17 Bab. XVII Penyusupan Ke Willhem Dan Bertemu Rubah

Wilayah Count Willhem yang meliputi tanah perbukitan Kota Hoke, Hutan Gersang Mantilla dan Pusat pertambangan bijih besi. Kota dengan total populasi mencapai 170.000 jiwa merupakan kota terbesar di Kerajaan Campetris.

Kota ini merupakan territorial dari bangsawan Willhem yang saat ini dipimpin oleh Edric Willhem yang merupakan ipar dari Pangeran Scrall.

Meskipun, kota ini telah melibatkan diri dalam perang sipil sejak dua tahun lalu, untuk suatu alasan penampakan konflik perang benar-benar tidak terlihat di kota ini. Kota Hoke memiliki penampakan yang persis seperti Kota Helen. Entah itu karena suatu alasan yang belum orang-orang ketahui.

"Aku hampir tidak percaya kalau kita telah benar-benar menyusup ke kota Hoke … " ujar Regi sambil berdecak kagum.

"Kota ini benar-benar tidak mirip seperti kota yang sedang berperang ,bukan..?" tanyaku pada Regi, yang sejak tiga hari lalu kami sudah berkeliaran di kota Heko untuk mencari informasi.

Regi mengangguk. Ia setuju dengan apa yang ku pikirkan saat ini.

Kota Hoke benar-benar damai. Penduduk Hoke benar-benar ceria dan terlihat seperti menikmati kehidupannya. Kebanyakan kota yang melibatkan diri pada perang sipil akan memiliki sedikit suasana suram . Bagaimanapun kau akan meilhatnya, itu tidak terlihat pada kota Hoke. Lalu, apa yang sebenarnya terjadi di Hoke? Apakah penyebab nya juga sama seperti di Helen? Pertanyaan itu muncul secara bergantian di kepalaku.

Saat ini, aku dan Regi melaksanakan misi yang berkaitan dengan markas musuh di Kota Hoke. Kami menggunakan identitas sebagai penjelajah yang dikirim dari serikat luar negeri.

Dengan sedikit suap pada sebuah serikat yang berkedudukan di Kerajaan Bargobar, mereka dapat mengeluarkan identitas asli sebagai petualang meski kau bukan petualang. Kemudian , sedikit kemampuan dalam memalsukan dokumen administrasi identitas Kerajaan Bargobar kami berdua telah bisa dengan mudahnya keluar masuk Kota Hoke dengan identitas palsu.

Kota Hoke benar-benar damai hanya sedikit kurang dalam pengamanan,pikirku.

"Oh ya Regi, bukankah aku sudah memintamu menyelidiki tentang kediaman Count Willhem , apa yang kau temukan?"tanyaku.

Regi mengangguk.

"Untuk suatu alasan Kediaman Count benar-benar dijaga ketat tidak seperti kota ini." tutur Regi.

"Hmmm… itu wajar saja jika kita melihat , ini adalah markas pemberontak…"gumamku.

Regi mengganguk setuju.

"Lalu…apakah kau menemukan keberadaan Pangeran Scrall?" tambahku.

Regi menggeleng.

"Saya tidak bisa menemukannya." keluhnya dengan mata lemas.

Aku mungkin sedikit berlebihan untuk menemukan Pangeran Scrall yang sudah memberontak selama dua tahun hanya dalam tiga hari penyelidikan. Jadi, aku tidak merasa marah dengan jawaban Regi.

"Oh ya, Pak… kelihatannya beberapa hari kedepan ini, akan dilaksanakan semacam festival di alun-alun kota." lanjut Regi.

Aku memiringkan kepala. "Festival..?"

"Ya. Mereka menyebutnya Festival Gerbang. Saya tidak tahu pasti, tetapi itu akan dilaksanakan oleh penduduk dalam tiga hari kedepan."

"Apakah kau berpikiran kita harus menyelidiki keberadaan Scrall pada festival itu?"

"Yah.. kupikir itu adalah ide yang cukup bagus. Jika kita berpikir bahwa Scrall bersembunyi di kota ini. Bukankah akan mudah untuk mengakhiri perang dengan membunuhnya..?" saran Regi benar-benar masuk akal.

Hal yang perlu disadari bahwa perang sipil di Campestris adalah masalah perebutan tahta.

