webnovel

Bab.IX.Aku Bersyukur Bahwa Bawahanku Masih Hidup

Lima Batu dari depan Gerbang Pertahanan Pasukan Pemberontak

Hari Ke 15, Bulan VI, Tahun 1207. Perkemahan komando.

Setidaknya ada lima perwira yang berdiri di situ, termasuk Kolonel Alan Havey, Mayor Vida, Mayor Solley, Kapten Razza, dan Kapten Milp.

Kelima orang itu tengah berdiskusi tentang strategi penyerangan terhadap pertahanan musuh. Ini cukup wajar, mengingat musuh telah membangun pagar pertahanan melintang memblok jalan menuju wilayah Lord Mugell, si bangsawan pengkhianat.

"Apakah ini merupakan ide yang baik Kapten Milp..?"

Alan Havey sedikit kurang yakin dengan pendapat dari bawahannya. Bagaimanapun juga, penyerangan menggunakan serangan panah akan sedikit merugikan mereka. Sementara, pagar musuh yang menjulang tinggi melewati hampir dari permukaan sisi tebing menjadi salah satu pertimbangnya.

"Kupikir ini adalah saran yang cukup logis meski beresiko agak sedikit tinggi." sahutnya.

Ini sudah lima jam pasir mereka mendiskusikan, dan Alan Havey berpikir bahwa tidak ada salahnya mengikuti rencana Kapten Milp.

"Kalau begitu Vida , Solley dan Razza siapkan pasukan kalian. Tempatkan pasukan pikeman di barisan depan . Sementara sayap barat, diisi dengan pasukan panah. Pasukan pedang akan menjadi penyerang, apabila benteng pertahanan sudah berhasil ditembus."

Ketiga orang itu melaksanakan perintah yang keluar dari mulut atasannya.

***

Aku ditempatkan di sisi pasukan pemanah, beserta beberapa regu dari battalion 301. Setidaknya ,hanya terdapat tiga mage dalam barisan pemanah yang berjumlah tak lebih dari 70 orang.

Pemimpin dari pasukan ini adalah Kapten Milp. Kudengar orang inilah, yang menjadi otak dari strategi ini.

Diatas pelana kuda dengan posisi gagah. Orang itu tampak percaya, barisan pemanah yang dilindungi oleh pikeman. Yang dilengkapi tombak dan tameng, akan mampu menjadi pelindung dari ancaman jangkauan para pemanah milik musuh kami.

Itu hanya beberapa saat, sebelum kami memulai pergerakan. Sesaat setelah, pasukan pikeman mulai merangkak menyerang tembok pembatas musuh dan berusaha menggunakan semacam anak tangga dari pohon yang dibuat beberapa hari lalu.

"Pemanah tembak!!"Titah Kapten Milp dengan suara lantang.

Anak panah berjatuhan di atas pembatas, dan menancap pada tembok dari pohon milik musuh. Namun, bagaimanapun melihatnya,itu hanya terlihat menjatuhkan sedikit dari kepala tentara musuh di sisi pertahanan lawan. Sehingga hampir tak ada yang dapat menjebol wilayah tembok kayu musuh.

Sementara beberapa saat kemudian, mereka membalas serangan kami dengan anak-anak panah yang ditembakkan dari puncak dinding pembatas. Itu membuat sisi pertahanan kami, benar-benar lemah. Sehingga, banyak tentara yang mati konyol dilubangi anak-anak panah musuh.

Dapat dikatakan ini adalah rencana gagal. Dengan Kerugian 40 pikeman mati sia-sia. Tersisa 28 Pikeman yang selamat dalam pertempuran. Ini adalah kesalahan sejak awal.

Sehari setelah kegagalan penyerangan, Kolonel Alan Havey menelan kenyataan pahit setelah menerima laporan ,ransum yang tersisa tak lebih dari dua hari. Sehingga, dalam pikirannya hanya ada cara, agar dapat bergerak dan menjatuhkan pertahanan musuh.

Jadi, dia akan menggunakan bawahannya yang berharga. Meskipun itu hanya perwira rendah sekalipun, sepertiku.

"Lalu... apakah ada yang memiliki ide ,sebelum kita mati kelaparan dua hari lagi?" tanya Alan, menatap tajam.

Berapa kalipun aku melihatnya, Alan Havey tidak memiliki kapabilitas sebagai seorang jenderal perang. Aku ingat dibeberapa kesempatan di perang Nazi, perwira seperti inilah yang akan menjadi target eksekusi langsung dari fuhrer. Jadi, kupikir alasannya menggunakan strategi tadi hampir membantai pasukan Pikeman, adalah kebodohan yang parah.

