8 CEMAS

~Claude pov~

setelah selesai berkeliling dan menyanyikan yelyel bersama teman teman. aku pergi ke posko Satu. aku mencarinya. di meja poskonya hanya ada beberapa orang yang sedang duduk bernyanyi dan bermain gitar. aku bertanya pada salah satu dari mereka.

"maaf permisi kak. apa Satu ada di posko?" aku bertanya ragu.

"wah, tadi dia di bawa kak Riko ke rumah sakit X, barusan Xia dan Jea berangkat kesana."

"Satu kenapa kak?" aku mulai khawatir, kenapa Satu? apa dia sesakit itu sampai harus ke rumah sakit?.

"tadi dia pingsan, sudah di bawa ke klinik posko utama, tapi tensi nya masih rendah. jadi dia di bopong kak Riko ke rumah sakit." salah satu dari mereka menjawab juga dengan ekspresi yang cemas.

"makasih info nya kak, saya permisi kak." aku langsung berpamitan dan langsung berlari ke arah rumah sakit.

pasti Satu di UGD. setelah sampai di rumah sakit, aku langsung berlari ke pintu UGD. aku mencari dimana satu. aku melihatnya, dia sedang berbicara dengan Jea. aku menunggu Jea agar tertidur lagi. oh tuhan, aku sangat takut jika tidak bertemu dengannya.

"lu ngapain disini?" bisiknya, kenapa harus bertanya seperti itu. aku sangat khawatir padanya.

"gw nyari lu ke posko. katanya lu masuk rumah sakit." aku menjawab berbisik juga.

"duh, ntar kak Riko bangun." dia menjawab dengan ekspresi kesal. kenapa? ada apa dengan kak Riko? batinku.

"emang gw nggak boleh khawatir ke lu?" aku agak kesal di perlakukan seperti ini.

"boleh, tapi ntar gawat kalau kak Riko bangun?" Satu sangat takut. ekspresi itu. apa dia memiliki hubungan spesial dengan kak Riko?.

"udah lu istirahat aja. mereka udah lelap tidur kok." aku menatap mata Satu yang agak sembab.

"lu cari kursi sana, lu istirahat juga di samping kak Riko." aku mencari cari kursi kosong, dan membawa ke samping kasur Satu.

aku mulai mengelus ubun ubun kepala Satu. tapi dia menepisnya.

"gw nggak apa² kok Claude." dia menatapku. aku mengacungkan jari telunjuk di depan mulutku. agar dia diam dan mulai tidur.

15 menit berlalu. Satu sudah terlelap, tertidur. matanya tadi agak sembab dan juga retinanya agak memerah. apa dia menangis? aku memperbaiki selimut Satu. aku masih terjaga. ini pukul 02.00 WIB dini hari. aku belum sempat bertanya dia sakit apa.

aku memandang wajah satu. bulu matanya tebal. hidungnya mancung dan kecil. bibirnya tidak tipis dan tidak tebal. warnanya pink. hehee, aku suka. aku tersenyum kecil. rambutnya sedang acak acakkan. rambut yang berwarna coklat dan ikal. aku merapikan poninya. aku berdiri, dan menyodorkan badan. aku kecup kening Satu.

aku tersentak, apa yang aku lakukan?. bodoh! aku menampar pipiku sendiri. arggh, maafkan aku Satu. tapi aku memang menyukainya. apa Satu juga memiliki rasa suka padaku?. aku berharap suatu saat, dia dapat memberitahukannya padaku. aku langsung tidur di tepi kasurnya. menempelkan kepala ke ujung kasur itu. aku tetap menggenggam tangan Satu yang hangat. aku akan bangun cepat, agar aku tidak diketahui oleh Xia, Jea dan kak Riko.

avataravatar
Next chapter