webnovel

Bab.XXVII. Sebuah Ketukan Pintu

*Plak Plak Plak

Ketika itu sudah pagi sebuah suara menggangguku. Suara itu adalah suara gedoran pintu yang mengganggu kepalaku.

"Pak, Pak ! Ada sebuah kapal yang datang dari utara!"teriak suara itu dari balik pintu.

Sebuah kapal?,pikirku.

Jadi, aku langsung bangun dari kasur di kamar dengan hanya mengenakan pakaian army coat yang tidak kulepaskan sejak tadi malam.

Aku berjalan cepat ke arah pintu. Memutar knop pintu dan membukakan pintu segera.

Di balik pintu Marco telah berdiri sambil terlihat panik.

"Apa yang terjadi, Marco? Kenapa anda membangunkan saya?"tanyaku.

"Pak, ada sebuah kapal kecil dari utara. Kapal itu memasang bendera bajak laut mata satu ."kata Marco terburu-buru.

"Sebuah kapal berbendera bajak laut mata satu?"gumamku.

Marco mengangguk.

"Benar,Pak. Itu adalah kapal yang cukup kecil. Tetapi, kapal itu kupikir berhubungan dengan kapal Jhosep si kapten II bajak laut mata satu."tutur Marco.

"Bajak laut mata satu? "

"Ya , pak."

Aku bepikir sejenak sebelum memutuskan untuk membuat sebuah perubahan rencana. Ini adalah momen yang tepat. Sebuah momen dimana akan terjadi sebuah perubahan besar dalam rencanaku.

"Marco persiapkan segala yang tadi saya minta kepada anda. Suruh pasukan bersiap. Turunkan sekoci dan persiapkan senjata."

Marco langsung bergegas pergi sebelum aku memanggilnya sehingga dia mengentikan langkahnya dan berbalik ke arahku.

"Oh ya, Marco? Apakah kapal itu masih jauh?"tanyaku.

Marco hanya mengangguk.

"Kapal itu mungkin ada lima batu dari utara. Para sekoci yang anda utus sebelumnya tanpa sengaja menemukan kapal itu."

"Baiklah persiapkan segalanya segera , Marco."titahku.

"Siap, Laksanakan , Pak!"Dia memberi salam hormat prajurit sebelum pada akhirnya meninggalkanku.

Itu hanya sepuluh menit sebelum para prajuritku berkumpul di geladak kapal dan berpakaian seperti bajak laut mata satu. Mereka mengenakan baju usang dan memiliki tampilan buruk seperti gerombolan bajak laut kebanyakan.

Hanya saja, ada suatu hal yang kurang. Itu adalah gigi mereka yang terlihat bersih dan rapi.

Jadi, aku memanggil Marco.

"Marco , Kemari!"panggilku.

Marco berlari kecil ke arahku. Sebelum pada akhirnya dia berhenti di depanku.

"Siap , Pak!"

"Marco , apakah arang yang saya minta anda siapkan itu telah ada?"tanyaku.

Marco mengangguk yakin.

"Ada ,pak. Itu ada di sana."kata Marco sambil dia menunjuk ke arah tumpukan semacam goni kecil dari serat dan kulit pohon.

"Bawa kemari. Kita akan menggunakannya sekarang."kataku.

Tanpa berpikir lagi, Marco bergegas ke arah tumpukan goni itu dan mengambil satu goni dan cepat-cepat membawanya kepadaku.

Dia langsung menyerahkannya padaku.

"Ini , pak."kata Marco.

Aku mengangguk.

"Ambil satu batang arang dan kunyah sehingga gigi-gigi anda akan menjadi menghitam."titahku.

Marco hanya memiringkan kepalanya sesaat. Kemudian, dia mengunyah satu batang arang itu.

Dia mengunyah itu sampai giginya benar-benar hitam.

Aku bisa melihat bahwa arang itu memiliki rasa yang sepat karena ketika Marco mengunyahnya dia terlihat seperti memiliki ekspresi menahan rasa mengunyah benda pahit pada wajahnya.

"Anda bisa membuang sisanya jika anda tidak tahan lagi , Marco."kataku.

Mendengar perkataanku. Marco segera menghentikan untuk memaksakan dirinya mengunyah batang yang menjadi karbon itu.

"Bagaimana apakah gigi anda telah tertutupi oleh hitam dari arang itu?"tanyaku.

"Saya tidak dapat melihat ,pak."

"Buka mulut anda dan tujukkan gigi-gigi anda!"titahku,

Marco membuka mulutnya dan aku memastikan bahwa arang telah menghitami mulut dan giginya.

