webnovel

Dua Sisi

Tatapan lekat yang diberikan ayah Sasha kepadanya membuat Sasha takut dan merasakan dingin sekujur tubuh fikirannya tertuju kepada hukuman apa yang akan dia dapat kan apabila nilai raport nya jelek.

"Sasha Widya Anggara" dengan nada tegas .

"I i iya yah" menghadap kepada ayahnya.

"Nilai kamu bagus Sha" Ayah Sasha tersenyum.

"Apa yah ba bagus!" Sasha tidak percaya.

"Iya Sha nilai kamu bagus, walau gak bagus-bagus amat tapi memuaskan sebab kamu baru masuk" Kata ibu Sasha dengan sumringah.

"Ayah bangga sama kamu Sha" sambil meelus-elus rambut Sasha.

Ibu Sasha juga mencium kedua pipi Sasha dan memeluknya.

"Iya Bu lya Yah, terimakasih udah muji Sasha" senyuman yang manis keluar dari wajah Sasha, hilang lah semua fikiran buruk dikepalanya.

"Kalu gitu Sasha mau hadiah apa dari ayah"

"Hemmmmm Sasha mau mainan tapi mau boneka sama peralatan masak-masak, Sasha udah lama kepingin itu" dengan nada antusias dia melontarkan keinginan nya.

"Aduh Sha satu aja gak boleh tamak!" Ibu Sasha dibuat gemas dengan tingkah laku Sasha.

Akibatnya dengan spontan dicubitlah pipi Sasha

"Ibuuuuu sakit tau"

"Ibu-ibu" Ayah Sasha juga heran dengan tingkah laku keduanya.

"Heheheh iya anak ibu sayang, maaf"

"Iya Bu"

"Benar kata ibumu Sha kamu gak boleh tamak, jadi kamu Ayah beliin cuman salah satu, kamu pilih yang mana?" Ayah Sasha memberikan pilihan.

"Yaudah Sasha mau peralatan masak-masak yang kecil ya yah buat mainan, bukan buat ibu nanti kebalik deh, niatnya beliin buat Sasha malah buat ibu" celetukan Sasha yang spontan membuat kedua orang tuanya tertawa terbahak-bahak.

Rumah itu menjadi penuh dengan keceriaan menghilangkan ketakutan yang ada didiri Sasha Widya Anggara.

Hari Minggu pun tiba di desanya adalah hari ketika pasar buka, semua barang tersedia dari alat elektronik, pakaian, makanan dan masih banyak lagi. Keluarga itu kepasar menaiki sepeda motor untuk menuju pasar, dengan rasa antusias Sasha menikmati perjalanan walaupun jarak kepasar lumayan dekat sekitar 10 menit menggunakan sepeda motor.

"Ya kalu ngesut pastilah lama " Author ngelawak garing kaya ayahnya Sasha.

Lanjut.

Setiba dipasar mereka langsung menuju tempat mainan.

"Ibu-ibu itu mainan ya Sasha pingin" dengan tingkah menggemaskan Sasha menarik baju ibunya.

"Ya Allah Sha sabar" ibunya tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepala.

"Heheh Sasha gak sabar lagi Bu, ooh ya Bu Ayah kemana?"

"Tadi sih bilangnya ke warung mau ngeteh"

"Oooh"

Sampai lah mereka berdua ditempat orang yang jual mainan. Sasha langsung menunjuk mainan yang dia mau, ibu pun membelikannya walau ada drama tawar menawar wajar bakat ibu-ibu yang perlu disalurkan.

Sepanjang perjalanan Sasha sumpringah walau dia agak cape, sebab menemani ibunya beli sayur dan peralatan rumah tangga yang diperlukan. Ibu dan Sasha langsung menuju ke warung untuk menemui bapak agar bisa pulang kerumah.

Sesampai dirumah Sasha langsung membuka mainan tersebut dan juga bermakna menggunakannya.

TK besar

Tahun ajaran baru dimulai, Sasha sudah terbiasa dengan lingkungannya, dia sudah bisa berekspresi dan tidak disangka dia sangat aktif heheheh, bermain bersama teman-temannya. Dalam pelajaran dia selalu maju kedepan karna gurunya selalu menyuruhnya, menulis apa yang dipelajari, membaca apapun itu. Perkembangan Sasha sangat signifikan. Sasha mengikuti banyak kegiatan seperti menari, senam dan banyak lagi.

