1 Prolog

-🌸🌸🌸--

"Kenapa hanya sesak yang terasa

dikala sang pencipta tak kunjung menunjukkan fajarnya."

——PUTRI——

Jam sudah menunjukkan Pukul empat pagi namun gadis itu masih bergelung di bawah selimut. Tidak ada tanda-tanda akan bangun. Tepat saat jam bekernya berbunyi untuk yang ke tiga kalinya gadis itu baru membuka mata. Gadis itu mengeliat pelan sembari meregangkan tubuhnya.

Setelah rasa pusing telah hilang, gadis itu langsung berjalan meraih handuk dan bergegas menuju kamar mandi.

Tepat saat gadis itu akan keluar dari kamarnya, terdengar suara ketukan pelan di sebelah kamarnya. "Salsa buruan bangun nak, ini sudah jam lima. Nanti kamu telat datang kesekolahnya lo!"

"Iya Ma, bentar lagi Salsa mandi kok," terdengar sahutan dari dalam kamar.

"Jangan lama mandinya. Mama tunggu di meja makan,"

Gadis itu mengurungkan niatnya untuk keluar. tiba-tiba rasa sesak menjalar memenuhi rongga dadanya.

Duduk termenung di pinggiran kasur, mempertanyakan kepada Tuhan kenapa dia menghadir kan dirinya ditengah-tengah keluarga yang sama sekali tidak pernah mengharapkan kehadirannya disini? Tentang Apa tujuan sebenarnya dia lahirkan? Banyak pertanyaan yang ingin gadis itu ajukan. Tapi akhirnya dirinya sadar bahwa ini semua sudah permainan takdir yang sangat membingungkan bagi dirinya.

*****

Gadis itu berjalan pelan menuruni tangga menuju ruang makan. Seperti biasa Terdengar gelak tawa bahagia menghiasi meja makan. Saat dia sudah memasuki ruang makan tidak ada sambutan Rama dari meraka bahkan melihatpun tidak.

Oh Tuhan dia ingin seperti Salsa yang di perhatikan oleh kedua orang tuanya. Apakah salah jikalau dia berharap seperti itu? tidakkan. Tapi dirinya sadar, mau berapa kalipun dia berharap semua tak kan pernah berubah.

Gadis itu langsung duduk di meja makan dengan tatapan datar seakan-akan tak pernah tersentu, bahkan untuk mencoba mendekatpun tak bisa. Seakan Ada sekat pemisah diantara hubungan mereka.

Gadis itu mulai menulikan telinganya saat mendengar percakapan manis yang diselingkan dengan pujian bangga kepada Salsa.

"Wah ini baru namanya anak Papa. Ah, coba Papa yang ngambil raport kamu waktu itu, pasti para kolega bisnis Papa pada iri semua sama Papa

karena mempunyai Anak seperti kamu." sambil mengelus puncuk kepala Anaknya bangga.

Mama langsung menimpali omongan Papa dengan tatapan sinis kepada Gadis di sebeeang sana. "Ngak kayak Putri tu, sukanya bikin malu Orang Tua. untung aja Mama ngak pernah ngambil raport nya. bisa-bisa nama baik Mama tercemar oleh Anak ini." semua mata memandang wajahku kesal. Tapi apa peduliku, Toh mereka tak pernah mengganggapku ada. Jadi jangan salahkan aku kalau aku tidak bisa membuat mereka bangga. Putri masih tetap melanjutkan makannya seolah-olah tidak mendengar ucapan mereka.

"Memang Putri peringkat Berapa Ma?"

"Tanya aja Pa sama si Bibik, kan Bibik yang ngambil raportnya Putri."

Pucuk di cinta ulan pun tiba. Tanpa di panggilpun Bik surti sudah datang kesini sambil membawa Susu untuk kami berdua.

"Putri peringkat berapa Bik di kelas?" tanya Hendra tanpa sabaran.

"Non...non Putri peringkat ke 29 dari 35 siswa tuan," jawab Mbok Surti gugup seraya menatap wajah Eca ibah.

"Apa! bagaimana bisa kamu dapat peringkat kayak gitu! Kamu ngapain aja di sekolah selama ini Putri," wajah Hendra menjadi merah padam. "Papa dan Mama ngak pernah ngajarin kamu untuk main-main dalam belajar. Kamu tau Papa malu punya anak bodoh kayak kamu, dan mau di taruh di mana wajah Papa nanti HAh?!!!."

