webnovel

10. Perih tiada terkira

Setelah matanya menyaksikan sang actor sejati ...

Kekuatannya bagai lenyap sekejab mata, kemudian tubuhnya bergetar, seakan tak bernyawa.

Air mata mengalir deras tanpa ada suara.

Hancur, lebur jiwanya...

Kegelapan itu semakin dalam menghisap jiwanya yang merana.

Itu berlangsung lama...

Sampai di detik - detik seakan oksigen tidak ada lagi di dalam paru - parunya,

May mendengarkan bisikan nyata berulang - ulang di pendengarannya,

Merayu - rayu jiwanya yang gundah gulana. Bisikan itu semakin nyata...

May...

May...

May...

Please come back to me please...

May...

May...

May...

Please come back to me please...

Sweet heart...

***************

Ben merasa patah hati melihat wajah May, dia berusaha memanggil supaya ia kembali dari alamnya dan merayunya agar tidak sibuk di alam yang dimana dirinya tidak dilibatkan di sana.

Ben, memeluk sambil sibuk menyeka keringatnya dan memanggil wanita itu agar segera kembali kepadanya.

Ada apa dengan kamu May?

Sepahit apakah kenangan itu May?

Bagilah kesedihan itu denganku May!

Banyak hal yang ingin Ben sampaikan...

Nanti... nanti... nanti, batinnya meraung!!!

Sweet heart, come back to me please.

Sweety, come back to me please.

May your my mine come back to me.

Ben, tau kesunyian itu benar - benar merobek jiwa wanitanya. Ia sangat membenci dirinya sendiri saat ini karena tidak tahu sedikitpun kisah ini tentang apa?!

Perlahan kelopak matanya terbuka karena tergoda akan nikmat rayuan - rayuan manis itu, sesaat matanya silau oleh pantulan air terjun kristal, ia merasa persediaan oksigen seolah - olah memasuki paru - parunya dan suaranya yang tertahan keluar dari kerongkongannya dan jeritannya mirip seperti nyanyian duka tak bernada.

Tangannya mencari pegangan agar tubuhnya tidak terhempas kembali dalam jurang gelap itu, saat tangannya menemukan batu yang kokoh yaitu tubuh kekar Ben, May menyurukkan kepalanya ke batu kokoh tersebut sambil tetap berpegangan.

Sampai habis air mata dan suaranya yang tersisa hanya bisikan saja.

Sang batu kokoh itu semakin mengeratkan pelukannya pada tubuh May, tak rela jika wanita itu menjauh darinya.

Di batas ambang kesadarannya

May mencoba mengangkat kepalanya dan memandang batu kokoh itu sampai menemukan titik fokus senyum, kesedihan, kecemasan, kegembiraan bercampur jadi satu.

Beeee.. nnn??? panggilnya dengan suara lirih

Kemudian tenggelam dalam tidur panjangnya.

Damn it, Jerit Ben.

Ia mengangkat tubuh May ke sofa yang ada di belakangnya.

Setelahnya ia menghubungi Diana untuk rekomendasi rumah sakit terbaik karena ia ingin May segera ditangani oleh dokter - dokter terbaik.

Diana, saat menerima telepon dari Ben sedang asyik bercengkerama sambil makan siang dengan Wilson.

Apa?

Oke, Nanti saya kirim alamatnya, Ben.

Iya. itu rumah sakit terbaik di kota ini.

Sekujur tubuh Diana lemas, kemudian ia menangis dengan sesenggukan.

Will help me, antar aku ke RS Water Permata. May, pingsan dan akan di rawat di sana.

Saat Diana melihat Ben, duduk di depan ruangan Emergency.

Diana yang terlihat cemas dan ketakutan bertanya mengapa May bisa masuk emergency, tuntutnya dengan amarah???

Ben, sudah tidak memiliki kekuatan untuk menjawab pertanyaan siapapun saat ini. Ia hanya berharap May segera tertangani dengan baik.

Melihat kondisi Ben yang berantakan

Wilson menenangkan Diana, ia memegang wajah Diana dengan kedua telapak tangganya dan berusaha menenangkan emosi wanita.

Shutttttt... shutttt... shuttt

Dian, please calm down,

Dian please... look in to my eyes!!!

Segala upaya dilakukan Wilson agar wanitanya yang bersikap seperti banteng yang ingin menyeruduk orang ini bisa tenang.

Dokter yang menangani May keluar dari ruang emergency dan mencari wali pasien, setelah bertemu dengan Ben dokter menyampaikan bahwasannya Sdri. May, sudah stabil. Terpaksa dipasang tabung oksigen untuk membantu proses bernafas, karena kami khawatir kondisi Sdri. May begitu tiba di rumah sakit ini. Tetapi sekarang setelah stabil suster akan segera memindahkannya ke ruang perawatan.

Baik dokter, terimakasih banyak , ada kelegaan yang luar biasa dalam dada Ben sepertinya bongkahan batu besar yang menghimpit dadanya sejak kejadian di restoran seketika terguling dari atas tubuhnya dan dia bebas bernafas...

Diana menghempaskan tubuhnya dengan kuat saat duduk di sebelah Ben, sebagai bentuk protesnya karena sampai sekarang, dia belum mendengar penjelasan mengapa sahabatnya bisa masuk emergency.

Setahu Diana, kondisi May baik - baik saja sejak pagi. Sewaktu May diundang ke perusahaan Ben menjelang siang tadi juga masih dalam kondisi fit. Mengapa dalam waktu dua jam berikutnya bisa sampai pingsan? Apakah ada hubungannya dengan Ben? Apalagi yang membawa May ke rumah sakit adalah Ben.

------------------

Pembaca yg budiman apakah Anda semua menikmati kisah Maya dan Ben. Please vote yah...

Ganbatte...

Next chapter