Dan disini mulai lah teman- teman sekelasnya iri ya hanya saja anak perempuan. Satu teman Sasha saja yang menemani Sasha dari TK kecil sampai sekarang yaitu Fanny Angkasa Baisa dipanggil Fanny, sesuai namanya dia sangat ceria penghibur buat Sasha disekolah.

Mereka mengucilkan Sasha, mereka tidak suka kalau dekat Sasha, Sasha dijauhin. Sampai Sasha bingung dia salah apa, dia sedih. Dia tak menyangka akan mendapat perlakuan seperti itu. Disisi lain ada ayah dengan sikap tegas, membuat  ketakutan Sasha dan rasa trauma nya semakin besar.

"Sasha harus kuat" dalam hatinya berbisik.

Dirumah

"Huek, huek ,huek" Mual yang dirasakan ibu Sasha membuat Ayah Sasha panik.

"Ibu kenapa?"

"Gak tau yah tiba-tiba mual tapi gak ada yang dimuntahin, kepala ibu sakit, kayanya masuk angin deh" dengan wajah pucat.

"Ibu istirahat saja, biar ayah yang lanjutin masak" ibu langsung menuruti, dan ayah melanjutkan masakan ibu, gini-gini ayah pinter masak plus masakan ayah lebih enak dari ibu. Mantap suami idaman.

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

وَالْعَصْرِۙ

اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍۙ

اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ ەۙ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

Bismillahirrahmanirrahim

wal-'asr

innal-insāna lafī khusr

illallażīna āmanụ wa 'amiluṣ-ṣāliḥāti wa tawāṣau bil-ḥaqqi wa tawāṣau biṣ-ṣabrillallażīna āmanụ wa 'amiluṣ-ṣāliḥāti wa tawāṣau bil-ḥaqqi wa tawāṣau biṣ-ṣabr

Surah Al-asr dibaca anak-anak ketika mau pulang.

Sasha melangkahkan kaki kerumah dengan mengucapkan salam.

"Assalamualaikum"

"Wa'alaikum salam" ayah menjawab salam Sasha. Sasha menuju kamar mengganti baju.

"Ibu mana yah?" Dia penasaran kemana ibu, dan dia juga bingung kenapa ayah yang menyiapkan makan.

"Ooh ibu, ibu lagi sakit jadi ayah nyuruh ibu istirahat" sambil melihat kearah pintu kamar ibu.

"Hah ibu sakit" Sasha langsung kekamar tempat ibu beristirahat.

"Pelan-pelan Sha, ibu baru tidur tadi ayah kasih obat, eh ternyata ibu ketiduran, mungkin enakan kali ya abis minum obat" sambil meletakkan tangannya ke dagu.

"Heemm iya yah, Sasha mau lihat ibu dulu" dengan nada sedih dia pun langsung ke kamar ibunya.

"Cepat sembuh ibu" sambil mengecup dahi sang ibu.

"Sha makan siang dulu" ayah memanggil.

"Iya yah"

Tiga hari kemudian ibu masih saja sakit, ayah mulai curiga apakan ibu hamil? Hemm memikirkan nya saja membuat ayah senang. Ayah berniat mengajak ibu kedokter untuk memeriksa apakah kecurigaannya benar atau tidak.

Sesampai di klinik mereka mendapatkan kabar bahagia ternyata ibu Sasha hamil sudah sebulan.

"Jadi selamat buat bapak sama ibu " Dokter memberikan selamat.

"Terimakasih dok" Ayah Sasha tersenyum, ibu Sasha sangat bahagia dengan kabar itu wajahnya berseri.

"Nanti diperiksa lagi kandungannya ya bu, biar anaknya sehat dan ibu pun sehat ooh ya nanti bapak sama ibu juga bisa mengetahui jenis kelamin anak yang dikandungan" Jelas dokter

Waktu hamil Sasha orang tuanya tidak kedokter sebab masih belum secanggih sekarang.

"Oke dok, sekali lagi terimakasih" Ayah Sasha menjabat tangan dokter cantik itu.

Seketika Ibu Sasha memikirkan sikap Sasha nanti kalau mengetahui tentang dia akan mempunyai adik, apakah dia menerimanya? Apakah dia senang? Apakah dia bersikap baik kepada adik nya kelak? Itu lah yang dicemaskan sang ibu. Disisi lain ayah memikirkan hal yang sama tetapi raut wajah ayah tidak terlalu nampak seperti yang ditunjukan ibu.

Next chapter