14 LIONTIN PERMATA UNGU

(9 hari yang lalu, pukul 15.00 WIB. Wahana Bermain tua )

~author pov~

Satu duduk sendirian di atas carousel ayunan rantai besar di sebuah wahana bermain tua. dia menemukan tempat ini sejak dia masih SMP, setiap pulang sekolah Satu selalu mampir kesana. pemandangannya indah, walau banyak semak dimana mana. letaknya tertutup dan mungkin orang lain susah menemukan. ini sudah menjadi tempat persembunyian Satu. namun sejak SMA ini, waktu satu lebih banyak di sekolah. ia hanya kesana beberapa kali saja.

Satu membaca komik yang baru ia beli kemarin dengan papa nya. angin bertiup, mengibas rambut ikalnya. matanya serius menatap ke arah lembar halaman komik, fokus. sudah lama ia tidak menghabiskan waktu di tempat persembunyiannya ini lagi.

kefokusannya terhenti ketika sesuatu mencuri perhatiannya. di bawah semak semak dekat rongsokan komidi putar, sesuatu yang berkilau. Satu mendekat, ia ingin melihat lebih jelas. apa itu?

Satu berusaha menjangkau benda itu. karena tempatnya di bawah semak yang berduri. Satu mencari kayu kecil untuk membantunya untuk menepikan semak yang berduri.

"wah, cantik!" Satu seketika teriak memuji. liontin silver dengan permata berwarna ungu. ia langsung meraih liontin tersebut. banyak tanah menempel, Satu meniup dan menepuk nepuk liontin itu, agar tanahnya hilang. namun hasilnya nihil.

Satu segera mengemasi barangnya dan bergegas pulang kerumah.

(kamar tidur Satu, di rumah Satu. pukul 22.00 WIB)

"wah ini sangat cantik, jika aku pakai." Satu menatap dirinya dari pantulan cermin yang ada di kamarnya. liontin dengan permata berwarna ungu, yang sudah ia bersihkan dari tadi. sangat cocok dikenakannya di leher jenjang Satu.

"tapi ini punya siapa?" Satu terdiam sesaat. dan dia berfikir kembali.

"tempat itu aja udah lama banget nggak di pake, liontin ini juga udah kekubur setengah di tanah." dia mengingat ingat sambil tetap bergaya di depan cermin.

"mungkin ini punya orang yang udah lama, terus kececeran disana. dan takdirnya jadi milik gw. heheee." Satu menunjuk liontin yang dikenakannya.

"sangat keren!!" ujar Satu kepada dirinya sendiri.

Satu meloncat ke atas kasur empuknya. memeluk erat boneka karakter Chimmy.

"Chimmy, Satu cantik kan pake liontin ini. iyaaa, Satu tau kok. Chimmy pasti bilang Satu cantik. hehee." Satu bertanya pada bonekanya dan ia menjawabnya sendiri. Satu memejamkan matanya hingga ia terlelap tidur.

.

.

.

ada sosok wanita cantik menggunakan gaun selutut berwarna peach. bola matanya hitam, bulu matanya lebat dan lentik. rambutnya sebahu juga hitam dan lurus. senyumnya sangat manis, sepertinya Satu tidak asing melihat senyum wanita itu. Satu terpaku, memandang wanita itu. dia mengkenakan liontin yang ia dapat tadi di wahana tua.

"liontin itu?" ucap Satu sambil menunjuk ke arah liontin yang di kenakan wanita tersebut. wanita itu melepaskan liontin yang ia kenakan, dan mendekat kepada Satu.

"ini untukmu." wanita itu memakaikannya di leher Satu.

"tapi kamu siapa?" Satu masih bingung, siapa dia?.

"dulu aku senang bermain di wahana ini ketika masih hidup. aku kehilangan liontin ini ketika remaja sebaya denganmu sekarang." katanya.

"lalu kenapa kamu bilang masih hidup? maaf, tapi apa kamu sudah tidak ada?" Satu masih tetap penasaran tentang dia.

