8 BAB 08 Alasan Tak Masuk Akal

Setelah berbincang cukup lama sama anak kecil, rasanya ingin menelepon adikku yang sudah lama tak berjumpa dengannya. berbagai ngobrolan cukup menarik bagiku pada saat sedang bersamanya, baru kali ini juga merasakan apa arti bahagia? Entah kenapa melihat sosok anak kecil ini seperti adikku?

Cuma bedanya yang ini badannya kurus banget kayak jarang di kasih makan sama orang tuanya, untungnya sudah makan loh kalau enggak wah bisa sakit dia. Hanya saja aku mengantar pulang ke rumah takut di cariin, aku sudah berusaha untuk beritahu apa yang dia lakukan sangat fatal banget.

Rasanya ingin deh merawatnya sampai ia badannya sudah berisi seperti sedia kala, dalam benakku masih ragu sih takutnya tidak serius menjalaninya. Padahal penting loh supaya kesehatan kita tetap terjaga, dan fit untuk melakukan aktivitas di luar sana.

Selagi dia masih Sekolah aku bisalah mengurusnya walaupun sedang Kuliah. Selama aku masih di Kampus. Dia tetap berada di kontrakan walau suasana tidak seperti rumahmu, aku tetap memahami kondisi sekarang seperti apa? Mengertilah apa yang aku maksud perihal ini?

Setidaknya tidak melakukan apapun, dia boleh nonton tv sambil tiduran atau baca novel aku sengaja bawa ke sini untuk menghilangkan kejenuhan selama di kontrakan. Tak ada seorang pun yang belum pernah rasakan jenuh, pastinya merasakan tapi untuk hilangkan semua itu berbeda-beda termasuk aku sendiri.

Dia kalau berada di sampingku lihatnya kayak orang asing, "Hey kenapa ade melihat seperti itu?" entah kenapa aku mengeluarkan sebuah kalimat dari mulutku seperti ingin tahu. Cuma dirinya tak ada jawaban membuatku panik takut tersinggung.

Selama 5 menit kalau tidak salah dia baru jawab pertanyaanku, "Enggak apa-apa Kak, cuma ingat sama sosok yang saya kagumi tapi ia sudah tidak ada di Bumi." Astagfirullah aku kaget mendengarnya penjelasan dari dia terus dalam bicara pun membuatku paham, sepertia dia di ajarkan bagaimana speaking yang baik?

"Hmmm... memang sosok yang ade kagumi siapa?" tanya Upi senyum sambil menaruh tangan kanan ke pundaknya. Tak berselang lama akhirnya di jawab dengan cepat walau agak gugup, "Kak.... Kak.... Kakakku!" aduh jangan sampai kepo aku kambuh lagi selepas mendengar dia sedang kangen sama Kakaknya.

Hingga akhirnya aku pun tak sanggup lagi menahan air mata sudah bercucuran di pipiku. Namun, aku tidak tahu alasan yang sebenarnya. Tunggu dia merasa lega baru deh aku tanya lagi, begitu pun aku sedang kangen sama adik tercinta. Ingin pulang ke Tasikmalaya untuk melepaskan kerinduan.

Sekaligus sama sosok perempuan yang aku cintai, entah kenapa jadi ingat kembali sama perselingkuhan? Yang sebelumnya sudah melupakan. Sampai detik ini pun belum ada balasan darinya, apa mungkin lagi siapin buat besok yah? Hah sudahlah.... nanti juga di balas.

"Kak kenapa dari tadi diam aja?" tanya anak kecil sambil tersenyum. Sontak kaget saking serius memikirkan Sari sampai lupa bahwa aku sedang mengobrol sama anak kecil entah siapa namanya?

"Enggak apa-apa de, oh ya namanya siapa?" tanya Upi sambil tersenyum. Senang sekali sudah berbagi kebaikan walaupun aku tidak makan lagi. Namun, aku tetap ikhlas kok yang penting anak kecil di sebelahku tidak kelaparan.

"Nama saya Rifky panggil saja Rif," ucap Rifky sambil tersenyum dengan ekspresi bahagia. baru kali ini aku melihatmu merasa seperti adik sendiri, walau hanya sementara setelah ini aku bakal tidak ketemu lagi. Semoga suatu saat, kita berdua bisa berjumpa lagi di tempat lain.

