3 ROTI CROISSANT

~Satu pov~

setelah mengkenakan hoodieku. aku langsung meraih helm dan kunci motor. saat itu aku menggunakan airpods dan mendengarkan beberapa lagu BTS. surga dunia!!! aku sangat suka mendengarkan lagu lagu mereka!!!. wajah tampan, suara merdu, Oh Tuhan jodohkan aku dengan salah satu dari mereka. doa ku setiap kali mendengar dan melihat BTS.

udara hangat sore ini, membuatku ingin menikmati secangkir vanilla latte hangat dan roti croissant di sebuah cafe. huaah, aku bertekad setelah mengantarkan box ini, untuk nongkrong ke cafe terdekat.

alunan musik membuat ku semangat dan tak sadar bernyanyi dengan suara cemprengku. aku berhenti di persimpangan jalan karna lampu merah menyala. orang orang memperhatikanku, mungkin mereka terpukau dengan suara ala Adele ku, hahaa.

•••••••

~Claude pov~

"gue harus mesen apa?" batinku.

hmmm, aku diam sejenak. gimana kalo..

"vanilla latte panas, sama roti croissantnya yang baru keluar dari oven ya mbak". ujarku tangkas.

"baik mas, ada tambahan lain?" tanya resepsionis dengan logat khasnya.

"nggak mbak, itu aja". jawabku singkat.

lalu aku berjalan, dan mencari tempat duduk di balkon lantai atas cafe. udara sejuk menyegarkanku. aku suka udara di sore hari, sembari membaca novel yang baru ku pinjam di perpustakaan kota. lanjutan novel dari Tere Liye "PERGI". aku suka karyanya. entah sejak kapan aku mempunyai hobi membaca.

aku memakan separuh rotiku, dan melanjutkan membaca novelku. aku tersentak, saat ada seorang gadis di seberang meja sisi sebelah kananku. aku tak bisa melihat wajahnya jelas, dia membelakangiku. dia menggunakan hoodie pink dan celana batik 3/4, sebetisnya.

"wah, gadis yang unik. pede banget pake celana batik. hahaa," celetukku dalam hati.

gadis itu terlihat riang dengan airpods di telinganya. sepertinya, dia sangat menikmati lagu atau apapun yang sedang di dengarnya.

wait, tadi di lampu merah aku melihatnya. jadi dia gadis itu. dia berpindah tempat duduk lebih menghadap ke arah yang bisa ku lihat jelas wajahnya. matanya terlihat jelas berbeda warna. sangat unik, aku menyukai matanya. sekejap dia menyadari aku memperhatikannya. dia terlihat gelisah, sikap salah tingkahnya kikuk. sangat imut. haha, aku tertawa kecil di dalam hati. aku membuang pandangan ke arah novel.

aku melihat roti croissant miliknya. apakah dia juga suka roti itu?. ahh, setiap orang suka roti croissant untuk teman minuman hangat. aku ingin kenal dengannya. tapi aku berusaha se-gentle mungkin, agar tidak di pandang jijik oleh gadis itu.

tiba tiba aku melihatnya berdiri dan berjalan gontai ke arahku.

"maaf mas, kenapa merhatiin saya yah? kalo mata saya emang begini, jadi mohon maklum ya mas". ucapnya dengan suara agak parau karna grogi. dan sambil menunjuk matanya.

"ohh, nggak mbak. saya cuma kagum aja lihat matanya mbak". aku memulai taktik untuk memujinya.

"iya. ya udah, saya balik lagi ya mas".

"mbak sendiri aja?"

"kebetulan iya nih, hehe".

"gabung aja sama saya, kebetulan saya juga sendiri".

"oohhh, boleh boleh".

•••••••

~Satu pov~

akhirnya, aku mendapatkan roti dan minuman kesukaanku. roti croissant dan vanilla latte panas menemaniku sore ini. alunan lagu "Let Go" dari BTS membuat hatiku hilu pilu. lagu yang bagus, i like it. aku menghadap jalan raya. saat itu aku duduk di balkon cafe. riuh piyuh pengendara terasa dari atas sini.

membosankan. untung playlist musik yang ku dengar membantu moodku membaik. aku mengganti posisi duduk menghadap ke arah barat. merasakan udara sore ini.

aku tersadar, cowok di meja seberang sana memperhatikanku. aku berpikir pikir, kenapa?.

"arghh, mataku!". aku mengumpat sendiri.

aku berjalan malas ke arahnya. dan mengatakan kalimat yang selalu ku katakan kepada orang yang baru mengetahui mataku.

"maaf mas, kenapa merhatiin saya yah? kalo mata saya emang begini, jadi mohon maklum ya mas". sambil menunjuk mataku.

"ohh, nggak mbak. saya cuma kagum aja lihat matanya mbak". jawabnya dengan gaya berwibawa. hufft, bisa banget nih cowok.

"iya. ya udah, saya balik lagi ya mas". aku mau cepet cepet makan rotiku soalnya.

"mbak sendiri aja?" jawabnya. duh, kok dia nanya gitu sih, batinku.

"kebetulan iya nih, hehe".

"gabung aja sama saya, kebetulan saya juga sendiri".

"oohhh, boleh boleh".

akhirnya aku berpindah tempat semeja dengannya. percakapan dan perkenalan di mulai. lumayan, tubuh tinggi, wajah kece, mata tajam, alis tebel, kulit putih juga. duh idaman banget.

"mbak, suka roti croissant juga?" pembuka percakapan darinya.

"iya, apa lagi di temenin vanilla latte panas, suka banget". jawabku agak semangat.

"sama dong, saya juga". dia menunjuk minumannya dan rotinya yang tersisa setengah.

"wah, kebetulan banget. hahahaa" aku tertawa kecil. di iringi suara tertawanya yang tetap cool.

.

.

hiruk piruk kota sore itu mempertemukanku dengannya.

"aku Claude, lengkapnya Claudeo Ramatha. aku masih di bawah umur. kelas 10. dan kamu bisa manggil aku apa aja." ia memperkenalkan diri dengan cepat. tanpa menungguku untuk bertanya.

"dan kamu? gadis dengan celana batik sebetis dan mata yang sangat unik. siapa kamu?" ujarnya dengan logat dibuat buat seperti seorang yang bijaksana.

"hahaa, Claude!. aku Saturnus. orang terdekatku memanggil dengan kata singkat dan padat, Satu!" aku menjawab bergaya.

"apakah kamu masih sekolah atau sudah kabur dari sekolah??" tanyanya lagi terkekeh.

"aku masih sekolah. tapi sayangnya kita berbeda sedikit". aku menunjukkan ekspresi mengesalkan.

"kenapa harus berbeda?" jawabnya.

"jika kamu masih kelas 10. aku kelas 11. hahaa, aku pikir kamu sudah kuliah atau sudah bekerja. dasar, hahaha". aku menertawainya.

"sayang sekali. lalu apakah aku harus memanggilmu kakak?". jawabnya polos.

"tidak, kau boleh memanggilku Satu". itu tidak masalah, kami hanya beda satu tahun.

begitulah pertemuan dan perkenalan singkat kami. aku berpamitan dengannya. pertemuan singkat dan megesankan. aku juga membahas novel yang di bacanya. karna aku pernah membaca novel yang sama.

hari yang melelahkan. semoga aku bisa bertemu dengannya lain waktu.

Claudeo Ramatha.

avataravatar
Next chapter