webnovel

Bab.XIV. Mereka Menamakannya Revolusi

Hari Ke-9 Bulan X Tahun 1207

Royal Palace, Ruang Kerja Raja

Lilith dan Conrad benar-benar tercengang mendengar dan membaca laporan dari Kapten Peter. Lilith menggigit bibir, mengetahui bahwa negara tetangga mereka Manhoot ikut ambil bagian dalam perang sipil di Kerajaannya. Dia benar-benar berang saat itu. Jika Conrad tidak menghentikannya, mungkin dia akan langsung memberikan perintah untuk menyerang Kerajaan Laut Manhoot yang ada di timur perbatasan laut kerajaannya.

"Manhoot Kurang ajar!!!" kutuk Lilith.

Sementara, Virche yang baru tiba bersama tiga orang rekannya, hanya bisa menelan ludah setelah menyadari kalau laporan mereka akan membuat Raja Lilith seperti ini.

Di sisi lain Conrad juga tidak habis pikir, jika negara kecil seperti Manhoot akan melibatkan diri membantu faksi Pangeran Scrall melihat mereka selama ini bukanlah ancaman. Jadi, dia hanya terkejut dan marah sama seperti Lilith sekarang.

"Jika berpikir negara seperti ini, berani ikut campur urusan saya. Maka, dia akan tahu akibatnya nanti."gumam Lilith dengan mata membara.

"Lalu, Conrad…"

"Ya, Yang Mulia!"

"Apakah ada lagi permintaan dari Kapten Peter?"

Untuk satu alasan Lilith mulai ingat nama prajuritnya itu. Entah itu karena kerjanya yang cepat, atau laporannya yang membuat Lilith seperti ini.

"Dia meminta beberapa perkamen dengan tulisan dan beberapa orang yang identik dengan Manhoot untuk disamarkan sebagai bangsawan untuk mengambil alih kota."

Kemarahan Lilith sesaat mereda untuk suatu alasan.

"Mengambil alih kota..?"Ia masih penasaran apakah ia tidak salah dengar?

"Ya, Yang Mulia …"

Conrad sebenarnya kurang yakin untuk mengatakannya. Bisa dibilang itu mustahil. Namun, jika permintaan dari Kapten Peter bukanlah sebuah kesalahan. Ia juga melihat dalam laporan tertulis yang Peter kirim.

"Apakah kau tidak salah dengar..?"Lilith ragu.

"Kupikir juga tidak." jelas Conrad sambil menunjuk tulisan berisi permintaan Peter.

Lilith membaca sambil memastikan bahwa ini asli.

"Baiklah..Jika prajurit ini yakin dia dapat mengambil alih kota, maka kabulkan segera permintaannya. Jika dia berhasil, maka akan menjadi kemenangan terbesar kita. Jika dia gagal, aku akan menggantung lehernya." Kata Lilith mengancam.

Conrad menelan pil pahit , bahwa kegagalan akan menjadi tiang gantungan bagi bawahannya. Namun, dia tak bisa membantah.

"Dan lagi ,Yang Mulia. Sepertinya Kapten meminta untuk dikirim Pasukan sebanyak 1000 orang setelah bawahannya sampai di Gilgurd."

"Hm…Siapkan jika demikian."

Lilith tampaknya sedang dalam suasana hati badmood saat ini. Namun, ia sedikit memanjakan bawahannya yang menjanjikan harta karun baginya.

Pelabuhan Gilgurd pada waktu yang ditentukan.

Aku dan Regi duduk memastikan dengan seksama, bahwa Virche dengan yang lain tidak gagal dalam misi yang kuberi. Jadi, kami selama dari pagi sudah mempersiapkan segala apa yang dibutuhkan termasuk dengan membaur dan menyamar sebagai kuli angkut dengan pakaian lusuh. Untuk satu alasan, menjadi kuli pelabuhan benar-benar menjijikkan. Membuatku terlalu berkeringat dan memiliki daki yang agak lengket.

