webnovel

Bab. XXXI. Penyanderaan

Mendengar perkataanku Jurgen makin berang. Dia makin kencang menarik kerah bajuku dan menjepit leherku di lengannya yang berkeringat.

"Apa yang kau lakukan? Lepaskan aku, Tuan Kepala Batu!"ucapku.

Jurgen mendengus. Dia bahkan makin erat mencengkram leherku.

"Dalam mimpimu, kaki tangan Jhosep!"tampiknya.

Melihat situasi dan kondisi. Seluruh awak bajak laut mata satu dalam kapal menjadi siaga. Sedangkan, seluruh kru sabotage mengambil ancang-ancang bersiap menyerang. Bahkan, Marco yang berdiri dekat dengan pintu anjungan kapal menarik belati yang terselip dipinggangnya. Aku bahkan bersiap untuk menarik carbine dari punggungku dan meledakkan isi kepala bajak laut bernama Jurgen ini.

"Lepaskan dia , Jurgen!" Titah suara dari anjungan kapal.

Suara itu menggelegar. Suara dari pria yang sama yang juga telah menghentikan perdebatan kami sebelumnya.

"Kakak… kenapa..?"

"Jurgen! Berapa kali harus kukatakan padamu, kau tidak diijinkan menyentuh kaki tangan Jhosep!"katanya tegas, pria itu keluar dari pintu anjungan kapal dan melotot. Matanya mengintimidasi seluruh awak di atas kapal.

"Tapi…"gumam Jurgen.

"Tidak ada tapi… sekarang lepaskan pria itu!"katanya. Dia hanya melirik sejenak pada situasi dan kondisi yang terlihat agak memanas. Kemudian mengangguk kepada awak kapalnya.

"Hentikan ketegangan ini. Kita ada dibawah bendera yang sama, kita bajak laut mata satu!"lanjutnya.

Seluruh awak dibawah komandonya langsung menyarungkan kembali pedang dan belati mereka. Tak beberapa lama, Sabotage juga melakukan hal yang sama. Dimulai dari Marco kemudian diikuti oleh seluruh kru lainnya.

Cengkraman lengan Jurgen perlahan melonggar. Sampai pada akhirnya dia melepaskan cengkraman itu sepenuhnya.

Orang ini ternyata memiliki kekuasaan lebih dalam kapal ini, kepalanya memang layak untuk disandera, pikirku.

Aku hanya menatap datar pada pria bernama Jurgen yang kesalnya tertahan di ujung ubun-ubun.

Marco yang berdiri tepat satu meter di belakang pria itu menatapku seolah-olah ia meminta tanda untuk melakukan operasi yang sebelumnya kukatakan. Namun, aku belum memberinya. Bukan sekarang, sebentar lagi.

"Maaf atas kelakukan Jurgen. Dia benar-benar berang hanya dengan melihat segala sesuatu yang berhubungan dengan Jhosep."tuturnya.

"Benarkah…"

Pria itu hanya mengangguk. Dia bermaksud untuk mendekat kearahku. Namun, sebelum dia berjalan selangkah, aku menganggukkan kepala dan mengirim sinyal dimulainya operasi penyanderaan.

Setelah melihatku mengangguk. Marco secepat kilat melompat dan kembali menghunuskan belatinya. Lalu, ia menyandera dan menempelkan tepi belati yang tajam pada leher pria si pemimpin kapak bajak laut mata satu kapal ini.

"Apa ini…" gumam pria itu setelah mendapati sebilah belati menempel di lehernya. Ia tak pernah mengira pria yang berdiri di dekatnya melakukan hal seperti itu.

Seluruh awak bajak laut mata satu kembali menghunuskan senjata. Mereka langsung bersiap mewaspadai dan menyerang kru Sabotage.

"Jangan ada yang bergerak ! Jika tidak kepala pria ini akan lepas dari lehernya!"seru Marco.

Jurgen yang sebelumnya bisa bersikap dingin mulai menghunuskan pedangnya untuk kesekian kali.

"Hei! Apa yang kalian lakukan!? Lepaskan kakak!" Bentaknya.

Aku hanya menatap datar pada pria idiot satu ini.

"Lepaskan?"tanyaku.

Dia menatapku dengan mata mengancam yang sama.

"Lepaskan dia! Jika tidak, aku akan menebas lehermu sekarang!!!"ancam si kepala batu.

"Tch..bodoh." Setelah mendengar ancaman si pria kepala batu aku hanya menarik carbine dari punggung kemudian mengarahkan moncong senjata pada salah satu kaki Jurgen.

"Apa yang kau coba lakukan…"

Aku hanya memiringkan kepala, lalu menarik pelatuk sambil berekspresi datar.