Putri hanya menatap sekilas dan melanjutkan makanannya lagi. Apa pedulinya toh itulah hasilnya.

"Jawab Putri!!!"

"Apanya yang harus di jawab Pa? Bukannya sudah jelas ya semuanya." Jeda 5 detik, "Aku cuma mau nanya apakah pernah Papa atau Mama datang ke acara pembagian raport atau acara lainnya yang membutuhkan kehadiran Orang Tua? Cih..tidak kan. walaupun seribu kali aku menyuru kalian untuk datang menghadiri, maka akan hadir pula seribu alasan yang membuat aku muak mendengarnya. Kalian hanya ribut tentang siapa yang harus menghadiri acaranya kak Salsa. Tak pernah kah kalian berpikir kalau kalian juga mempunyai anak yang juga membutuhkan perhatian kalian."

"So, jangan risau kalau nama baik Papa tercemar. Karena Dunia hanya mengetahui bahwa Putru Salwa W. Adalah anak seorang Pembantu yang bernama Surti, tidak mempunyai Ayah. Yang hidupnya bergantung kapada BELAS KASIHAN KELUARGA HENDRA WICAKSONO. Sekarang Anda pasti sudah puaskan!!!"

Wajah Hendra menjadi pias, saat mendengar ucapan tajam dari anaknya. Sungguh dia tidak menyangkah kalau anaknya bisa bicara seperti itu di hadapan orang- orang.

"Jadi kalau kalian mendengar hal-hal buruk tentang ku, angap sebagai angin lalu saja. Atau kalian juga bisa menganggap aku tak pernah ada di kehidupan kalian. Jadi kalian tidak menanggung rasa malu karena telah melahirkan anak seperti aku ini."

Setelah mengatakannya Putri langsung beranjak pergi meninggalkan mereka semua. Putri berjalan menuju dapur untuk berpamitan kepada Bik Surti.

"Bik Putri pergi sekolah dulu ya," sambil mencium punggung tangannya.

"Hati-hati ya non," sambil mengelus pucuk kepala Putri dan menyerahkan bekal makananya.

****

Putri berjalan sendirian menuju sekolah. Susana jalan tampak sepi, hanya ada beberapa pengendara motor yang berlalu lalang.

Sepi, kosong, hampa. Itulah yang dia rasakan sekarang. Jujur dia ingin merasakan hidup yang seutuhnya, hidup dalam keluarga yang saling menyangi, megasihi dan mencintai.

"Kemana Tuhan yang selama ini kuagung-agungkan? Kemanah! Katanya Tuhan akan selalu menolong hambanya yang sedang menderita? Maka tolonglah Hamba ini Tuhan, Hamba lelah Hidup di kelilingi oleh tembok derita seperti ini ... Kalau hamba boleh meminta, tolong cabutlah nyawa hamba sekarang, tuhan. Aku lelah dengan penat ini. Izinkan aku pulang kepangkuanmu Tuhan." ucapnya dalam hati.

Tanpa Putri sadari ada Mobil Sport merah melaju kencang kearahnya yang sedang berjalan menyebrangi jalan.

"Druakkkkk,"

Kecelakaan yang tak terelakkan lagi pun terjadi. Tubuh Putri terbanting keras ke pinggiran jalan. Darah mengalir deras di bagian kepala serta perutnya. Serta luka-luka kecil menghiasi tubuhnya yang lemah itu.

Hanya beberapa saat kesadarannya pun mulai menghilang. Tapi senyum di bibirnya terus merekah indah di wajahnya. Seakan-akan semua bebannya hilang begitu saja seiring dengan derasnya darah yang keluar dari tubuhnya.

Dan semuanya menjadi gelap ...

Gelap yang membawaku terbang jauh ke pangkuannya ...

Terimalah ...

Terimalah aku disampingmu ...

Terimalah aku yang sudah terbang dengan susah payah ini ...

Terbang dengan satu sayap kerinduan ...

Kerinduan yang membumbung tinggi kepada sang pencipta ...

💦💦💦💦💦

Apa yang akan terjadi sama Putri?

Apakah dia bisa selamat atau malah sebaliknya?

Dan siapakah orang yang menabrak dia?

Akan banyak pertanyaan dan penderitaan yang timbul dalam cerita ini, so harus siap-siap stok tisu yang banyak ya para readers😂

Tunggu keseruannya di next bab ya!

Jadikan Al-Qur'an sebai bacaan utama kalian ya😇

🌸🌸🌸🌸🌸🌸

avataravatar
Next chapter