Raja yang sah saat ini Lilith dan pangeran pemberontak Scrall, adalah permasalahan perang yang sesungguhnya. Membunuh salah satu dari dua penyebab perang mungkin akan mengakhiri perang dalam sekejap. Namun, apakah benar hal itu akan demikian?

Aku tahu pasti bahwa disetiap perang akan melahirkan kebencian. Setiap kebencian akan melahirkan rantai kebencian lain. Namun, kurasa tidak buruk mengakhiri perang dengan pemikiran naïf seperti Regi.

"Hm…kupikir juga merupakan ide yang tidak buruk. Hanya saja, aku berharap bahwa hari kedepan kita tidak mengalami suatu halangan yang menjadi penghambat…" keluhku ringan sebelum mengakhiri percakapan kami.

Hari-20 Bulan Ke XII tahun 1207

Kota Hoke, Bagian timur, Wilayah Willhem

Kota Hoke tersusun atas blok-blok dan sentral yang terbagi menjadi lima bagian, yaitu: Bagian Barat, Timur, Utara ,Selatan dan Pusat.

Pada Bagian barat, terpusat perumahan penduduk yang terdiri dari bangunan kokoh dari bebatuan yang disusun sedemikian rupa berbentuk persegi , dan lebih mirip susunan rumah etalese kompleks toko seperti di daerah asalku.

Di bagian utara, lebih berpusat sebagai kompleks perumahan bagi para petinggi dari daerah kekuasaan Willhem. Bagian ini terdiri dari vila dan kastil mewah milik Count Willhem dan petinggi kota Hoke. Wilayah ini lebih sedikit menjorok ke arah jejeran perbukitan dan berumput luas. Bagian pusat dan utara dibatasi oleh gerbang yang di jaga ketat oleh tentara pemberontak, yang bekerja untuk Pangeran Scrall.

Di sisi Selatan adalah distrik perdagangan yang cukup ramai. Setidaknya, hampir seluruh penduduk lokal Hoke melakukan transaksi perdagangan di bagian timur. Karena, Hoke adalah wilayah yang tidak memiliki jalur perairan kebanyakan barang-barang dan kebutuhan dalam pasar diperoleh melalui jalur darat dari wilayah yang menjadi faksi Pangeran Scrall dan beberapa negara yang berada di balik perbatasan Campestris seperti Theokrasi Humbell dan Kekaisaran Tiga Naga.

Aku sempat berpikir, mungkin kedua negara ini memiliki keterlibatan dengan konflik perang yang berkepanjangan. Namun, jika aku melihat , kedua negara ini nampaknya memiliki hubungan yang sangat baik dengan penguasa Campestris saat ini . Jadi, aku berpikir bahwa itu hanya praduga yang tak beralasan. Mungkin, pada dasarnya negara-negara ini hanya memikirkan kepentingan ekonomi tanpa melibatkan diri pada gejolak perang sipil di Campestris.

Aku sudah melakukan penyelidikan secara mendalam mengenai kota Hoke selama lima hari. Tetapi, untuk suatu alasan yang pasti , aku tidak menemukan suatu kelemahan di kota ini. Kota ini tidak sama dengan Gilgurd.

Penduduk kota Hoke memiliki pajak yang tinggi atau sekitar tiga kali lipat dari pajak yang ditetapkan di Ibukota. Namun, pendapatan penduduk juga lebih banyak ketimbang pendapatan di kota Helen. Setidaknya , 30 % penghasilan penduduk harus di sumbangkan kepada feodal. Hanya saja, penghasilan mereka yang berada diatas 300 keping emas tiap tahunnya membuat mereka sama sekali tidak memiliki dampak yang berarti dari perang mengingat bahwa biaya hidup di kota ini adalah terendah, bahkan jika dibandingkan dengan Ibukota.

Sekiranya, dalam kota ini penduduk dapat membeli satu paket makan siang berupa 3 potong roti dan 1 bungkusan madu, hanya dengan 50 Koin besi hitam. Sedangkan, untuk biaya seperti pakaian, bahan makanan seperti gandum dan sebagainya dijual dengan harga yang dua kali lebih murah dari ibukota.

Aku sedikit berdecak kagum ,penguasa wilayah Willhem mampu menjaga stabilitas ekonomi yang demikian mapannya. Tidak salah jika Count Willhem pernah menduduki posisi menteri keuangan Kerajaan Campestris dua tahun lalu.

