webnovel

Bab.XX.Laporan Dari Medan Perang

Hari Ke-25 Bulan XII 1207 ,Royal Palace, Ruang Kerja Raja, Kota Helen.

Semilir angin dari jendela yang terbuka lebar terasa sejuk . Alunan dari suara gesekan rimbun pohon di halaman luar terdengar merdu. Sementara sinar cahaya matahari menusuk dan masuk menerangi ruangan kerja yang berukuran 10 x 8 meter itu.

Kadang-kadang sinar matahari yang memancarkan cahayanya sesekali akan masuk dan menerangi salah satu sudut di sisi meja. Sinar matahari itu akan mendarat tepat di atas kulit putih seputih salju milik gadis berusia tujuh belas tahun, yang sedang mengerjakan dan memeriksa berkas dan laporan tentang masalah negaranya di atas lembar-lembar perkamen dari kulit.

Wanita itu adalah tulang punggung kerajaan selama dua tahun ini. Beberapa laporan yang datang ke mejanya, tak jarang membuat dia sesekali mengerutkan dahi. Dia agaknya beberapa hari ini telah menerima laporan dan berkas buruk mengenai kerajaan yang bergejolak saat berada dipundaknya.

Beberapa laporan tentang kemenangan perang, jarang diterimanya pasca keberhasilan Sabotage di Kota Pelabuhan Gilgurd. Jadi, dia hanya menggelengkan kepalanya pelan dan lesu begitu mendapati banyak hal-hal yang sebenarnya tidak mau dilihat dan dibaca olehnya. Namun, posisinya sebagai raja di Kerajaan Campestris memaksanya harus membaca dan melihat itu semua.

Sementara ketika dia masih bergumul dengan ekspresi lesu dan kening yang terkerut, seorang wanita berpakaian maid hitam membawa nampan berisikan sajian teh dalam teko dan kue-kue manis telah melangkah masuk dari pintu yang terbuka lebar , kira-kira berjarak tujuh meter dari meja kerja gadis itu.

Sebuah senyum melekat pada bibir wanita berambut hitam panjang itu. Rambutnya yang diikat ekor kuda, menambah kesan bahwa gadis itu tampak lebih dewasa ketimbang bentuk tubuhnya yang lebih pendek dari gadis yang duduk di meja kerja itu.

Mendapati gadis berusia tujuh belas tahun itu masih sibuk dengan kertas-kertas di mejanya ,wanita berambut ekor kuda itu hanya mendehem ringan pada gadis di atas meja kerja itu sama sekali tidak memperhatikan kedatangannya.

"Ahem...Yang Mulia..."tegur gadis berambut ekor kuda itu.

Gadis di meja kerja hanya menoleh sesaat ke seberang meja, dan mendapati sosok yang dikenalnya sudah berdiri sambil meletakkan makanan dan minuman favoritnya di atas meja kerjanya.

"Sister Kalaya...Sejak kapan anda masuk?"tanya gadis itu dengan senyuman yang merekah di pipinya.

Senyuman itu benar-benar akan membuat orang-orang berpikir, bahwa senyuman itu adalah senyuman seorang dewi ataupun malaikat. Hanya saja, tampak senyuman itu ditujukan pada makanan yang ada di atas mejanya sekarang.

Terbukti hanya beberapa saat setelah dia menyadari keberadaan kue-kue manis itu, gadis itu langsung menghentikan pekerjaannya lalu menggerakkan telapak tangannya yang dibalut oleh sarung tangan tipis berwarna kulit ke arah nampan yang ada di meja di depannya.

Kemudian dia mulai mengirim kue-kue manis itu ke arah bibirnya yang berwarna cherry dan basah itu. Sampai kue-kue itu hilang pelahan dalam mulutnya.

Wanita yang tersenyum di hadapannya sekarang adalah Kalaya Constantin. Dia bekerja sebagai asisten terpercaya bagi adik perempuan angkat cantiknya ini, Lillith Constantin. Mereka berdua adalah saudara perempuan angkat. Kedua wanita itu terpaut jarak usia sebelas tahun. Usia Kalaya saat ini telah menginjak, sekitar dua puluh delapan tahun .Itu adalah usia yang cukup matang sebenarnya.

Hanya saja, karena tubuhnya yang kecil dan imut membuat penampilannya serupa bak remaja di usia belasan tahun. Terlebih lagi tinggi,postur , kulit "baby skin" dan wajahnya yang "baby face" tak jarang membuat orang-orang berpikir bahwa wanita ini hanya gadis remaja di usia belasan tahun. Tetapi, ketika orang-orang melihat senyuman dan pembawaannya yang tenang dan dewasa mereka akan berubah seratus delapan puluh derajat lalu menyadari bahwa tubuh dan jiwa wanita ini sudah matang sepenuhnya. Seolah-olah kedewasaan dan ketenangan wanita ini terjebak dalam tubuh yang kecil dan muda itu.

"Saya baru saja tiba..."kata Kalaya Constantin. Dia hanya menoleh sejenak pada tumpukan kertas dia atas meja kerja adiknya. Kemudian dia hanya menghela nafas.

