7 UNGGUN GEMBIRA

~Claude pov~

setelah pertemuan tak sengaja dengan Satu. aku sering menemaninya saat waktu luang. jika tak ada lomba dan tak ada perkumpulan lain saat kemah ini.

"Satu!!!!" gw mengejar satu dari arah panggung utama.

Satu bingung mencari arah suara yang memanggil namanya. aku mengagetkannya dari belakang.

"dorrrrr!!!!" teriakku padanya.

"oi, wtf." spontan Satu.

"santai dong, jangan wtf, wtf segala."

"ya, lu ngagetin gw. gw lagi serius juga." Satu marah pada ku.

aku menjawab dengan tertawa, tak tahu diri.

"Satu, ini buat apa?". aku menunjuk tumpukan kertas di atas meja posko sekolahnya.

"gw di minta tolong sama kakak kakak posko utama buat rekap nama tiap tiap posko sekolah." dia menjawab sambil menyusun nama sekolah dan urutan posko.

"ntar Xia sama Jea bantu gw minta nama anggota ke posko posko." sambungnya.

"gw bantu ya!! biar cepet, Jea sama Xia, lu sama gw." aku langsung mengatur strategi.

"iya, gapapa juga. biar cepat kelar." Satu mengangguk menurut.

aku kagum pada Satu. walau dia sibuk dengan mengurus adik satu poskonya. dia tetap mau membantu yang lain. tadi pagi, poskoku kehabisan beberapa bahan untuk sarapan. aku pergi ke poskonya, mereka dan kak Riko mengajakku dan anggota poskoku untuk sarapan bersama. ya, walau serba terbatas.

sejak kemarin dan sore hari ini, aku mulai memiliki rasa yang aneh. setiap kali melihat Satu. apa mungkin rasa yang itu?...

•••••••

~Satu pov~

"dik Alvin!!, sini bentar deh. nanti malam udah malam api unggun. tolong panggilkan teman teman yang lain kita akan berkumpul." aku akan berkumpul untuk memberikan sedikit arahan kepada anggota, kak Riko selalu di posko utama. hanya sesekali mengecek anggota poskoku. karena, tiap pembina juga melakukan persiapan beberapa acara dan lomba.

karena aku ketua PMR di poskoku. aku bertanggung jawab penuh atas anggota. Xia sebagai penanggung jawab lapangan yang akan membantu mengatur jadwal. Jea sebagai penanggung jawab dapur umum. dan beberapa teman seangkatanku di beberapa bagian. seperti Cherry sebagai sekretaris. Alvin sebagai ketua 2, dia dari kelas 10 yang membantuku mengatur teman seangkatannya. Vio sebagai bendahara. dan beberapa teman seangkatan PMR ku membantu di beberapa bagian.

setelah semua berkumpul. kecuali teman temanku yang sedang jadwal memasak di Dapur umum. aku mulai membacakan jadwal malam terakhir dan esok pagi.

"selamat sore semuanya. Satu mau membacakan urutan acara dari setelah solat maghrib sampai besok hari terakhir".

"18.15-18.45 . Shalat Maghrib.

18.45 - 19.30 . makan malam.

19.30 - 20.00 . Shalat Isya.

20.00 - 20.15 . pra-Unggun gembira.

20.15 - 22.00 . upacara Unggun gembira. dan puncak Unggun gembira.

22.00 - 05.00 . istirahat."

setelah aku membacakan jadwal malam terakhir Xia melanjutkan.

"bagi teman teman yang telah terpilih ikut membacakan tri bakti dan 7 prinsip dasar gerakan palang merah dan bulan sabit internasional, di upacara api unggun nanti malam. harap berkumpul di lapangan utama. disana sudah ada kakak kakak dari posko utama yang akan melatih. apakah ada pertanyaan?". aku menunggu teman teman lain untuk bertanya.

"apa ada tambahan kakak kakak?" aku bertanya dengan anggota sepataran denganku. mereka menjawab dengan menggeleng.

"jadi karena tidak ada pertanyaan dan tambahan. mari masing masing kembali ke aktifitas dan melakukan latihan bagi yang menjadi peserta upacara. siap, bubar!".

••••••••

~Claude pov~

upacara unggun gembira telah di mulai. aku memimpin pembacaan 7 prinsip dasar gerakan palang merah dan bulan sabit merah internasional. kami membuat formasi mengelilingi api unggun yang belum menyala dan membentuk lingkaran. masing masing dari kami membawa bambu obor yang di pegang. hanya satu punyaku yang menyala.

"7 Prinsip Gerakan Palang Merah Dan Bulan Sabit Merah Internasional" kami bertujuh mengucapkan dengan lantang.