Langkah kakiku terhenti pada sebuah bangunan yang tingginya lebih dari sepuluh meter. Atapnya dibangun mirip seperti gereja, dengan menara diatasnya terdapat lonceng yang cukup besar. Aku berpikir , bangunan sejenis ini banyak terdapat di wilayah Jerman yang dihuni oleh kaum Orthodoks. Jadi, aku melangkahkan kaki-kakiku untuk masuk ke dalam bangunan tersebut.

Bangunan itu benar-benar berbeda dengan apa yang kubayangkan. Setidaknya bangunan ini lebih terlihat sebagai pusat perdagangan yang eksklusif , tempat setidaknya orang-orang berpakaian tunik yang mahal dan indah saling berkomunikasi pada sebuah bilik-bilik yang mirip loket penjualan tiket. Aku belum pernah menemukan pola perdagangan demikian. Di ujung ruang dalam bangunan terdapat seperti papan pemeritahuan yang mencantum harga-harga barang yang beberapa saat akan berubah seiring dengan tingginya permintaan.

Tempat itu lebih mirip seperti pasar saham. Hanya saja, mereka menjual barang kebutuhan yang nyata bukan lembaran kertas seperti kebanyakan pasar saham di tempat asalku.

Sementara aku mengamati pola perdagangan yang bisa kukatakan maju. Seorang pria dengan pakaian yang mirip bangsawan kelas atas datang dan menghampiriku.

"Hmm… kelihatannya Anda cukup terkesima rupanya, Tuan." Pria berambut pirang dengan topi mirip Robin Hood menghampiriku.

Aku hanya tersenyum ramah sambil bertindak wajar, agar tidak menarik perhatian orang lain.

"Ini benar-benar unik." pujiku.

Pria itu hanya mengangguk pelan , mendehem ringan.

"Ini belum genap setahun diterapkan dalam wilayah Willhem. Luar biasanya banyak pedagang yang tertarik dengan sistem ini. Kebanyakan mereka berasal dari luar Campestris…" tuturnya.

Berarti sistem ini sudah ada setelah perang. Ini mungkin yang membuat hal semacam ini tidak akan ada di ibukota yang maju dalam ekonomi sekalipun.

Aku memiringkan kepalaku.

"Kalau boleh tahu, Anda...?" Tanya ku pada Pria berambut pirang itu.

"Maaf saya belum memperkenalkan diri. Saya adalah anak ketiga dari Count Willhem. Edric Willhem." Jawabnya sambil membungkuk pelan layaknya seorang bangsawan kelas atas menyapa orang yang sederajat.

Aku sangat terkejut, salah satu anak dari pemberontak dan pendukung Pangeran Scrall berdiri di hadapanku sekarang. Apakah aku telah dicurigai? Atau dibuntuti? Aku berusaha tetap bersikap tenang.

"Perkenalkan namaku adalah Virtus, seorang petualang dari Kerajaan Bargobar." tuturku.

Pria itu kelihatan hampir tak percaya dengan apa yang kukatakan sambil mengeluarkan ekspresi yang sedikit kecewa.

"Aku berpikir bahwa Anda adalah seorang pedagang yang professional… Tetapi… cukup agak jarang melihat petualang tertarik dengan hal yang seperti ini." katanya ragu.

Memang dia ada benarnya.

Petualang kebanyakan akan tertarik dengan misi, seperti menyelesaikan quest dan membunuh monster di luar benteng pertahanan. Hanya, jika aku melihat kalau Edric tidak mencurigaiku, kurasa tidak ada salahnya mendekatinya untuk penyelidikan yang lebih baik mengenai Scrall.

"Sebenarnya saya kemari untuk melakukan pembelian komoditas bijih besi dari wilayah Willhem. Jadi, Anda tidak usah ragu. Saya juga seorang pedagang , jika bisa dibilang."

"Haha… maaf atas ketidaksopanan saya. Namun, melihat seorang petualang menjadi pedagang benar-benar sangat langka. Kalau begitu, apakah Anda tertarik mengobrol dengan saya..?" pinta Edric sambil melihat pada salah satu meja di sudut ruangan.

Aku mengangguk setuju.

"Jadi… berapa banyak yang Anda butuhkan , Tuan Virtus?" tanya Edric langsung pada intinya.