"Bukankah laporan ini lebih banyak dari kemarin..?"tanya Kalaya Constantin.

Lillith hanya mengangguk pelan sambil terus menikmati dan mengunyah kue-kue manis itu dalam mulutnya.

"Itwu bennnarl.." kata Lillith dengan mulut yang dipenuhi kue-kue manis.

Kecantikan dan keanggunan , gadis yang telah disebut-sebut sebagai dewi di Kerajaan Campestris ini akan jatuh ke titik terendah , jika orang-orang dalam kerajaannya melihat mulutnya yang dipenuhi kue-kue manis seperti sekarang. Itu membuatnya seperti kelinci lucu, yang memiliki wortel di dalam mulutnya.

Melihat Lillith yang seperti bocah belasan tahun, yang baru saja mendapatkan makanan favoritnya. Kakaknya, Kalaya hanya menggelengkan kepalanya pelan dan mengeluarkan sebuah sapu tangan dari saku rok panjangnya. Dia langsung membersihkan tepian bibir dari adik tercintanya itu.

Lillith hanya berhenti mengunyah sejenak, lalu memperhatikan sesaat pada wajah Kalaya yang saat itu membersihkan tepian bibirnya itu.

"Anda seharusnya menjaga penampilan Anda,Yang mulia..."keluh Kalaya.

Lillith hanya tersenyum kecil sama seperti adik kecil kebanyakan ,seolah-olah perannya sekarang sebagai seorang raja yang berkuasa tidak terlihat dikala itu.

"Benarkah..?Ku pikir penampilanku sudah terlihat layak..."kata Lillith.

"Jika itu terlihat layak dengan lumeran bekas cokelat di tepi bibir Anda, saya pikir itu akan aneh..."

"*Fufu... seorang gadis harus bisa mengkondisikan dirinya ,kapan terlihat manis dan kapan akan menikmati makanan yang manis..."Kata Lillith sambil membusungkan dadanya dengan bangga. Dadanya itu tidak terlalu menonjol juga tidak terlalu rata, itu ukuran standart sebagai milik seorang gadis tanpa dosa.

Kalaya Constantin hanya menghela nafas.

"Yang mulia tampak sedikit kurang bersemangat membaca dan melihat laporan itu...Apakah ada sesuatu yang membuat Anda menjadi sedikit agak lesu dan mengerutkan dahi seperti itu ,Yang Mulia?"

Lillith hanya mengangguk.

"Kamu memang benar...Belakangan ini laporan dan berkas yang masuk ke atas meja kerjaku benar-benar tidak seperti yang kuharapkan...Aku mungkin akan menyebutnya begitu, kurasa..."

"Apakah laporan dan berkas itu memiliki berita yang buruk…"

Lillith sejenak berpikir. Dia memandang ke arah luar melalui jendela yang terbuka sangat lebar. Hembusan semilir angin terasa sejuk dan membuat rambut pirangnya yang tergerai itu sedikit menari. Seolah-olah gambaran dan portait gadis tujuh belas tahun itu , menyatu dengan indahnya alam.

"Ku pikir ya...ku pikir juga tidak…belakangan ini situasi garis dalam perang yang berkecamuk membuatku sangat cemas….Aku tidak tahu kapan perang ini akan berakhir…Aku juga tidak tahu pasti apa yang akan menungguku di akhir perang sipil ini…"Dia hanya menghela nafas. Ekspresi Lillith berubah. Dia kembali mengenang tahun-tahun belakangan ini.

Perang selama dua tahun ini adalah perang pertama yang melibatkan Lillith Constantin berperan sebagai seorang penguasa. Lillith tidak tahu kapan ini akan berakhir. Keegoisan kakak tirinya , Pangeran Scrall, yang tidak pernah menganggap dirinya sebagai penguasa di Kerajaan Campestris juga menambah beban berat pada pundaknya.

Dia ingat terakhir kali saat mereka masih kanak-kanak, Lillith, Scrall dan Kalaya akan menjadi saudara tiri dan sepermainan yang benar-benar akrab. Meskipun, Lillith adalah adik dari ibu yang berbeda,tetapi Scrall selalu menyayangi Lillith sama seperti seorang adik perempuan yang berasal dari rahim yang sama.

Mungkin itu sekitar enam tahun yang lalu. Itu dimulai saat mereka bertiga sudah beranjak dewasa dan memiliki ambisi yang berbeda-beda. Semua itu telah memisahkan Lillith dengan Scrall.

"Apakah Anda masih membenci Pangeran Scrall atas konspirasi dan pemberontakannya, Yang Mulia…?"tanya Kalaya pelan. Wanita itu dapat melihat perubahan ekspresi dari adiknya tercinta ini.

Lillith hanya mengepalkan tangannya. Dia menggigit tepi bibirnya.

"Anda benar…Dialah yang telah berkonspirasi untuk membunuh Ayahanda…meski, dia telah menampik semua tuduhan yang telah dijatuhkan pada dirinya… tetapi, suatu alasan membuatku semakin yakin, bahwa dialah yang memang telah membunuh ayah..."kata Lillith dengan mata gelap dan ekpresi suram di wajahnya.