Sudah lima belas hari belakangan hanya ada sedikit kapal yang berlabuh. Mereka hanya singgah untuk satu dua hari, yang kemudian mengangkat layar.

Hanya beberapa saat setelah menunggu, sebelum matahari terbenam. Sebuah kapal berbendera Kerajaan Kelautan Manhoot mulai menampakkan tiangnya.

"Itu mereka.." gumamku pada Regi.

Regi hanya mengangguk sambil masih mengangkat barang berperan layaknya seorang kuli angkut.

Sesaat setelah kapal berlabuh, empat orang termasuk satu wanita berkulit merah kecokelatan terlihat turun dari dek dengan mengenakan pakaian yang benar-benar terlihat sebagai bangsawan. Sementara, di belakang mereka terlihat Virche, Donald, Marco dan Harley mulai menurunkan beberapa peti dari kapal sambil memberi kami aba-aba.

Melihat itu, aku dan Regi bergerak bersamaan begitu mereka menurunkan barang.

"Hati-hati dengan barangku, Kuli." kata wanita berpakaian seperti bangsawan Manhoot sambil memandang rendah padaku.

Aku hanya membungkuk tanpa bicara. Dalam benak , ku pikir wanita ini layak mendapatkan Oscar untuk suatu alasan yaitu; akting.

Kami yang sebelumnya telah membuat titik sebagi tempat operasi yakni penginapan [ Mundrill ]. Segera membawa barang-barang ke dalam gudang penyimpanan.

Sementara pemilik penginapan bernama Lillo yang sebelumnya telah kami suap dan rekrut mempersilahkan kami untuk membawa barang-barang itu tanpa campur tangan orang lain.

Saat itu aku sengaja meminta Lillo untuk mengosongkan penginapannya selama beberapa hari. Jadi, hanya ada aku dan bawahanku sebagai tamu di sini. Meskipun awalnya Lillo ragu untuk menjadi kolaborator kami, tetapi dengan sedikit cuci otak yang kupelajari dari buku Nazi. Akhirnya aku berhasil membawanya menjadi rekrutanku. Meskipun, aku harus membayar cukup mahal padanya.

Di ruangan yang telah disepakati dalam ruangan kami akhirnya menyusun rencana. Rencananya adalah,

Pertama, menyebarkan selebaran dijalan-jalan di mana pusat kemiskinan dan kelaparan ada seperti wilayah pinggiran. Setidaknya aku dan Regi telah memetakan titik-titik tersebut. Misi ini akan dilaksanakan selama tiga hari.

Kedua, tiga orang yang terlihat seperti bangsawan mendatangi dan menemui Count untuk alasan bantuan peralatan perang. Kami mengetahui bahwa saat ini Count berada di zona perang timur. Hanya ada anak lelakinya berumur 28 tahun sebagai tuan feodal yang berkuasa saat ini.

Ketiga, menyebarkan isu bahwa tentara Manhoot akan tiba dan menduduki wilayah Gilgurd sebagai bentuk pengamanan sambil memprovokasi bahwa mereka berniat menjajah kota ini. Itu akan memakan waktu selama setidaknya tujuh hari.

Itulah tiga misi yang kuperintahkan pada seluruh bawahanku. Sambil tersenyum dengan yakin aku memulai rencana esoknya.

***

Hari pertama

Pagi itu Penduduk Gilgurd menemukan selebaran yang bertuliskan [ Raja akan mengampuni dan memberi makan setiap Pemberontak yang menyerahkan kepala pimpinannya]. Mereka awalnya senang ,tetapi tidak percaya bahwa hal semacam ini ada. Mengetahui ini tentara lokal mengamankan dan melapor pada Tuan Feodal. Penyelidikan dimulai oleh tentara, pengawasan mulai diperketat di Gilgurd.