Aku sangat menyukai orang yang berterus terang. Tetapi, aku sangat membenci orang yang akan kumanfaatkan berkata langsung pada intinya. Ini akan membuatku sulit menggali informasi.

"Apakah Anda tahu tentang perang Kerajaan Bargobar dan Bajak Laut Mata Satu?" aku berusaha memperpanjang pembicaraan kami , agar aku bisa menggali informasi yang kubutuhkan.

Edric mengangguk.

"Sebenarnya saya dan seorang mitra yang memiliki sebuah usaha penempaan senjata di Kerajaan Bargobar, membutuhkan pasokan bijih besi dalam jumlah besar."

"Hm, bukankah Bargobar juga memiliki pengusaha tambang bijih besi yang cukup banyak ? Kenapa Anda harus jauh-jauh ke Kota Hoke untuk melakukannya..?" Edric sedikit penasaran.

"Sebenarnya, pelanggan kami adalah Armada Bajak Laut Mata Satu. Jadi kerajaan agak sedikit keras dalam bersikap pada kami. Jadi, kami membutuhkan pasokan yang tak dapat dilacak oleh Pasukan Kerajaan."

Edric melotot seketika. Ia nampaknya terkejut dan tersenyum sinis untuk suatu hal yang kupikir wajar.

"Bukankah itu berarti adalah pengkhianatan..?"

Aku mengangguk.

"Anda mungkin benar pada bagian itu. Hanya saja…"gumamku.

"Hanya saja..?" Edric memiringkan kepalanya.

Aku terdiam sejenak , kemudian menarik nafas pelan.

"Apakah menurut Anda perang sesungguhnya?" tuturku, dengan mata seperti guru yang bertanya pada pengetahuan muridnya.

"Perang, ya… Aku berpikir hanya menghabiskan tenaga dan sumber daya. Itu adalah kerugian secara umum." jawabnya ringan.

"Jika Anda mengatakan demikan, bukankah perang sipil seperti yang dialami oleh Kerajaan Campestris adalah sama."

Edric berwajah bingung, tetapi tidak menampiknya.

Jadi, aku berusaha membawa percakapan kearah yang lebih jauh.

"Aku juga berpikiran demikian. Hanya saja, bukankah ada keuntungan dalam perang yang bisa didapatkan oleh orang-orang khususnya pedagang seperti kita?"lanjutku.

"Keuntungan?"

"Ya."

Aku berdiri sambil mengangguk.

"Saya tidak cukup mengerti maksud dari perkataan Tuan Virtus…" Dia kelihatan ragu sambil masih duduk.

Aku hanya tersenyum kecil mengetahui bahwa umpanku telah dimakan.

"Apakah anda berkata demikian? Bukankah dalam peperangan pembelian akan senjata akan meningkat?"

"Itu memang benar. Hanya saja jika demikian maka… harga kebutuhan yang lain akan meningkat tajam." tampiknya.

Aku mengangguk setuju. Lalu, duduk kembali ke posisi semula.

"Anda mungkin benar. Tapi, bukankah sebelum peperangan terjadi ada baiknya menimbun segala macam kebutuhan seperti gandum dan kebutuhan lain dalam gudang. Itu akan membuat modal dan harga jual akan berbanding sangat jauh."

Edric menggeleng tak percaya.

"Kurasa masuk akal. Tetapi, tidak ada seorangpun yang dapat memastikan kapan perang akan meletus..bukankah demikian?"tampik Edric.

Aku menggeleng.

"Anda bisa menebak perang." kataku mantap.

"Ha??" mulut Edric terbuka lebar.

"Bukankah Anda tahu , Armada bajak laut mata satu saat ini terdesak di laut perbatasan Kerajaan Bargobar dan Kerajaan Campestris?"

Edric bangkit berdiri sambil mengepal tangannya.

"Itu tidak mungkin."

"Itu mungkin... Itulah sebabnya pelangganku memintaku memenuhi persenjataan mereka untuk melakukan penaklukan ke wilayah timur Campestris setelah mengalami kekalahan dengan Bargobar."

Edric menggigit bibirnya sambil mencengkram erat kerah leherku yang masih duduk di bangku. "Bisakah Anda menceritakannya padaku."

Aku berpura-pura ketakutan dan gugup . Namun, baiknya itu semua berjalan sesuai dengan kehendakku

avataravatar
Next chapter