Aku dan beberapa perwira rendah lain tidak dapat menjawab. Tetapi, jika dipikir lagi ini akan menjadi kesempatan yang bagus bagi orang sepertiku untuk bersinar. Jadi , mungkin aku bisa mengambil peran dari jenderal bodoh, macam Kolonel Alan Havey.

"Pak ,saya punya ide…" kataku yakin tanpa mengiraukan tatapan tercengang dari perwira tinggi yang pada saat itu juga ada bersamaku.

"Kamu… bukankah kau adalah Letnan Dua Peter?" Tanyanya, memastikan.

"Ya pak. Nama saya adalah Peter. Jabatan saya adalah letnan dua. Regu ke 15 ekspedisi penumpasan serigala!"

"Lalu... apa idemu?"tanyanya lagi.

"Saya berpikir kita bisa membakar tiang pertahanan musuh pak." saran ku.

Kapten Milp yang sebelumnya memiliki pemikiran dan strategi yang gagal bersuara keras menentang hal tersebut.

"Kolonel, itu tidak mungkin membakar tembok pertahanan musuh yang hampir memiliki panjang setengah batu." kritiknya sambil memandang rendah padaku.

Sementara melambaikan tangannya menghentikan protes dari Milp.

Kolonel Alan Havey, bersuara pelan, "Apakah kau yakin bisa melakukannya?"

Aku sejenak berpikir kalau orang ini, akan melemparkan tugas itu padaku. Jadi , aku hanya mengangguk.

"Saya yakin pak!" Jawabku tegas.

Alan hanya mengepalkan tangan. Kemudian, memberi sinyal pada Mayor Vide.

"Mayor Vide Berikan apa yang dibutuhkan pri ini!"

Itulah perintah Kolonel Alan Havey. Sebelum ia meninggalkan ruangan, sambil mencengkram kepalanya yang kelihatannya seperti mau pecah.

"Siap, Pak!"

Malam Hari, Pelaksanaan Misi.

Malam itu hanya sedikit diterangi cahaya bulan. Setidaknya aku dan lima belas bawahanku termasuk Virche, Marco , Donald dan Regi. Berada di sekitar tembok pertahanan musuh, sambil mengendap-endap mengumpulkan bahan mudah terbakar, sekaligus menentukan lima titik api nantinya.

Bahan-bahan yang kami gunakan adalah pakaian bekas yang tipis, minyak tanah, lilin dan ranting ranting kayu yang membusuk dan mengering.

Kami dibagi menjadi masing-masing tiga orang dalam lima kelompok. Sementara aku , Virche dan Marco tergabung dalam kelompok yang sama. Waktu yang kami gunakan adalah jam pasir yang berjumlah lima buah, yang menjadi tolok ukur waktu dimulai operasi. Begitu pasir habis maka seluruh kelompok harus membakar di lima titik tersebut.

Menoleh ke bagian lain , memastikan bahwa bawahanku telah berada pada titik-titik. Aku hanya melihat pasir pada jam pasir di tanganku hampir habis. Jadi ,aku memberi aba-aba pada Marco untuk membakar titik tersebut.

Hanya beberapa saat setelah itu beberapa titik api lain muncul. Kami mundur, dan beberapa saat tentara pemberontak langsung panik . Dengan tergesa-gesa mereka , menyiram air pada lima titik api. Sayangnya , mereka hanya dapat memadamkan tiga titik api . Sedangkan, dua titik lainnya menjadi besar dan menyebar ,lalu memakan habis tembok pertahanan.

Kepanikan terdengar di mana-mana. Musuh nampaknya sudah tersudutkan dengan pembakaran yang kami lakukan.

Berjarak satu batu dari pertahanan musuh. Kolonel Alan Havey langsung memberi perintah untuk menyerang pada pasukan battalion 301 begitu melihat pagar musuh tumbang oleh kobaran api.

Masing-masing tentara musuh yang jumlahnya lebih sedikit daripada kami langsung lari kocar-kacir membelakangi kami yang dengan mudahnya menyantap punggung mereka dengan pedang dan tombak. Sementara pikeman menjadi bringas dengan membantai sisa-sisa tentara musuh yang hampir dipastikan akan lenyap.

Sebanyak 50 tentara Kerajaan di pastikan gugur dalam serangan dua hari ini. Sedangkan sebanyak 210 tentara musuh dibantai. Para pemimpinnya di eksekusi di tempat. Kemudian, battalion 301 bergerak maju menuju kediaman Lord Mugell. Aku sangat bersyukur bahwa keempat bawahanku masih hidup saat ini.

Next chapter