7 BAB 6 Ketemu Sama Om Lukman

Malam ini jadikan sebuah kenangan bersama Lusiana. Supaya suatu saat, akalau aku masih hidup di Bumi, kita bisa menceritakan kejadian di masa lampau. Rasanya sedih melihat keadaan sekarang bukannya apa-apa aku merasa penyakit tak sepatutnya ada dalam tubuhku, semua orang pasti pernah merasakan apa yang aku rasakan sekarang?

Demi kalian semua aku rela menahan rasa sakit walau suka kambuh di depan mereka, tapi entah kenapa lihat Lusiana tatapannya kayak ada bening-bening cinta tumbuh dalam dirinya. Sepertinya aku harus cari tahu kebenarannya, supaya tidak ada salah paham antara kita berdua.

Jika nanti aku tidak ada di muka Bumi, kuharap kau bisa jaga diri baik-baik. Semestinya dalam kehidupan pasti ada yang pergi maupun datang masuk ke hidupmu, asalkan dalam benakmu ada rasa peduli supaya mudah bergaulnya. Daripada menyendiri terus tak ada menemani sambil mengobrol yang kau sukai.

Setelah ketemu sama Lusiana terus di sebelahnya ada temanmu aku bangga sudah mulai terbuka enggak tertutup lagi menerima di luar sana, mudah-mudahan kalian berdua akur sampai tua nanti biar Lusiana ada temannya tidak sendiri lagi.

Apakah sudah semestinya aku ceritakan bahwa dalam tubuh punya dua penyakit? Kalau mereka kaget bagaimana? Masih bingung harus mulai dari mana ceritanya. Bohong terus pasti salah satu dari mereka ada pikiran aneh mengenaiku, seharusnya bicara dengan jujur jangan bohong lagi.

Aneh sekali aku tuh belum bisa jujur dari dulu malahan dosa yang telah lama masih ingat sekali termasuk sahabat masa kecilku, dalam diriku masih banyak beban yang perlu di selesaikan. Tak perlulah di pendam dengan sendirinya, hingga akhirnya aku belum mampu menyampaikan sesuatu mengenai kondisi tubuhku yang sebenarnya.

Mudah-mudahan Lusiana mengerti apa yang aku bicara barusan walaupun dalam hati bicaranya, pasti tahulah lihat dari ekspresiku. Tak berselang lama ada suara Mobil sedan Brio mengarah ke rumah Lusiana. Sepertinya itu Bapaknya sahabat masa kecilku namanya Om Lukman.

Akhirnya aku bisa ketemu sama Om Lukman untuk silaturahmi, "Assalamualaikum," ucap Om Lukman sambil pegang tas kantor. Kami sedang duduk langsung mengucapkan salam secara bersamaan, "Wa'alaikumsallam,"

"Wow kompak sekali kalian, heh ada Upi gimana kabarnya?" tanya Om Lukman sambil tersenyum. Jadi teringat kembali kenangan bersama mereka semua kecuali Tika soalnya baru ketemu sekarang, selalu flashback pada saat bertemu sama seseorang penting dalam hidupku.

"Alhamdulillah baik, gimana Om kabarnya?" tanya Upi sambil cium tangan Om Lukman. Kenangan seperti ini sambil dengerin lagu Samson judulnya "Kenangan Terindah" beuh langsung ke bayang nostalgianya. Saking banyaknya enggak bisa ceritakan semuanya butuh waktu lama, aku di sini cuma sebentar. Tidak mungkin kalau menginap di rumah Lusiana karena belum muhrim, nanti di sangka kita berdua menjalin hubungan terlarang.

Untuk menghindari hal tersebut aku harus pulang, "Alhamdulillah baik, oh ya Upi di sini sampai kapan?" tanya Om Lukman simpan tas kantor di meja ruang tamu. Tuh kan pasti kayak begini pertanyaan legendaris dari dulu, aduh kenapa jadi gugup sih? kayak ketemu sama calon mertua saja ups.... sayangnya bukan hahahahaha....

"Hari ini saja Om, soalnya aku rindu sama sahabat masa kecilku." ucap Upi sambil senyum menatap ke arah Lusiana. Secara tiba-tiba sahabat aku salah tingkah di depan orang tuanya maupun teman sendiri, aku tidak bisa pungkiri bahwa Lusiana benar-benar cantik luar dalam.

Malah ada warga sini minta makanan berat tapi orang tuanya jangan di kasih heh.... Lusiana tetap saja kasih walaupun agak berat, semenjak dari situ mulai berpikir, "Apa perlu menerima cintanya?" ucap dalam hati.

