webnovel

11. Kotak Pandora, terbuka

Ben, coba jelaskan sebenarnya ada apa? Sebenarnya kalian berdua dari mana?

Ben??? Akhirnya kesabaran Diana sudah sampai limit, sehingga saat bertanya kepada Ben yang terlihat tenang membuatnya menaikkan intonasi suaranya.

Hmmm... saya juga bingung Diana, ada apa dengan May. Saat dia sampai di kantor saya menjelang siang ini, kami masih berbincang - bincang dan kondisinya dalam keadaan stabil. Lalu saya mengajaknya makan siang di sebuah restoran, saat di perjalanan menuju restoran memang May sudah kelihatan banyak merenung!

Masih sempat saya tanyakan Diana, apakah makan siangnya mau dibatalkan? karena saya tidak mau dia kenapa - napa!

Hahhhhh

Ben, membuang nafasnya dengan keras berharap dengan cara itu beban beratnya bisa berkurang.

Lalu? selidik, Diana!

Saat saya menawarkan makan siang kami di batalkan saja, May masih jawab gak masalah, saya baik - baik saja katanya.

Setelah kami sampai di parkiran restoran dan masuk ke ruangan, saya memperhatikan di pelipisnya sudah sangat berkeringat kalau karena suhu ruangan panas itu tidak mungkin karena ruangan itu ber Ac. Tapi saya mulai curiga dia sakit karena keringat yang bercucuran itu sangat berlebihan. Saya tanya, apakah May sakit? dia tetap dengan jawabannya kalau dia tidak apa - apa.

Tidak berapa lama kemudian, wajahnya pucat, tubuhnya bergetar dan yang paling menakutkan bagi saya pada saat melihat bola mata May tidak bersinar seolah - olah dia hidup dalam alam lain. Seolah - olah May menikmati alam itu, dan yang membuat saya patah hati adalah kesunyiannya Diana, dia meninggalkan semua orang, dia diam, dia tidak meresponi panggilan saya, tidak menghiraukan apapun, dia hilang, lalu dia seperti mayat hidup.

Dengan spontan Diana langsung terperangah mendengar cerita Ben, mengapa peristiwa lima tahun lalu terulang kembali. Oh, God tidak cukupkah jiwanya hancur dulu? Apa mau mu? teriak Diana dalam batinnya. Kemudian Diana menangis, menangisi jiwa sahabatnya, menangisi takdir May yang menyedihkan.

Ben, tadi kamu bercerita tentang restoran! Apa restoran yang kalian kunjungi itu adalah Restoran Gold?

Iya, kok kamu bisa tahu Diana?

Apakah ruangan yang kamu reservasi private room?

Iya, kok kamu bisa tahu saya yang reservasi restorannya, apa sebelum kami ke restoran May kasi kabar ke kamu?

Oh... Tuhanku, jerit Diana??? sehingga banyak orang - orang di sekitar yang berlalu - lalang menatap kami berdua.

Mendengar jeritan Diana, Wilson segera berlari dan menenangkannya, memeluknya dengan erat memberi sapu tangan yang terselip di jasnya.

Diana, ceritakan ke saya ada apa dengan private room Restoran Gold??? sambil menggoyang tubuh Diana yang sudah bergetar.

Kak, bisa gak sih menahan diri? gak lihat apa kondisi Diana sedang shock!

Ben menatap adiknya yang berusaha melindungi Diana, kemudian ia mengalihkan tatapannya ke wanita yang sedang menangis histeris dan iya, mengapa tubuh dia sampai gemetar seperti itu? pikir Ben.

Frustasi dengan semua kejadian beberapa jam ini, dia mengacak - acak rambutnya sebagai pelampiasan kekesalannya.

***********

Setelah menunggu, hampir tiga jam, setelah kondisinya tenang akhirnya Diana menceritakan peristiwa kesunyian yang dialami wanita yang sangat dia cintai.

Bermula dari masa remaja, kelas 1 SMP yang seharusnya dilewati dengan ceria malah harus bergumul dengan duka karena kehilangan bundanya. Peristiwa tragis yang terjadi bundanya dipaksa berpisah dari May karena maut.

Karena kesunyian itu, akhirnya Diana dan May, menjadi sahabat baik hingga sekarang. May menganggap Diana dan keceriaan sahabatnya bisa melengkapi kesendiriannya.

kemudian Diana menceritakan kesunyian May berkurang karena terang yang dibawa oleh seorang pria yang dikenal lewat pertemuan kunjungan anak - anak mahasiswa ke sekolahnya, saat itu May menjadi pribadi yang lebih ceria tidak lagi merasakan kesunyian, usia remaja kelas satu SMA hingga kuliah tingkat dua. Leon namanya, saat itu sudah menjadi aktor papan atas digandrungi banyak kaum Hawa, membawa terang sekaligus kegelapan untuk kehidupan May.

Restoran Gold Private Room, permulaan kegelapan mendatangi May dan di Hotel King kegelapan itu total menyelubungi hatinya.

Selama lima tahun ini, May masih hidup dalam bayang - bayang kegelapan hanya butuh alasan kecil seperti hari ini maka kegelapan dan kesunyian itu segera membelenggunya kembali.

May, apakah kamu masih mencintai pria itu? Hanya karena satu tempat saja private room Restoran Gold. Apakah, aku tidak memiliki harapan untuk mengisi hatimu? Ben, mengalami kegelisahan. Hanya May yang mampu menjawab kegelisahannya saat ini.

~ Maya Belinda Sharon, semoga masih ada kesempatan untukku Ben Hanayah Bramantyo~

Waktu menunjukkan pukul 18.00 Wib, Ben masih setia duduk mendampingi dan mengelus telapak tangan May, seolah - olah ingin ikut merasakan penderitaan wanita itu. Kak Ben, bisik Wilson. Kakak harus pulang, mandi, dan makan. Will takut malah kakak ambruk juga dan menambah pasien di RS ini. Ben menoleh kebelakang dan berbisik, oke Will. Kakak titip May ke tangan kamu. Satu jam lagi saya akan kembali sambil melangkah keluar kamar May,

Dia duduk di jok belakang, hari ini ia tidak punya kekuatan untuk menyetir mobil sehingga ia minta tolong supir papanya menjemput di depan RS. Water Permata.

Mas Ben kita sudah sampai rumah mas, kata mang Ujang.

Ben perlahan bangun kemudian dia keluar dari mobil segera naik ke lantai dua menuju kamarnya, dengan tekad yang tidak berubah yaitu mandi, ganti baju, makan lalu ke kembali lagi mengurus May. Beruntung hari ini papa dan mamanya sedang ke kota Balle menghadiri acara syukuran 7 bulanan sepupunya.

Tidak sampai satu jam, Ben mengambil alih pengawasan May dari Wilson. Karena kondisi Diana terlihat lelah akibat terlalu banyak menangis, Will berkeras agar malam ini Diana beristirahat total, dia diantar ke apartemennya dan Will meninggalkanya setelah dia tertidur dengan lelap.

Next chapter