"Bagus, sekarang anda tinggal memerintahkan semua pasukan melakukan hal yang sama seperti yang sekarang anda lakukan , Marco."kataku.

"Siap, Pak!"

Dia segera bergegas ke arah pasukan berbaris rapi di geladak kapal. Lalu, memerintahkan pasukan melakukan hal yang sama.

Semua prajurit telah memiliki gigi-gigi yang menghitam. Kupikir, penyamaran kami telah cukup baik.

Kami akhirnya menurunkan sekoci dan memasang bendera tiruan dari Bajak Laut Mata satu.

Itu adalah hal yang biasa untuk memiliki gigi yang tak terurus bagi bajak laut. Jadi, kupikir meniru semua yang dimiliki bajak laut mata satu adalah hal yang masuk akal.

***

Sementara itu di dalam kamar di mana Khazat dan Shela Liviuq berada.

Gadis bangsawan muda bernama Shela Liviuq hanya terduduk lesu sambil ketakutan atas perintah pada pria yang ada di depannya sekarang.

Pria bajingan yang ingin membuatnya melakukan hal-hal kotor pada bibir manisnya itu.

Shela Liviuq ingin melawan kehendak pria itu. Tetapi, dia tidak memiliki tenaga yang cukup. Dia benar-benar lemas dan kaki-kakinya bahkan tak berkutik untuk berdiri.

"Kumohon , Jangan membuat saya melakukan itu..."pinta Shela Liviuq dengan air mata yang mulai mengalir di pipinya.

Dia menangis menyadari segala kebodohannya. Kebodohanya untuk tadi mengancam pria di depannya ini. Shela Liviuq benar-benar memahami bahwa pria ini bahkan dapat dengan mudah memperkosanya jika dia menginginkannya sekarang. Jadi, Shela Liviuq meminta untuk belas kasihan pada pria di depannya ini.

Khazat yang masih menjambak rambut panjang Shela Liviuq hanya tertawa menyaksikan kebanggaan wanita ini langsung hancur saat dia meminta wanita ini mengulum alat kotor di selangkangannya.

"Hahaha...Saya benar-benar sangat menyukai anda, Gadis manis. Saya benar-benar ingin mencabuli anda sekarang."kata Khazat dengan mata yang makin membara.

"Kebanggaan anda barusan langsung menghilang begitu mengetahui saya akan mencabuli anda rupanya. Wahaha. Menarik, benar-benar menarik. Biarkan aku melakukan suatu hal untuk anda."

Mendengar itu Shela Liviuq makin ketakutan. Matanya menggambarkan keresahan yang dirasakannya sekarang.

"Kumohon. Jangan melakukannya..." Shela Liviuq terisak-isak denga ingus yang mulai mengalir dari hidungnya.

Namun, Khazat malah menarik kepala Shela Liviuq lebih dekat dengan alat kotor di selangkangannya. Lebih dekat dan lebih dekat lagi.

Dia menarik kepala Shela Liviuq perlahan mendekati kepala dari alat-alat kotor itu. Itu bahkan hanya berjarak tiga sentimeter dari bibir manis milik gadis bangsawaan bangga itu.

Shela Liviuq hanya bisa menangis dan mengisak dengan suara serak.

Dalam pikirannya bisa saja dia menggigit alat kotor milik pria bajingan ini. namun, jika dia melakukannya. Maka, dia akan membangunkan iblis dalam diri Khazat, Si bengis.

Jadi, dia tidak mampu menolak.

Namun, kebanggaan Shela Liviuq sebagai seorang bangsawan bangga masih membuatnya bertahan untuk harga dirinya sebagai seorang wanita.

Dia bertahan untuk kebanggaannya tadi. Jadi, dia tidak mau membuka mulut dan membiarkan bibir manisnya mengulum alat kotor pria bajingan ini.

Ketika bibir Shela Liviuq mulai mendekati bagian dari kepala alat kotor milik Khazat sebuah suara mengganggu mereka.

"Bos Besar!"panggil seseorang di balik pintu.

Khazat menghentikan tanganya untuk mendorong kepala Shela Liviuq ke arah alat kotor miliknya lebih dekat.

Lalu, untuk sejenak dia menoleh ke arah pintu.

Dia tidak berpikir kesenangannya akan tergangu . Kesenangannya untuk memiliki begitu banyak hal dengan gadis bangsawan bangga ini. Namun, dia tidak dapat menghiraukan panggilan itu. Jadi, dia melepaskan cengkramannya dari kepala Shela Liviuq dan berjalan ke pintu.

