webnovel

Bab.XVIII.Faust

Edric Willhem membawaku kedalam vila pada bagian wilayah barat kota Hoke. Vila itu adalah bangunan tunggal yang besarnya hampir sama dengan Markas Pusat Garda Nasional. Namun, bangunan itu didesain seperti layaknya kediaman yang mewah dan megah. Villa terdiri dari lima tingkat, masing-masing sudut terdapat menara pengawas yang cukup ketat yang dijaga oleh pengawal feodal.

Sementara bagian dalam ruang , terlihat lebih mirip suatu hall dalam pargelaran yang sebagian besar diisi penuh oleh perabot dari tembaga dan perunggu. Sementara, beberapa pelayan wanita muda tampak hilir mudik dari ruang yang ada di belakang.

Kaki kami berhenti tepat pada sebuah ruangan yang hanya terdiri dari sebuah meja oval besar, dan diisi tak lebih dari dua puluh kursi yang didesain sedikit agak mencolok daripada properti di ruangan. Sementara di pintu masuk ruangan, yang dibatasi oleh pintu kayu besar dan tebal dijaga oleh dua orang pria bersenjata tombak dan memiliki perisai dari logam di tangan mereka. Mereka juga mengenakan armor dari logam yang sama. Kedua prajurit itu hanya menunduk, memberi hormat pada Edric begitu ia membawaku ke dalam ruangan.

"Edric apa yang terjadi di sini…?"

Seorang pria tua dengan rambut dipenuhi oleh putihnya uban, terlihat mengenakan sebuah pakaian kebesaran dari sutera yang cukup mahal. Sementara, keriput ditubuhnya sudah terlihat jelas. Hanya saja, pria itu berdiri layaknya seorang yang tidak dimakan oleh usia.

"Ayahanda, maafkan kedatangan saya yang tiba-tiba. Namun, saya membawa seorang pria yang memiliki informasi berharga untuk kita." Edric berjongkok sambil mengecup tangan kanan dari pria yang dipanggilnya ayahanda.

Kemungkinan terbesar pria tua yang berdiri sekarang di hadapanku adalah Cedric Willhem, ayah mertua dari Pangeran Scrall. Aku tak pernah mengira , orang yang berdiri sebagai menteri keuangan dua tahun lalu adalah pria tua yang terlihat ditumbuhi uban di rambutnya dan keriput kulitnya.

Pria itu hanya menatap sambil dengan mata tertuju padaku memastikan sesuatu.

"Benarkah demikian, Tuan..?" Cedric Willhem menatap ragu padaku.

Aku hanya mengangguk pelan.

"Ini bukan sesuatu yang berharga pada umumnya. Namun, saya pikir ini akan menjadi semacam transaksi yang berharga."

Cedric mendehem ringan sebelum pada akhirnya bersuara pelan dan matang.

"Bisakah kita membicarakannya di ruanganku?" pinta Cedric lalu menuntun ku pada sebuah ruangan di lantai tiga.

"Jadi, apakah perkataan Anda dapat dipercaya?"

Cedric memastikanm setelah sebelumnya aku memberi informasi palsu bahwa kondisi perang Bargobar dan Bajak Laut Mata Satu sudah mendekati akhir yang cukup jelas.

Adapun bajak laut mata satu adalah kelompok perompak berbahaya yang menguasai wilayah perairan di benua timur. Yang sebagian besar mereka menjalankan bisnis yang berhubungan dengan perdagangan budak illegal, penjualan senjata, perompakan dan penyerangan pada wilayah yang dijaga kurang ketat oleh suatu negara. Jadi, ketika sebuah negara seperti Bargobar menyatakan perang terhadap bajak laut Mata Satu , maka bisa dipastikan ini adalah sebuah keseriusan yang jelas dalam perang.

"Jika Anda tidak mempercayainya. Kupikir Anda tidak usah berpikir panjang dan menimbang lagi. Saya hanya membutuhkan pembelian bijih besi dari tanah tuan Cedric. Jadi, jika Tuan tidak tertarik saya akan mencari partner bisnis lain." kataku sambil menundukkan sejenak hormat.

Pada dasarnya jika Cedric tidak mempercayai informasi yang kuberikan setidaknya ia akan diuntungkan dengan pembelian bijih besi yang akan ku tawarkan padanya.

"Hmm… Saya memang sedikit kurang percaya hal semacam itu. Mohon maafkan saya."

Aku hanya mengangguk sambil tersenyum.

Pria tua ini setidaknya tidak menerima informasi tanpa pertimbangan yang matang. Bersyukurnya aku, setidaknya aku dapat menggunakan beberapa pergerakan yang akan sangat berharga sewaktu aku masih di ibukota.

"Jadi…berapa jumlah bijih besi yang Anda butuhkan?" tanya Cedric memastikan.