Hari Kedua

Hal yang sama terjadi. Penduduk lokal mulai membisikkan sesuatu pada sekelilingnya. Sambil mulai berpikir untuk memohon ampunan Raja. Tentara feodal menemukan hal yang sama, segera merobek dan memerintahkan penduduk masuk kedalam rumah masing-masing. Count nampaknya mulai gerah dengan pekerjaan kami. Ia bahkan mulai mencurigai tentara yang menyamar sebagai utusan dari Manhoot. Ia kemudian memerintahkan bawahannya untuk mengirim utusan memastikan kalau Manhoot memang mengirim mereka. Tetapi, jarak Manhoot yang sekitar tujuh hari berlayar akan menjadi mimpi buruk Count Fillio.

Hari Ketiga

Selebaran kembali terjadi. Orang-orang seisi kota mulai membicarakannya. Dengan paksaan tentara sekalipun mereka mulai menganggap bahwa ini adalah kebenaran. Jadi, mereka mulai bersuara sudah saatnya membuat Count Fillio menyerah pada Raja Lilith. Mereka juga mulai melihat penuh marah pada tentara feodal yang memerintah mereka untuk kembali ke rumahnya masing-masing.

Hari Keempat

Beredar desas-desus bahwa count telah meminta bantuan pengamanan terhadap wilayah ini pada Manhoot. Lalu, sebuah argument meyakinkan muncul, bukankah hal ini akan sama seperti penjajahan? Berita isu dari mulut-ke mulut dimulai.

Hari Kelima

Isu mulai menyebar ke seluruh isi kota. Penduduk mulai menentang isu kebijakan dari Count. Tetapi, count menampiknya. Sesaat setelah perwakilan kota menanyakan tentang pengiriman utusan ke Manhoot, dia tidak dapat membantahnya. Ia beralasan bahwa itu hanya semacam untuk memastikan sesuatu.

Hari Keenam

Isu membuat gerah penduduk lokal. Mereka mulai meragukan penguasa. Mereka mulai berkumpul secara rahasia untuk menjatuhkan Count Fillio dan mengambil kepalanya. Mereka juga sudah mengumpulkan lebih dari separuh penduduk kota untuk membicarakan hal ini.

Hari Ketujuh( Malam Mencekam)

Hari itu setidaknya ada lima ribu lebih penduduk yang terdiri dari semua kalangan. Mereka bergerak bergerombolan menuju kediaman Count Fillio. Mereka membawa tombak penangkap ikan, garpu jerami, arit dan berbekal obor dengan suara riuh dan sangat marah sambil mengumpat. Setidaknya penjaga kota yang dipekerjakan oleh Tuan Feodal yang berjumlah dua ratus orang tak dapat menghentikan mereka masuk ke perkarangan Count Fillio.

"Bawa Count Fillio kemari!" Teriak mereka dengan penuh amarah di depan kediaman tuan feodal.

"Sabar, apa yang terjadi disini?" Seorang pelayan yang bekerja untuk keluarga Count datang menghentikan mereka, dibasahi keringat dingin ia menyambut penduduk atau terlihat seperti menghalang-halangi penduduk yang marah.

"Kami butuh bicara dengan nya. Cepat panggil dia kemari!!" bentak salah seorang pria diantara kerumunan.

"Ya benar!" sambut yang lain.

"Mana dia, kami perlu bicara sekarang!" suara makin padu dan kondisi mulai memanas.

"Itu… Tuan tidak bisa menemui Anda sekarang. Jadi, mohon tenang dan kembali ke kediaman Anda masing-masing."pinta Pelayan sambil mengusap keringat dan kegugupannya.

"Ah. Pasti dia hanya takut untuk menjawab kalau tentara Manhoot akan datang. Ayo kawan-kawan, kita masuk kedalam dan langsung menemuinya!!" salah seorang berambut merah muncul dari belakang kerumunan kemudian memulai provokasi. Dia berdiri menjadi semacam pemimpin dalam gerombolan.

"Ayo !!" Kata mereka sepakat.

Gerombolan mulai masuk dan merusak halaman , lalu bergerak ke dalam kediaman Count. Mereka bahkan mendobrak pintu dan mencari Count yang bersembunyi. Satu persatu ruangan digeledah dan diacak-acak.