"Tetapi…Yang Mulia…Bukankah Anda seharusnya tidak terlalu memikirkan itu? Lagipula, tidak ada cukup bukti untuk menuduh Pangeran terlibat dalam kematian tidak wajar baginda Raja sebelumnya…meskipun…meskipun saya merasa sangat kecewa dengan pemberontakan dari Pangeran…namun, untuk suatu alasan saya tidak bisa menyalahkan dan menuduh pangeran Scrall…"

"Sebaiknya kita hentikan pembicaraan mengenai orang itu…Yang terpenting sekarang, melihat apa yang dilakukannya untuk menjatuhkanku dari tahta yang Ayahanda wariskan padaku…"sela Lillith.

Jadi, Kalaya hanya bisa menuruti keinginan dari Lillith untuk berhenti membicarakan masalah yang berhubungan dengan Scrall Constantin.

"Aku telah mendengar mengenai pembentukan unit pasukan baru milik Garda Nasional. Apakah mereka telah membuahkan hasil yang seperti Anda harapkan , Yang Mulia?"

Lillith mengangguk , sesaat dia menguap kecil.

"*Hoam... Mereka telah berhasil memadamkan gerakan pasukan pemberontak sebelumnya…Mereka berhasil menjatuhkan Count Fillio di Gilgurd…Namun, belakangan ini aku belum mendengar laporan mereka…Apakah anda tertarik dengan pasukan ini?"

Kalaya hanya menggeleng pelan.

"Aku hanya sedikit penasaran , belakangan nama Sabotage seperti menjadi perbincangan di kalangan pasukan Garda Nasional…Apakah anda yang berada di balik itu semua?"tanya Kalaya.

Lillith hanya mengangguk.

"Yap…aku memang mencoba merekrut tenaga baru dalam unit ini…Jadi, aku mulai menghembuskan segala isu dan pencapaian dari Sabotage...Ku pikir ini adalah cara bagus untuk mempersiapkan hal-hal yang sebenarnya tidak kita inginkan…"

"Hal-hal yang tidak kita inginkan?"

"Yah…Anda tahu sendiri bahwa Kerajaan Manhoot ternyata ikut ambil bagian dalam pergolakan politik negara kita…Kurasa untuk saat ini melebarkan sayap yang dimaksud oleh Letnan Kolonel Peter adalah masuk akal…Setidaknya untuk berjaga-jaga jika gerakan negara lain menjadi berbahaya bagi Campestris…"tutur Lillith.

Peter? Ini pertama kalinya seseorang memiliki nilai lebih di mata Yang Mulia. Apakah orang itu benar-benar memiliki kemampuan untuk membuat adikku menilai lebih padanya, pikir Kalaya.

Namun, dia segera membuang pikiran itu. Dalam pikiran Kalaya Constantin jika seseorang terlihat berguna bagi adiknya itu tidak akan menjadi masalah baginya. Hanya saja, mendapati Lillith untuk mengingat satu nama dari banyak nama dalam pasukan Campestris dan Garda Nasional adalah suatu hal yang langka.

"Oh Ya…Yang Mulia, saya telah mendapatkan kabar dari benteng yang saat ini terjepit. "

"Kabar…? Apakah kabar yang Anda dapatkan, Sister Kalaya?"

"Pasukan aneh bergerak beberapa hari ini…Itu di sekitar perbatasan provinsi…Mereka mengenakan atribut pasukan Garda Nasional. Namun, mereka tidak membawa bendera legiun mana mereka berasal…Benteng Provinsi mencurigai itu sebagai pasukan pemberontak…Hanya saja, mereka cukup aneh bisa menembus garis pertahanan ketat Legiun V di bawah komando Letnan Jenderal Alonso…"

Lillith Constantin berpikir sejenak. Selain menjadi asisten kepercayaannya, Kalaya kakaknya juga berperan sebagai pengumpul informasi dari serikat pedagang dan rombongan kafilah. Selama ini Kalaya memang memberikan informasi yang akurat secara tidak tertulis.

Jika, itu memang pasukan pemberontak…Itu akan sangat berbahaya bagi pergerakan pasukan dibawah perintah Jenderal-jenderalnya yang masih loyal.

Tidak dapat dipungkiri bahwa Lillith Constatin membutuhkan seorang strategis yang licik dan brilian seperti Letnan Colonel Peter sekarang. Namun, orang itu saat ini masih dalam tugas di wilayah markas pusat pemberontakan. Jadi, dia hanya bisa bersabar untuk menunggu dan menunggu sampai orang itu kembali dan memberikan solusi licik seperti di Kota Pelabuhan Gilgurd.

"Ah…Aku sebenarnya ingin menyelesaikan itu dengan mengirimkan pasukan scout ke sana…Namun, kupikir itu akan sedikit beresiko sekarang…Aku akan menunggu setelah Sabotage menyelesaikan misi di tempat yang lain…."

"Menyelesaikan misi?"

Lillith hanya mengangguk pelan.

"Baiklah…Jika itu telah menjadi keputusan anda , Yang Mulia."

***

See You Next Chapter.

EraaanFairchildcreators' thoughts
Next chapter