Ketika dia membuka pintu Khazat mendapati seorang bawahannya telah berdiri sambil memperhatikan sejenak pemandangan dalam kamar yang terkesan erotis dan tidak senonoh.

Bawahannya itu memperhatikan di atas ranjang telah tertidur lelap wanita-wanita dengan tubuh yang adil dan memiliki banyak kesenangan hina dari matanya.

"Apa yang anda perlukan? Kenapa anda menggangu saya ditengah kesenangan saya?"tanya Khazat dengan ekspresi yang terlihat terganggu.

Pria itu hanya menelan ludah. Keindahan dalam kamar bos besarnya membuat dirinya agak berdesir di antara kaki-kakinya.

"Bos seseorang dari Kerajaan Bargobar telah ada di gerbang masuk dan ingin bertemu dengan anda..."kata pria itu.

"Seseorang dari Kerajaan Bagobar?"tanya Khazat.

Pria itu mengangguk.

"Iya bos. Itu adalah utusan dari Darvan Drumwind, Bos."jawab pria itu.

Bukankah ini terlalu cepat bagi Darvan Drumwind untuk mengambil gadis itu? Aku bahkan belum bersenang-senang dengannya. Bagaimana dia bisa ingin cepat-cepat mengambil gadis itu?, pikir Khazat.

"Baiklah, ijinkan dia masuk area dan siapkan ruangan untuk menjamu utusan Darvan Drumwind itu. Aku tidak mau membuat utusan itu kesal dan membuat kesepakatan kami gagal. "

"Baiklah, Bos. Saya akan melaksanakan segala yang dibutuhkan."

Khazat hanya mengangguk. Lalu, bawahannya itu bergerak meninggalkan pintu.

Khazat berjalan ke arah Shela Liviuq dan memandang dengan mata vulgar ke tubuh gadis itu.

"Gadis manisku, sekarang saya akan memiliki beberapa urusan dengan utusan Darvan Drumwind. Saya pikir saya akan memiliki bisnis lain ,jadi kita yang urusan kita ditunda sejenak. Tapi, anda jangan khawatir gadis manis. Ayah anda ini akan secepatnya datang kemari jika urusan ayah anda ini telah selesai. Ayah anda ini akan membuat bibir manis anda ini senang."kata Khazat sambil menarik kemudian menciumi bau dari rambut Shela Liviuq.

Khazat meninggalkan Shela Liviuq dan bergegas menuju lemari pakaian di dekat tempat tidur dan mengenakan pakaian yang biasa dikenakannya. Sebuan celana setinggi lutut dan sebuah pakaian seorang penjelajah yang memiliki lengan panjang yang biasa dikenakan oleh para penjelajah dan perompak kenakan kebanyakan.

"Sampai jumpa , gadis manis. Kita akan melakukannya nanti. Sabar, ayah anda ini akan membuat anda mengerti bagaimana rasanya di eksplorasi dari batang naga kecil liar ini."kata Khazat sambil meninggalkan kamar dan meninggalkan Shela Liviuq yang memiliki perasaan lega di hatinya.

Shela Liviuq sama sekali tidak memiliki tekad untuk melakukan hal-hal mesum yang dipaksakan oleh Khazat, dia akan mati ketakutan apabila Khazat melakukan hal yang sama seperti yang dilakukannya pada wanita-wanita di atas ranjang itu, dan dia belum pernah sekalipun memiliki sebuah hubungan mesum dengan seorang pria manapun . Dia bahkan belum bersentuhan secara langsung dengan tunangannya.

Entah itu di Kekaisaran Tirani Gohlun atau Kerajaan Bargobar dia tidak memiliki hubungan dengan lawan jenisnya. Jadi, ketika dia melihat pria bernama Khazat itu menjambak rambutnya dan menarik kepalanya ke arah alat kotor itu. Dia benar-benar ketakutan.

Shela Liviuq hanya bisa menghela nafas setelah ketukan pintu menyelamatkan kebanggaannya yang besar. Shela Liviuq adalah seorang bangsawan bangga, harga diri bangsawan untuk dilecehkan oleh bajak laut adalah hina baginya. Jadi, ketukan pintu tadi menyelamatkan dirinya dari kehinaan yang bisa saja menimpanya.

Untuk sekarang Shela Liviuq berusaha keras mencari cara keluar dari tempat ini. Jika dia terus berada di tempat ini, cepat atau lambat pria bajingan itu akan menaruh tangan kotornya pada tubuhnya yang merupakan berkah tertinggi dari dewa Assyira. Tubuh yang bersih dan tidak bisa dikotori oleh siapapun. Bahkan , tidak boleh dicemari oleh tunangannya yang belum dia nikahi.