Beberapa menit sebelum berangkat pulang ke rumahnya, ada beberapa warga sini mau minta maaf kepada Rifky. Hanya saja tidak langsung di maafkan, tapi harus berikan alasan kenapa tadi bersikap seperti itu, "Aku mu maafin tapi harus berikan alasan yang sebenarnya," ujar Rifky dengan bersikap masih kesal.

Cuma warga sini berpikir mengenai pertanyaan dari Rifky lama amat, padahal kita berdua tuh tidak ada waktu lagi untuk menunggunya. Setidaknya cepatlah ini mah seperti tunggu kepastian dari seseorang yang di cintai, ia sempat kesal tapi di tahan amarahnya. Kalau aku nih, tak segan-segan akan memukulnya atuh da bagaimana aku enggak bisa menahan emosi lihat anak kecil sedang kelaparan?

Sedangkan mereka asik-asiknya tak peduli sama sekali sampai di abaikan begitu saja, aku sih bakal kasih makanannya walaupun tersisa Ikan goreng. Enggak apa-apa yang penting dia sudah tidak kelaparan. Seharusnya mikir ke arah situ, heh mereka malah egonya masih ada dalam benaknya. Nah, baru deh di jawab tapi alasan tak masuk akal menurutku.

"Alasannya hmmm.... karena dia oang tak di kenal dalam pikiran kami cuma omong kosong doang padahal mah mampu beli makanan," ucap warga sini dengan ekspresi enggak suka sama Rifky. Mungkin karena mereka mereka dari pagi tidak ada yang beli, jadinya bersikap seperti itu.

Dalam pandangan yang pernah pernah aku alami persis sama kejadian di warung nasi mau ke Jatinangor. Aku harus tetap berpikiran positive thinking daripada mengada-ngada mengenai mereka, "Ouh gitu ya sudah, Kak yuk berangkat antar saya pulang ke rumah," ucap Rifky dengan ekspresi masih kesal sama mereka.

Walaupun begitu aku tetap salut sama Rifky tidak mengeluarkan emosi kepada mereka, hanya saja aku masih khawatir selepas sudah melanjak remaja yang ada dalam pikiranku bakal kembali ke sini lagi. Apa cuma perasaanku saja? Hah pasti dia bakal bertumbuh dewasa pikirannya kalau di didik dengan benar oleh orang tuanya.

"Ya sudah yuk berangkat!" ucap Upi seperti biasa sambil tersenyum. Ini terasa seperti kita berada di Keluarga kecil sedang di bangun, hahahaha.... selama di perjalanan tetap berbincang berbagai hal di omongin tentang aku maupun dia. Aku lihat sekilas Rifky mirip sekali sama artis Indonesia. Tapi kenapa aku lupa nama artisnya siapa?

Ada satu sisi dalam dirinya yang bisa di kembangkan walau tanpa orang tuanya, ternyata selama ini Rifky ingin menjadi seorang penulis. Sempat di kasih ceritanya menurutku bagus, cuma enggak ada bimbingan dari orang yang sudah berpengalaman menulis buku.

Aku sih ingin membantunya tapi dalam keinginannya harus ada kosisten dalam menulis, itu prinsipnya tapi aku perlu tanya lagi mengenai itu supaya dalam waktu dekat ini atau ke depannya bisa berikan ilmunya kepada Rifky.

Untuk saat ini, mendingan Rifky fokus dulu sama pendidikannya. Supaya orang tuanya merasa bangga bahwa anaknya berbagai pelajaran bisa, dan nilai pun bagus semuanya. jangan kayak aku kalau ada pelajaran yang tidak suka tuh langsung kabur enggak masuk lagi ke kelas.

Sampai sekarang pun tasnya masih tersimpan di ruang BP, belum di kembalikan sama sekali. Takut di marahi soalnya bisa berabeh nantinya. Ntar saja deh kalau ada reuni akbar pasti aku datang ke Sekolah di Tasikmalaya, banyak sekali kenangan bersama Sari dan teman lainnya.

Tak pernah sesali walau enggak sampai lulus di sana, yang pastinya aku punya dua reuni yang harus aku kunjungi di Tasikmalaya maupun Bandung. Cuma kalau di sini tidak selalu menyenangkan pada saat berkumpul bersama teman, banyak sekali masalah yang harus aku hadapi dengan sendiri. Semenjak ada masalah aku memutuskan untuk menyendiri nah, aku sempat kenalan sama seseorang yang menurutku saling mengingatkan tentang kehidupan.

avataravatar
Next chapter