"Kemanusiaan." aku yang pertama, aku menggunakan suara lantangku. mungkin para cewek menyukainya. hahahaa.

lalu aku hadap kiri, dan maju ke arah pembaca ke-2. dia jongkok dan aku memberikan nya api dengan membungkukkan badan. lalu aku kembali ketempatku semula. begitu seterusnya, dalam pemberian api.

"Kesamaan." pembaca kedua, dan memberikan api ke pembaca selanjutnya.

"Kenetralan." suaranya sangat nyaring.

"Kemandirian." kalau yang ini suaranya berat.

"Kesukarelaan." ini juga, suaranya nyaring.

"Kesatuan." ini lebih nyaring.

"Kesemestaan." kalau yang terakhir suaranya campuran berat dan nyaring.

kami telah selesai dalam pembacaan 7 prinsip dasar gerakan palang merah dan bulan sabit Internasional. kami meletakkan obor masik masing di tepi kayu api unggun yang belum terbakar. kami menutup formasi dan kembali ke barisan awal.

upacara selesai. kembang api gemerlap menyinari langit. sebagai penutup, kami menyanyikan yel-yel masing masing posko. sambil mengelilingi api unggun yang masih berkobar. hangat.

dimana Satu? lagi lagi dia sulit di temukan. setelah di bubarkan dari lapangan. aku akan mencari satu.

•••••••

~Satu pov~

kepalaku sangat sakit. untung saja upacara telah selesai. saat ini kembang api sedang gemerlap di langit. tapi aku tak bisa menikmatinya, aku ingin kembali ke tendaku. ini sangat sakit, kepalaku sangat sakit. aku berjalan ke arah tenda, pandanganku sudah agak berkunang kunang.

"Satu! lu kenapa?!" Jea berlari ke arahku cemas.

"gw nggak kenapa² kok, lu balik aja sama yang lain." aku menjawab nya. tapi aku semakin merasakan sesak di dada. suara Jea yang cemas tidak terdengar. aku semakin merasa sakit, hingga aku pun tidak sadarkan diri.

"aku kenapa?"

beberapa saat aku tidar sadar. aku terbangun dan sudah berada di UGD rumah sakit, yang tak jauh dari lokasi lapangan kota.

"Jea, kenapa sampai kesini gw?" aku membangunkan Jea, yang tertidur di samping Xia. dan aku mulai melihat ke sekitar. ada kak Riko yang juga tertidur.

" Satu!, akhirnya lu sadar juga. tadi lu udah di bawa ke posko utama. tapi nggak sadar. jadi kak Riko bawa lu kesini." Jea terbangun dan menjawab pertanyaanku dengan cemas.

"aku kenapa?". aku bertanya sekali lagi kepada Jea.

Jea terlihat ragu untuk menjawab. dia menenangkanku, agar aku istirahat. karena besok hari terakhir perkemahan, aku harus istirahat agar bisa mengikuti upacara penutupan. Jea hanya mengatakan aku kelelahan. tapi kenapa harus sampai ke rumah sakit?.

aku mencoba untuk tidur. tapi beberapa saat kemudian, aku melihat Claude dari arah pintu UGD. setelah menemukanku, dia berlari ke arahku. kenapa dia ada disini?. aku melotot padanya. dia hanya tersenyum.

"lu ngapain disini?" bisikku.

"gw nyari lu ke posko. katanya lu masuk rumah sakit." dia balik membalas dengan berbisik.

"duh, ntar kak Riko bangun." aku mulai kesal kepada Claude.

"emang gw nggak boleh khawatirin lu?" dia tidak berbohong, ekspresinya emang sangat cemas.

"boleh, tapi ntar gawat kalau kak Riko bangun?" aku takut, nanti kak Riko terbangun. dan mencurigai kami.

"udah lu istirahat aja. mereka udah lelap tidur kok." Claude memastikan.

"lu cari kursi sana, lu istirahat juga di samping kak Riko." Jea dan Xia sudah tertidur dengan posisi duduk dan kepala ke kasurku di sebelah kananku. kak Riko di sebelah kiri, di ujung kasur.

Claude sudah mendapatkan kursinya. dia duduk di dekat ku. aku sudah agak membaik dari tadi. Claude mengelus kepalaku.

"gw nggak apa² kok Claude." aku meyakinkan Claude. tapi, dia mengacungkan jari telunjuknya di depan mulutnya. isyarat menyuruhku diam. dia tetap mengelus kepalaku. hingga aku terlelap dalam tidurku.

avataravatar
Next chapter