*Bang

Selongsong peluru tertembak dari ujung carbine. Sebuah ledakan dari amunisi menimbulkan bunyi yang menggelegar. Bahkan, dalam situasi yang tegang itu menciptakan hentakan dalam kesunyian. Suara jeritan melengking berasal dari Jurgen terdengar.

"Arghhh!!!!!"jerit Jurgen, salah satu kakinya tertembak tepat di tempurung kakinya. Dia bahkan terjatuh setelah mendapatkan sebuah timah panas menembus tulang dengkulnya.

"Apa yang barusan kau lakukan?!!!" Sambil menahan rasa sakit dia masih bersuara.

Wajah Jurgen bahkan memerah. Darah segar mengalir deras dari luka akibat tembakan tadi.

Seluruh kru bajak laut mata satu terdiam dalam keheningan. Mereka hanya bisa mendengar ledakan keras keluar dari ujung carbine itu. Lalu, mereka tidak tahu alasan pasti mengapa Jurgen terduduk jatuh.

"Hei, Jurgen! Mau coba beberapa timah panas lagi?"tanyaku, mengarahkan moncong senjata pada salah satu kakinya yang masih tersisa.

"Sialan!!! APA YANG SEBENARNYA TERJADI!!!"

Tertawa ,"Hahha… idiot…" gumamku. Lalu, secara perlahan kutarik pelatuk untuk kedua kalinya.

*Bang

Suara ledakan carbine kembali menggelegar, orang-orang hanya bisa terdiam.

Bahkan, pimpinan kru dalam bajak laut mata satu ini hanya menatap dengan banyak pertanyaan tentang kejanggalannya.

"Arggghhh…"jerit Jurgen lebih kencang ketimbang jeritannya barusan.

"Hentikan!!!!"sambungnya.

Namun, aku justru makin bersemangat melakukan apa yang kuingankan pada pria idiot ini. Kali ini, kuarahkan carbine pada bahu. Aku berjalan dan menempelkan moncong pada bahu Jurgen.

*Bang

"Arghhhhhh!!!Sial!!! Hentikan!!!"

Darah mengalir lebih deras dari tiga lubang luka yang berbeda. Bahkan pria bengal yang barusan seperti macan berubah menjadi kucing idiot sekarang.

Melihat pria itu menjerit aku hanya menggelengkan kepala.

"Shi shi… benar-benar memalukan…Jurgen …"

Pria yang diancam oleh Marco hanya bisa menelan ludahnya. Dia bahkan tidak sekalipun mengira bahwa Jurgen akan jatuh hanya dengan sebuah benda aneh yang lebih mirip tongkat.

"Kaliaa…nnn. Siapa kalian?!"

"Apa benda itu!?" Sambungnya, dia bahkan bersuara agak keras dan membuat tepi belati yang tajam menggores lehernya.

"Tenanglah Tuan Kapten kapal…" gumamku. Sambil menenteng carbine aku perlahan mendekat kearah Marco yang tengah menyandera Kapten Kapal ini.

"Bisakah aku mengetahui namamu?"

Pria itu hanya dia sejenak. Kemudian bergumam pelan.

"Kalian bukan kru bajak laut mata satu..."

Berjarak satu meter dari posisi pria itu, aku hanya mengangguk pelan menjawab dan menatap pria itu.

"Yap. Kau benar. "

"Siapa kalian?" Matanya memicing, mencuri pandang pada kelompok kami yang telah berada di atas kapal.

Aku hanya mengangkat jari telunjuk tangan kananku.

"Pertanyaanku belum terjawab. Siapa namamu?"sela ku.

Dia hanya menatap dengan mata yang masih mengancam.

"Carprice. Tangan kanan Kapten Khazat. Sekarang beri tahu aku siapa kalian sebenarnya!!!"

Aku tidak menggubris permintaannya.

"Sekarang Caprice, minta bawahanmu menjatuhkan semua senjata mereka!"

Dia mendongkak. Dia bahkan menatapku dengan mata yang makin membara karena kemarahan. Namun, dia tidak bisa menolak. Jadi, setelah berdiam sejenak lalu menarik nafas dia akhirnya melakukan semuanya.

"Turunkan senjata kalian…"titahnya dengan suara pelan.

"Kakak…" seluruh kru dan bawahan dalam kapalnya hanya bisa bergumam. Mereka masih berpikir untuk menentang perintahnya.

"Sepertinya bawahanmu tidak disiplin seperti yang kamu pikirkan."kataku. Lalu, berjalan ke salah satu dari kru bajak laut yang terdekat dengan Caprice.

Pria itu adalah seorang pria jangkung dengan janggut panjang kumal dan memiliki tangan yang bergelang rantai berkarat.