"Lima puluh kargo atau setidaknya itu berjumlah lima kapal. Apakah Anda dapat memenuhinya?"

"Hm… Lalu harga yang Anda minta untuk satu kargo?"

Pria itu menatap pada mataku, seolah memastikan bahwa aku memang benar-benar akan melakukan pembelian sebanyak itu.

Jika dipikir , pembelian bijih besi yang lima puluh kargo adalah pembelian yang cukup banyak apalagi dibandingkan dengan sebuah kelompok bajak laut yang tak lebih dari dua puluh ribu anak buah kapal.

"Lima ratus tiga puluh Koin emas Campestris…"

Mendengar itu, Cedric hampir tersedak. Matanya melotot seketika pada harga yang ku tawarkan. Kelihatannya umpan telah dimakan.

"Bukankah itu terlalu berlebihan , Tuan Virtus?" Cedric memastikan bahwa angka yang kusebut barusan adalah nyata.

"Itu memang harga yang saya tawarkan pada Anda."

Cedric Willhem memang terkenal sebagai seorang pembuat kebijakan ekonomi yang jenius pada masa ini. Jadi, menipu seorang jenius adalah dengan membuat sebuah perhitungan keuntungan untuk Cedric sebagai angka yang diluar perkiraannya.

"Jika Anda tidak keberatan , lusa saya akan membayar separuh dari pembelian barang. Separuhnya akan saya bayar begitu kapal dari armada Bajak laut tiba kemari dan mengangkut barang." tawar ku.

Dalam transaksi disetiap negara pada umumnya pengiriman dan pembelian barang antar lintas negara dilakukan dengan menggunakan jasa seorang makelar dagang. Segala macam bentuk kerugian akan ditanggung oleh si makelar. Hal tersebut tidaklah buruk secara keseluruhan, karena makelar dagang dapat mengambil keuntungan berkali-kali lipat dari modal awalnya. Tetapi, tampaknya Cedric sedikit tahu ini, begitu aku menjelaskan bahwa aku menggunakan kapal miliki Bajak Laut Mata Satu untuk mengangkut barang. Dia langsung menyetujuinya.Karena dia tidak akan dirugikan.

"Saya tidak keberatan jika demikian. " kata Cedric mantap.

Malam ini adalah pembukaan Festival Gerbang jadi aku dan Regi memutuskan untuk menikmati sekaligus bekerja mencari keberadaan Pangeran Scrall. Aku sedikit mengenali Scrall dari gambar lukisan yang dibuat hampir mirip orang yang hidup. Aku tidak habis pikir , seniman lukis di Kerajaan Campestris adalah jenius yang sejajar Picasso atau Davinci.

Pangeran Scrall memiliki rupa mirip seorang Balkan Timur yang banyak berprofesi sebagai seorang gangster dengan wajah yang tampan. Rambutnya pirang sangat mirip dengan Lilith. Karena alasan itu, aku berpikir kedua kakak-beradik ini pastilah orang yang berbahaya. Aku berpikir untuk hati-hati menghadapi pria bernama Scrall ini.

Pria ini bagaimanapun aku melihat , adalah seorang jenius dalam peperangan.

Dia telah berhasil melakukan pemberontakan selama dua tahun tanpa mengalami kekalahan berarti. Sebelumnya, tentara pemberontak yang berada di faksinya untuk suatu alasan selalu memenangkan lini perang, meski mereka kalah jumlah.

Berdasarkan informasi dari Legiun II yang disapu habis, mereka dikatakan kalah jumlah. Sehingga, pemimpin Legiun memutuskan tidak menunggu lama dan langsung melakukan penghancuran tentara pemberontak yang terdesak mundur.

Sayangnya, itu adalah bagian dari strategi musuh untuk memancing barisan pasukan agar tidak seimbang dan hati-hati. Sehingga, berbekal dengan beberapa pasukan cadangan milik pemberontak Legiun II disapu habis. Aku menjadi salah satu yang selamat di dalam laporan. Lebih tepatnya bukan aku, tetapi tubuhku.

"Oh ya ,Tuan. Saya pernah mendengar , bahwa dalam Festival Gerbang akan dilaksanakan sebuah parade dan teater di alun-alun kota. Mungkin Pangeran akan ada di sana." Regi membuka mulut begitu kami sudah lama berjalan tanpa menemukan sosok yang kucari.

"Hm…Theater. Apa yang mereka pentaskan kira-kira?"Aku sedikit tertarik ,dalam suasana perang sipil penduduk masih disuguhi pementasan. Apakah ini pentas propaganda seperti yang kami lakukan di Ibukota Berlin?

"Kalau ku pikir mereka menyebutnya [Faust]…"

Faust? Apakah itu yang dimaksud Faust dalam cerita tradisional Jerman atau yang dimaksud Faust dalam bahasa Jerman yang berarti tinju?