Mereka akhirnya menemukan count dengan ekspresi gugup sambil menelan ludah di salah satu ruangan. Pria yang mewakili ayahnya sebagai Tuan Feodal saat ini adalah Marc Fillio. Dia tak dapat berkutik sesaat setelah ribuan orang mengepung rumahnya. Pria berambut merah maju dan memasang ekspresi marah.

"Count, cepat jelaskan kepada kami tentang bangsawan yang dikirim oleh Manhoot sebagai perjanjian mereka menempatkan tentara di sini?!"

Pria itu tampak gerah dan marah sambil menghentakkan garpu jerami.

"Itu adalah kebohongan," tampik Marc Fillio

"Lalu, bagaimana Anda menjelaskan utusan yang Anda kirim ke Manhoot beberapa hari yang lalu?" sahut seseorang dari balik kerumunan.

"Itu…" Marc Fillio tidak dapat menjawab. Dia menelan ludah.

"Sudah kita ambil saja kepala pria ini. Dia tidak pantas memimpin Gilgurd jika dia menjual tanah leluhur kita pada bangsa lain!!" teriak dalam gerombolan yang mulai tidak bisa menahan emosi.

"Tenang, jika Count dapat menjawab maka kita tahu jawabannya." Pria berambut merah mencoba menenangkan kemarahan kerumunan. Namun, itu malah membuat gerombolan makin mendesak dan mendekati posisi Count Fillio yang duduk ketakutan.

"Pertama dia mengambil makanan kita. Lalu dia menjual tanah kita pada penjajah. Lebih baik kita serahkan saja kepalanya kepada Raja! Raja pasti akan mengampuni kita!" seru wanita dari kerumunan.

"Anakku juga belum memberi kabar dari medan perang. Mereka juga telah mengambil anak-anak kita untuk dikirim mati di medan perang dengan melawan Raja." Seorang pria paruh baya yang berprofesi sebagai pemilk toko rempah kota mulai terisak.

"Itu benar. Kepalanya adalah harga yang sesuai!"

Kerumunan mulai mengacungkan senjata. Mereka seperti kawanan yang buas, haus darah.

Marc Fillio ketakutan setengah mati. Karena ketakutannya dia berusaha lari sekuat tenaga. Hanya saja, kerumunan mengejar Marc Fillio. Dia dikejar hingga dapur, lalu dipukuli sampai babak belur. Mereka akhirnya mengambil kepalanya, sambil mengutuk feodal yang sudah menjadi mayat.

Malam itu, setidaknya lima ribu orang melucuti 200 tentara dan menawannya. Sedangkan, lima keluarga Count termasuk dua pelayan dibunuh dengan secara brutal. Marc Fillio sendiri dipenggal kemudian kepalanya dibungkus untuk dikirim sebagai upeti pada Ibukota Kerajaan lima hari sesudahnya.

Hari kelima belas Utusan yang dikirim Count untuk menyelidiki bangsawan tiba. Namun, begitu ia sampai di pelabuhan tentara kerajaan untuk suatu alasan sudah menduduki Wilayah Gilgurd. Ia dipenggal sesaat kakinya menginjak tanah kelahirannya.

Untuk beberapa bulan kedepan wilayah Count Fillio dijalankan oleh tentara kerajaan yang bergerak langsung dibawah Raja Lilith.

Di tempat lain sisa keluarga Fillio yang berada di medan perang timur memaksa mundur dan membuat barisan Timur Wilayah Rock Yard harus menerima kekalahan. Karena setelah mundurnya pasukan Fillio yang disokong oleh Manhoot yang berjumlah 20.000 orang, secara otomatis tentara yang tersisa hanya berjumlah 60.000 orang. Melawan tentara kerajaan berjumlah 80.000 ,yang berada dibawah perintah Letnan General Usain Matter, mereka akhirnya menjadi dibantai sepihak.

Misi Pasukan Sabotage menjadi misi yang sangat sukses sepanjang sejarah perang.

[Misi Sukses]

Catatan tambahan: Pria berambut merah adalah Peter.

Seorang wanita adalah Virche.

EraaanFairchildcreators' thoughts
Next chapter