya Belinda Sharon

You are not my woman now.

Tidak ada lagi tetesan air mata

aku tahu pasti aku akan ambruk di hadapan actor hebat ini, oleh karena itu aku menelepon seseorang, yang kuharap masih mau menolongku untuk terakhir kalinya...

saat nada sambung terhubung ku kuatkan suaraku dan berkata dengan ceria...

"Wilson Hazael Bramantyo, will you pick me up at your brother's office"? please jeritku, jangan biarkan makhluk buas ini mentertawakan kehancuranku....

Ku lihat dengan nafas terengah... engah, Wilson datang menjemputku, memeluk tubuhku dan membawaku dari hadapan makhluk buas yang kejam itu.

Next chapter