"Tinju...?" Regi memiringkan kepala dan mulai bingung.

"Apakah Anda mengatakan bahwa Faust adalah tinju..?"tanyaku.

Aku tahu, itu tidak berarti sama seperti yang dimaksud.

"Jadi… maksudmu ini [Faust] si Penyihir Penjual Jiwa pada iblis?"

Regi mengangguk. "Kebanyakan orang-orang di Campestris mengetahui drama itu. Apakah Anda melupakannya ,Tuan?"

Aku menggeleng. Aku berpikir bahwa cerita rakyat di Campestris hampir sama seperti di Jerman, jika memang cerita rakyat ini ada. Maka, Kerajaan Campestris untuk suatu alasan memiliki hubungan dengan Jerman. Kupikir, mulai mencari tahu penyebar dari cerita ini adalah hal yang utama setelah aku buntu dengan sihir untuk mengembalikanku ke kampung halaman.

Kami akhirnya memutuskan untuk menuju kerumunan orang yang sangat banyak yang berkumpul mengelilingi bagian depan sebuah panggung yang didirikan cukup tinggi.

Sementara orang-orang saling berbisik menantikan pemanggungan dimulai. Aku mengamati ,kebanyakan orang dari kalangan bawah terlihat sangat antusias akan pargelaran yang dilaksanakan oleh tuan feodal kali ini.

Pementasan dimulai. Sebuah sinar dari lampu sorot yang dihasilkan dari cahaya yang cukup terang memancar pada seorang pria yang berdiri tepat di atas panggung yang didesain dengan tema sebuah perpustakaan dan beberapa hal yang berkaitan dengan laboratorium.

Pria itu berambut hitam seperti dimakan oleh kegelapan. Sementara ia mengenakan sebuah topeng yang sama gelapnya dengan warna rambut miliknya.

Pementasannya dimulai.

Hampir secara keseluruhan cerita tentang Faust tidak berbeda dengan cerita yang ada di Jerman. Ini mungkin bisa menjadi sebuah petunjuk. Bagaimana cerita antara dua dimensi yang berbeda memiliki kesamaan. Jawabannya mungkin adalah cerita memiliki sumber yang sama. Jika demikian maka ada yang berhubungan antara Jerman dan Campestris. Jadi, setelah pemeranan selesai aku mendekati salah satu orang yang memerankan Faust.

Aku menghampiri pria yang kelihatan sedang berbincang ringan dengan salah satu orang yang satu panggung dengannya tadi.

"Permisi… bisakah saya meminta sedikit waktu Anda, Tuan?"

Aku menyapa pemuda yang kira-kira berusia tak jauh berbeda denganku. Hanya saja, ia memiliki semacam sikap yang lebih dewasa dibanding dengan umurnya. Pria itu menoleh dan tersenyum sambil membalas permintaanku.

"Jadi…apakah bisnis Anda pada saya?" tanya Pria itu penasaran.

Aku mengarahkan sebuah jabatan tangan yang ringan pada pria berambut hitam dan jangkung itu.

"Perkenalkan nama ku adalah Virtus , seorang petualang dari Bargobar. Kalau boleh tahu, bisakah saya mengetahui siapakah nama Tuan?"

"Namaku adalah Faust." Katanya sambil melemparkan senyum kecil .

Hal itu membuatku berpikir, orang ini adalah orang yang tidak sopan dengan menggunakan nama yang bukan miliknya. Meskipun aku melakukan hal yang sama. Entah mengapa aku merasa kesal pada matanya yang kecil itu, serta senyumnya yang palsu seperti sebuah topeng.

"Itu hanya lelucon 'kan…?" gumam ku.

"Maaf. Nama saya adalah Heidei, seorang artis." Ia kemudian melepas jabat tanganku.

Aku melempar senyum kecil membalas balasan dari pria itu.

"Saya sebenarnya penasaran dengan cerita berjudul Faust yang kalian perankan barusan…"

Pria itu hanya membuat ekspresi dan mata penasaran.

"Benarkah…?"

Aku mengangguk.

"Kalau boleh tahu siapakah yang memiliki dan menyebarkan cerita tersebut?"

"Hmmm… Apakah Anda begitu tertariknya dengan cerita ini?"

Aku mengangguk pelan.

"Ini adalah cerita yang bermula dari wilayah tenggara Campestris. Aku kurang tahu betul nama keluarga yang menurunkan cerita ini secara turun temurun. Tetapi aku ingat bahwa cerita ini bermula dari sebuah pedesaan bernama Kalaya."

Heidei berkata mantap.

Kalaya , Aku tidak berpikir bahwa ada sebuah desa ditempat seperti itu.

Satu-satunya cara adalah memastikan nya setelah kembali ke ibukota.

Author Note.

Faust dalam bahasa Jerman berati tinju.

EraaanFairchildcreators' thoughts
Next chapter