Moncong carbine kuarahkan pada pelipis pria itu. Lalu, kutarik pelatuk benda itu. Hanya dengan satu tekanan dan *bang. Amunisi melemparkan mata bagian tajam peluru dan meledakkan isi kepala dari pria malang itu.

Semua kru bajak laut mata satu makin terperanjat. Hanya suara ombak yang bisa terdengar jelas dibalik keheningan setelah ledakan senjata itu. Satu orang bajak laut tewas hanya dengan satu tekanan jari dan ledakan aneh.

" Ma…ge…?" Caprice menatap dengan mata berbeda. Itu mata yang dipenuhi tebakan dan spekulasi.

Aku menggeleng. "Bukan… ini hanya sebuah senjata api."

"Sekarang Tuan Caprice dan para kru bajak laut mata satu semuanya… kalian bisa mengalami hal yang sama dengan pria malang itu. Pilihan kalian hanya satu jatuhkan senjata kalian… aku tidak akan melubangi kepala kalian yang berharga itu. Bagaimana?" Menatap ke arah para perompak yang masih tak percaya dengan apa yang telah mereka saksikan.

Caprice hanya mengedipkan mata. Setelah melihat kearah para awaknya dia hanya berkata, "Lakukan apa yang orang itu minta."

Semua kru perompak menjatuhkan senjata mereka. Sementara bawahanku bergerak dan mengumpulkan senjata mereka.

"Terimakasih telah membuat pilihan yang tepat. Ikat mereka!" Titahku. Bawahanku segera menggunakan tali yang ada di atas kapal dan mengikat seluruh kru bajak laut mata satu, kecuali Jurgen dan Caprice.

Setelah semua kru bajak laut mata satu terikat segera ku minta mereka berbaris memanjang di bagian kiri dek kapal menghadap ke arahku.

"Baiklah Tuan-tuan sekalian. Aku benar-benar minta maaf telah memberi kalian waktu yang sulit. Namun, pada dasarnya aku ini adalah orang yang baik hati. Aku ingin kalian bekerja sama denganku."

"Bekerja sama…" gumam Caprice.

Aku mengangguk. "Aku ingin kalian bekerja sama untukku. Tentu saja kalian akan dibayar jika kalian mau bekerja sama…"

" Dalam mimpimu, Bajingan !!" Sela dan kutuk Jurgen. Dia meludah, bahkan tembakan-tembakan tadi tidak membuatnya jera.

Aku hanya tersenyum tipis. Kemudian kuarahkan moncong carbine ke arah perut Jurgen. Satu tarikan pelatuk dan ledakan membuat pria itu menjerit.

Darah mengalir dari luka di perutnya.

"Jangan menyela saat orang lain berbicara… itu tidak sopan. "

"Baiklah kita akan melanjutkan perbincangan kita. Jadi, jika kalian nau bekerja sama denganku. Aku akan memberi kalian kesempatan untuk mendapatkan beberapa emas. Aku akan merekrut kalian sebagai kaki tanganku. Itu cukup menghidupi diri kalian sendiri tanpa harus bertaruh nyawa merompak kapal lagi."

"Namun, jika kalian menolak… kalian akan mengalami nasib sama seperti Jurgen dan pria malang tadi. Apakah kalian mau bekerja sama denganku..?"

Seluruh awak bajak laut mata satu hanya menoleh ke kiri dan ke kanan antara satu dengan yang lain. Caprice memperhatikan bawahannya goyah dengan tawaranku. Tampaknya keraguan dalam hati bawahan Caprice telah jelas terlihat di mata sang kapten kapal.

"Apa jawaban kalian?"tanyaku. Para awak hanya memperhatikan Caprice, memberi tatapan dan menyerahkan keputusan pada pimpinan mereka.

Benar-benar terlihat seperti anak ayam yang patuh mengikuti induknya, pikirku.

"Baiklah… kami akan mengikuti perintahmu. Namun, aku mohon sembuhkan Jurgen terlebih dahulu."katanya lirih sambil melihat Jurgen yang tampak memucat dan terlihat menahan luka di perutnya.

"Baiklah… Mage penyembuh. Sembuhkan si kepala batu itu!"

Setelah mendengar perkataanku salah satu dari kru Sabotage berjalan ke arah Jurgen, lalu memberikan sihir penyembuhan pada luka di perut pria itu. Hanya butuh beberapa waktu sampai luka-luka iu tertutup. Aku bertanya-tanya dalam kepalaku, apakah peluru-peluru dalam tubuhnya tetap ada di sana.

Maaf update akan tidak stabil. Ada banyak urusan padat. Namun, novel akan terus berjalan. Saya pikir chapter novel ini sekitar 2000-an chapter. Silahkan bersabar untuk membaca dan melihat akhir chapter novel ini.

EraaanFairchildcreators' thoughts
Next chapter