"aku Athalia Clareta. aku gadis yang ceria juga sepertimu dulu sebelum aku menikah dan memiliki anak. aku memiliki dua anak. anak pertamaku perempuan. aku meninggal lima tahun setelah melahirkan anakku yang ke dua. aku mendapatkan kalung ini dari nenekku dan menjalankan hidupku yang penuh keajaiban setelah memakai ini. dan sayangnya aku kehilangan ini saat acara penutupan taman wahana bermain, tempat kamu menemukan liontin ini. aku meninggal karena kecelakaan lalu lintas saat hujan di kota." jelas wanita ramah itu.

"siapa nama anakmu?" Satu ingin mengetahui nama anak dari wanita malang tersebut.

"putriku bernama Syarena Clareta dan putraku...." suara wanita itu menghilang. Satu berusaha mendengarnya. tetap saja tidak terdengar.

.

.

"Satu!!! kamu udah kesiangan!!!" mama Satu berteriak dari depan pintu kamar Satu yang di kuncinya rapat.

Satu tersentak bangun. dan berkeringat dingin.

"aku mimpi apa?" Satu masih mengingat ingat yang dia mimpikan tadi. dan mengusap lehernya.

"Satu!!! udah jam setengah tujuh loh!!" mama Satu menggedor gedor pintu kamar Satu.

"iya ma!! aku udah bangun!." Satu bangun dari tempat tidur dan bergegas mandi.

Satu mengingat kembali mimpinya sambil mengkenakan seragamnya. dia menatap liontin yang ia kenakan dari cermin.

"Athalia Clareta, putrinya bernama Syarena Clareta dan putranya siapa ya? gw nggak inget." satu terdiam sesaat dan terkejut mendengar teriakan mamanya.

"Satu!!! kamu udah telat kok malah ngaret?!!" suara teriakan mama Satu terdengar dari dapur.

"iya ma!! aku udah selesai!!" satu mengambil tas sandangnya dan berlari ke dapur yang berada di lantai satu.

saat menuruni tangga, Satu melihat ke arah ibunya. ada sesuatu yang aneh.

"ma! itu apaan?!" Satu teriak kaget.

"itu yang mana? jangan ngeyel deh. kamu udah telat, ayo cepetan sarapan!" mama Satu terdiam sesaat. dan kembali melanutkan mebaluri roti dengan selai.

"ma, warna merah itu loh ma. kok mama nggak lihat? hantu merah apa ya?!" Satu mulai tidak yakin. seketika udara di paru parunya menipis dan penglihatannya berkunang kunang. dia melihat warna itu makin jelas.

"udah deh jangan bikin mama makin marah pagi pagi!" mama mulai tidak senang. Satu tiba tiba terjatuh dan pingsan. Satu tidak sadarkan diri.

Satu langsung di larikan ke rumah sakit. beberapa saat, Satu mulai sadar. namun Satu menatap aneh.

"itu apaan lagi warna abu?!" Satu menunjuk spontan ke arah dokter, papa dan mamanya sendiri.

"Satu tenang dulu, mungkin kamu lagi nggak enak badan. istirahat dulu ya nak." papa menenangkan Satu.

"ini hal yang biasa pak, buk. halusinasi, saat keadaan tidak baik. suhu tubuh Satu tinggi. Satu hanya demam dan dapat pulih jika minum obat tepat waktu dan istirahat yang cukup." kata dokter yang memeriksa Satu.

"terimakasih dok." ucap mama Satu.

Satu tetap melihat warna warna aneh. tapi Satu mencoba diam saja. kenapa ini? batin Satu. Satu tidak sekolah hari ini. Satu kembali pulang dan istirahat. apa ada hubungannya dengan liontin ini? pikir Satu.

"omong kosong." gumam Satu.

Satu sampai di rumah. dan berbaring di atas kasurnya. mama Satu sudah menghubungi Walas Satu. agar di izinkan tidak sekolah karena sakit.

Satu berdiri menghadap cermin. menatap dirinya yang sedang memakai liontin permata ungu. Satu sangat cantik. sejauh ini, ia tidak dapat melihat warna aneh di dirinya. hanya orang lain. seperti mama, papa dan dokter tadi.

ia kembali berbaring ke atas kasurnya. dan menenggelamkan lamunannya hingga ia tertidur.

avataravatar
Next chapter