"Oh Dewa Assyira. Berikanlah segala perlindungan bagi anakmu yang malang ini. Oh Dewa Assyira…"kata Shela Liviuq sambil menghapus air matanya.

Kedua orang tua Shela Liviuq selalu mengajarkan pada putrinya ini untuk selalu memohon perlindungan disaat dia mengalami sebuah kemalangan dan hal yang tidak diharapkan pada Dewa Assyira.

"Terimakasih Dewa Assyira telah memberikan perlindungan pada anakmu ini…Terimakasih Dewa Assyira."ucapan syukur keluar dari mulut gadis itu.

***

Dalam ruangan yang masih berada dalam kediaman Khazat yang dibangun dari kayu.

Di sebuah ruangan besarnya tidak sampai sepuluh meter seorang pria berpakaian bangsawan duduk tenang di atas sebuah kursi yang dibuat dari kayu.

Dia memiliki tampang di usia antara dua puluhan tahun. Namun, ketenangan wajahnya benar-benar diatas rata-rata kebanyakan orang. Itu adalah ketegasan dan ketenangan dari wajah paling dominan. Sebuah ketegasan dari seorang pemimpin dan birokat di Kerajaan Bargobar.

Ketika Khazat tiba di ruangan itu, pria itu hanya tersenyum kecil pada pria di atas kursi itu.

"Sudah lama tidak bertemu,Viscount Edward. Saya tidak mengira bahwa anda datang ke mari sebagai utusan bagi Tuan Duke."

Pria itu hanya mengangguk ringan begitu mendengar perkataan Khazat.

"Sudah lama , Tuan Khazat. Anda adalah seorang bajak laut terkenal di lautan. Bagaimana mungkin paman saya mengirim orang lain untuk menyelesaikan perjanjian kita."

"Haha…Anda benar-benar menaruh banyak wajah pada saya Viscount Edward. Anda adalah viscount termuda dan paling dominan digenerasi anda sekarang. Saya pikir sayalah yang merasa sangat terhormat dengan orang seperti anda datang kemari."

Viscount Edward hanya menggelengkan pelan kepalanya.

"Anda terlalu berlebihan pada saya. Saya hanyalah pemuda yang belum melakukan apa-apa untuk kerajaan saya…"

Viscount Edward hanya diam sejenak kemudia dia menghela nafas sebelum bersuara kecil.

"Bagaimana dengan keadaan Nona Shela Liviuq? Apakah anda menjaganya dengan baik?"

Khazat hanya mengangguk pelan.

"Tentu saja saya menjaganya. Lagipula ini adalah tugas saya dan ini adalah perjanjian dengan Tuan Duke. "

"Kupikir inilah alasan mengapa Tuan Duke begitu tertarik untuk menjadikan gadis itu sebagai budak seksnya. Dia benar-benar mudah membakar gairah seorang pria." Khazat tersenyum vulgar diwajahnya.

Mendengar itu ekspresi Viscount Edward berubah. Sebuah kilatan dan percikan api keluar dari punggung telapak tangannya. Itu adalah kilatan dan percikan api yang bisa dimiliki oleh Mage api kebanyakan.

Oh, Mage api pria ini ternyata diatas rata-rata. Itulah sebabnya dia bisa mudah menyingkirkan pewaris asli gelar Viscount yang merupakan saudara kandungnya, pikir Khazat.

"Tenang, Tuan Viscount. Saya hanya bercanda tentang itu. Lagipula, saya tidak cukup bodoh menghancurkan diri saya sendiri untuk hal sebodoh itu."

Mendengar itu Viscount Edward mulai tenang. Dia meredakan ancaman dan lapalan mantra dari punggung telapak tangannya.

"Saya sangat berharap anda menjaga perkataan anda, Tuan Khazat. Kadang seseorang bisa saja membakar tempat anda ini menjadi abu dalam sekejap karena kemarahan. "

Khazat tersenyum kecil.

"Seperti yang diduga dari kepala mage Kerajaan Bagobar. Anda benar-benar memiliki kepercayaan diri yang lebih. Kalau begitu bisakah kita mulai pembicaraannya , Tuan Viscount Edward?"

Pria itu hanya mengangguk pelan.

Sorry . Seharusnya saya lebih cepat mengupdate cerita ini. Tetapi, belakangan saya memiliki halangan mendadak. Aku tidak percaya resolusi tahun baruku baru saja kulanggar.

Itu bahkan tidak sampai dari beberapa hari.

EraaanFairchildcreators' thoughts
Next chapter