webnovel

15. Rindu itu berat

Setelah lima hari kepergian Ben. Hari ini adalah hari pertama yang dilewati May tanpa kehadiran Ben di pertemuan Komunitas Water. Jujur saja dalam 5 hari ini terkadang tiba - tiba timbul rasa bosan dan tidak bergairah. Pikirannya hanya fokus, kapan ia bisa bertemu dengan Ben.

May, nanti kita nonton di bioskop yah, bisik Diana? pertanyaan yang sama di ulang - ulang Diana 'ntah sudah berapa kali tapi tidak direspon oleh May!!!

Ia mengerti betapa May sangat merindukan Ben.

Oleh karenanya untuk menghiburnya, Wilson dan Diana ngotot mengajak May, nonton film di bioskop.

Saat ketiganya keluar dari aula water menuju tempat parkir dengan rasa enggan dan sebenarnya ia lebih tertarik untuk pulang.

May bertanya dengan wajah serius dan ketus, bukan film horror kan Din? karena ia rasa tidak sanggup menanggapi dengan baik jika ada niat dari Wilson dan Diana jika ingin bergurau dengannya.

Enggaklah mana berani gw ngajak loe nonton horror bisa - bisa gw dimaki ma laki loe kata Diana sambil cengengesan... iya kan babe minta dukungan dari Wilson.

Ternyata 1 bulan sebelum kejadian May pingsan di Private Room Restoran Water Gold. Diana dan Wilson sudah berkomitmen melanjutkan hubungan pertemanan mereka ke tahap berpacaran. May turut happy atas berita tersebut dan sering menggoda Diana yang dari awal memang gencar ingin PDKT dengan pria pindahan dari kota Moon.

Menurut Diana, May sudah membuka aibnya tentang PDKT kadang ia mengejek status LDR sahabatnya itu dengan memanggil sahabatnya May si jomblowati sementara.

Ketiganya tertawa karena satu dengan lain yang sering saling meledek.

Setelah pertemuan di komunitas Water, Wilson mengendarai mobil Mybachnya didampingi oleh Diana dan dibagian belakang diisi jomblowati panggilan usil Diana dan Wilson untuk May karena status May dan Ben LDR selama empat belas hari.

Setelah mereka bertiga masuk ke gedung bioskop, May merasa heran kenapa lagi dengan pengaturan kursi hari ini kok Wilson dan Diana terpisah jauh dari saya pikirnya.

Tapi tidak jadi soal, karena bukan film horror gak masalah walau tidak ada teman duduk yang dia kenal, dia tetap tenang sampai waktu penayangan film tinggal 5 menit.

Ia mempersiapkan camilan favoritenya Pop Corn Salty, air mineral dan tidak lupa pasmina dikeluarkan dari dalam tas untuk digunakan sebagai selimutnya.

Wah gawat gelap benar, pikirnya karena tiba - tiba lampu dalam gedung bioskop sudah dipadamkan.

May tetap melanjutkan pekerjaannya yang tertunda menyelimuti tubuhnya, melebarkan pasmina diatas bahunya, memastikan snack dan air mineralnya pada tempat yang tepat. Ia gampang uring - uringan kalau hal kecil tidak berjalan seperti apa maunya.

Akhhhh desahnya, sesekali ia teringat pria yang jauh darinya, merindukan dekapannya, aroma tubuhnya, suaranya dan semuanya. Itu sebenarnya alasan utama dia gampang uring - uringan.

Miss you Ben, bisiknya!

Sementara dia sibuk dan mengeluh tentang kerinduannya kepada Ben, May tidak sadar sepasang bola mata mengintainya dan berniat mencuri ciuman dari bibirnya. Ia sudah merencanakan ini sejak ia melihat wanita tersebut masuk dan duduk disebelahnya, tetapi wanita ini tidak sadar karena ia sibuk dengan dirinya sendiri. Sesekali ia tertawa kecil yang saat wanita ini mengeluh gelap, ia tersenyum saat wanita itu mengungkapkan kerinduannya yang dalam kepada Ben. Ia mengatur cara dan mencari sebuah kesempatan pada saat wanita tersebut lengah ia akan menuntaskan rencananya.

Ia seorang pria yang sangat butuh pelukan dan ciuman. Saat dia perhatikan wanita tersebut meletakkan tangan kirinya di bahu kursi ia langsung menggenggam erat dan menarik dengan sekuat tenaga tangan kiri wanita itu.

Kejadian yang tak terduga dialaminya membuat wanita tersebut memakinya dan melakukan perlawanan dengan sekuat tenaganya tetapi apa boleh buat tenaga pria itu lebih kuat darinya sehingga tubuhnya dengan mudah tertarik ke arah pria itu lebih tepatnya tubuh May menghempas dada pria tersebut, kemudian pria tersebut memeluk erat tubuh May dan mencium bibirnya bukan dengan ciuman manis tapi dengan ciuman yang membangkitkan gairah.

May, tidak tinggal diam ia berusaha sekuat tenaga mendorong melakukan perlawanan, berusaha ingin menjerit tapi bibirnya terkunci, ke dua belah tangannya dikunci sekuat tenaga oleh pria asing tersebut, bibirnya mendapat ciuman yang membawa pusing seandainya ciuman itu terjadi antara dia dan Ben, seandainya ia juga menikmatinya. Tetapi yang ia rasakan saat ini lebih tepat disebut ketakutan karena ulah psykopat yang ada disebelahnya ini.

Tiba - tiba May membiarkan mulutnya terbuka seakan - akan menikmati ciuman brutal pria tersebut, lalu saat lengah ia melakukan serangan brutal kepada pria itu.

May menggigit bibir bagian bawah pria tersebut sampai pria tersebut mengalami kesakitan luar biasa, kemudian spontan tangannya melepaskan tangan May.

Damn it May. sakitttt!?

Seru pria psykopat itu.

Pada saat May mendengar seruan tersebut sadar bahwa ia mengenal suara itu, mendekatkan matanya untuk melihat apakah benar pria itu adalah kekasihnya.

Kemudian May melebarkan senyumnya memeluk dengan penuh sukacita dan ia sangat merindukan kehadiran pria ini.

Rindu akan kekasih itu sangat berat.

May, mendekatkan bibirnya ke telinga pria yang masih merasakan kesakitan di bibirnya. ~ Welcome home My love, Ben Hanayah Bramantyo miss you very hard ~

Ben yang sadar keberadaannya sudah diketahui kekasihnya, mengelus wajah May dengan penuh cinta, menatap wanita itu dengan penuh kerinduan mendekapnya untuk beberapa saat.

Kerinduannya dilampiaskan dengan mengecup kening, mata, pipi, hidung dan mengecup manis bibir wanitanya serta tidak lupa ia bisikkan ~ I've got here my love, Maya Belinda Sharon, my longing for you is also very hard for me ~

Keduanya saling memandang

Telapak tangan Ben menggenggam telapak tangan mungil milik May. Ben, memuaskan kerinduannya dengan mengecup telapak tangan May yang sejak tadi digenggamnya dengan erat.

Berharap film tersebut segera berakhir...

Dan Ben ingin menikmati aroma, manis bibir wanitanya.

Sampai penayangan film berakhir, keduanya tidak sedikitpun mengerti film tersebut bercerita tentang apa karena bagi mereka berdua cerita cinta aktor dan aktris tidak penting, kerinduan mereka berdua itu yang lebih utama.

Next chapter