Setelah warga sini telah pergi dari rumah Lusiana lalu Om Lukman tanya kembali. Namun, pertanyaan membuat aku kaget mendengarnya, "Ouh... enggak menginap di sini?" waduh apakah ini di namakan jebakan Batman. Menurutku kalau belum menikah kita enggak boleh menginap di rumah perempuan kecuali saudara tidak apa-apa atau siapa pun ini khusus buat cowok, sedangkan temannya cewek yah enggak apa-apa tidak ada yang melarang.

"Sepertinya enggak deh Om, soalnya banyak tugas yang perlu di kerjakan." ucap Upi sambil senyum. Maaf yah Lusiana aku enggak bisa lama-lama di sini, ada banyak tugas yang perlu di selesaikan segera mungkin biar tenang.

Aku paling tak suka mengerjakan tugasnya lelet terutama telat kasih ke Dosen, "Hmmm.... begitu ya tapi kapan ke sini lagi?" tanya Om Lukman. Perhatian sekali Bapak Lusiana padahal sudah lama tak berjumpa, tapi masih sama seperti dulu. Membuatku makin betah saja main ke sini, "Ya siap Om, insya Allah sabtu depan ke sini lagi." ujar Upi sambil tersenyum kembali.

"Siap janjimu Om pegang!" ucap Om Lukman. Yang tadinya ingin pulang heh.... malah sekarang masih mengobrol sama mereka, tak ada rasa canggung mengenai obrolannya banyak sekali manfaat yang bisa di ambil. Seperti jangan lupa mengucapkan kalimat "Bismillah" dan "Alhamdulillah" atau di luar sana masih banyak orang yang kurang mampu untuk beli kebutuhan pokok.

Benar juga apa yang di bilang sama Om Lukman. Selagi kita punya uang untuk membelikan kebutuhan pokok ya setidaknya dalam benak kita harus ikhlas, supaya dapat pahala. jangan berharap uang itu bisa kembali lagi kepada kita, kenapa? Karena rezeki sudah ada yang atur.

Yang paling utama harus tetap selalu bersyukur apapun yang kita punya, asalkan jangan suka pamer kepada kalangan warga kurang mampu. Kenapa aku bicara seperti itu? Karena kehidupan akan selalu berputar contohnya; kita punya Perusahaan sedang berkembang pesat heh.... beberapa bulan kemudian perusahaan yang kita di kelola makin menurun drastis kalah sama Perusahaan sebelah semakin hari makin maju.

Nah, seperti itu gambarannya kalau belum mampu ya sudah kalian mikir saja sendiri. Suatu saat, pasti kalian akan memahaminya. Aku hanya bisa kasih tahu saja itu pun kalau kalian menerima dengan lapang dada, tanpa adanya paksaan dariku. Setelah lihat jam sudah pukul 21.30 tidak terasa mengobrolnya saking serunya sampai lupa waktu, aku harus pulang biar enggak terlalut malam.

"Om, tante, Lusi, dan Tika aku mau pamit pulang dulu soalnya sudah malam, takut terjadi apa-apa di jalan." ucap Upi sambil senyum. Alhamdulillah aku sudah lega melepaskan kerinduan terhadap sahabat masa kecil penuh berarti dalam hidupku, seperti bukan sahabat melainkan saudara.

Keluarga Lusiana maupun Keluargaku sudah saling kenal sejak aku masih kecil tinggal di Pangandaran. Sebelum pindah ada rencana membuat sebuah Resto di sana. Namun, hingga akhirnya enggak jadi entah apa alasannya aku sama sekali enggak tahu.

"Ya sudah hati-hati di jalan," ucap Om Lukman sambil pegang pundakku. Sementara Lusiana hanya terdiam tanpa adanya pesan buatku, malah ia bergegas ke kamarnya sambil menahan air matanya.

"Iya Om, Assalamualaikum." ucap Upi senyum juga. ada keraguan untuk meninggalkan tempat ini termasuk Lusiana. Ada apa yah? Membuat aku penasaran saja lagian sekarang kan sudah punya nomor handphone Lusiana.

"Wa'alaikumsallam," ucap Om Lukman, Tante Rika sambil menggapai tangannya ke arahku. Sedangkan Tika sedang menemani Lusiana sedang sedih, entah apa yang terjadi dengannya? Ntar saja setelah sampai di kosan baru deh whatsapp dia.

avataravatar
Next chapter