6 BAB 07 Mengikuti Dari Belakang

Selama di perjalanan aku agak curiga sih kayak ada yang mengikuti dari belakang, tapi harus positif thinking. Daripada harus berpikiran negative thinking, yang ada nanti malah terpancing omongan mereka. Aku harus menjalankan sepeda Motor lebih laju supaya mereka tak mengikuti dari belakang.

Semakin di kencang Motornya entah kenapa mereka tetap saja mengikutiku? Waduh jangan-jangan begal ingin ambil Motorku. Soalnya daerah sini aku sama sekali enggak tahu jalan pintas, masa ya harus berhenti dulu.

Beberapa menit kemudian selepas aku lihat kiri, kanan kok mereka tiba-tiba saja hilang entah ke mana? Seharusnya kalau memang mereka punya masalah sama aku, hadapinya sendiri heh.... malah bawa yang lain, jadinya aku sempat mikir mereka tuh cowok jantan atau memang cewek sih hahahahaha....

Mending lanjut jalan lagi hah daripada di sini takut ada hal-hal mistis yang bisa ke bawa mimpi, gangguan dari makhluk halus bisa-bisa nanti konsentrasiku enggak fokus. Selama masih ada di Bumi rasanya enggak mungkin deh harus berperilaku tak sewajarnya, pasti orang sekitar akan merasakan hal yang aneh terhadapku.

Tak terlepas dari hal seperti itu, aku harus banyak berdoa kepada Allah supaya dapat melindungiku maupun orang tua, sebenarnya pernah mengalami pada saat aku masih tinggal di Tasikmalaya.

Belum lagi kejadian sama sahabat masa kecil waktu itu lagi di Pohon yang banyak daun katanya ada kuntilanak, saking percaya aku langsung naik ke Pohon tersebut sedangkan Lusiana tetap menunggu dari bawah, aku malah ketakutan setelah sampai di atas ternyata benar ada kuntilanak.

Horor itu menurutku paling menyebabkan jantung berdebar sangat cepat dibanding pada saat kita sedang jatuh cinta, paling utama nih entah kenapa lihat Lusi itu kayak bukan? melainkan orang lain jadinya merinding deh selama di atas. Lalu aku bertanya sama Ayah maupun Bunda, "Ayah, Bunda apa benar hal-hal mistis itu ada?" namun orang tuaku enggak langsung menjawab tapi berpikir dulu cukup lama sih.

"Hey anakku tersayang pertanyaan barusan sebenarnya ada termasuk tempat yang kita tinggal sekarang nih, ada penghuninya asalkan jangan mengganggu keberadaannya biar ghaib tinggal di sini bersama Keluarga kita." ujar Bunda Ayu sambil tersenyum kepadaku. Tapi aku belum tahu nih, pendapat Ayah bagaimana?

"Hmmm.... begitu ya kalau pendapat Ayah bagaimana mengenai hal-hal mistis ada enggak?" tanya Upi dengan tatapan serius ke arah Ayah. Lagi, lagi, dan lagi seperti Bunda mikir dulu sebelum menjawab pertanyaan dari anak sendiri.

"Hmmm.... begini yah betul apa yang di katakan sama Bunda bahwa dalam kehidupan pasti ada penghuni dari dunia lain, asalkan kita sebagai pemilik rumahnya jangan ganggu mereka." ucap Ayah Herman dengan ekspresi serius. Oouh.... sekarang aku baru tahu informasi dari Ayah, dan Bunda. Suasana rumah setiap aku lihat ada yang tenang banget ada pun merinding banget membuatku enggak betah.

Kadang waktu orang tuaku enggak ada di rumah, rasanya seperti ada melihatku tapi setelah cek ke ruangan lain tidak ada siapa-siapa. Semenjak dari situ aku mulai berpikir kembali walaupun agak malas sih, berhubung dalam diriku penasaran juga mengenai hal-hal mistis. Malah sejak dari dulu sih ingin tahunya, heh baru kesampaian baru hari ini.

Beuh kalau misalkan aku sedang galau nih, pasti mereka tuh berdatangan ke rumahku. Entah apa maksudnya? Untungnya tidak di ganggu sih. Hanya saja sama yang lain di ganggu mulu alasannya kenapa?

Bukannya aku bermaksud ingin menjelekkan makhluk halus tapi setidaknya mikirlah jangan ganggu sedang berkumpul sama Keluarga besar, secara mereka tuh paling susah di atur. Sempat berantem tapi baikan sangat unik, "Kami tidak bakal mengganggu kalian lagi, asalkan kami bisa tinggal di sini."

Kok aneh ya penghuni di sini merasa seperti Hotel bintang lima, kalau begitu ya sudah harus bayar sekitar lima juta rupiah, masa yah gratis hahahaha.... pada saat itu umurku masih sekitar lima tahun sih jadi masih bisa lihat makhluk halus, kalau sekarang mah enggak cuma merasakan hawanya berbeda saja.

Setelah sampai di kosan terlihat dari jarak jauh dekat warung nasi langgananku, ada seorang anak kecil sedang memantau, padahal sekarang sudah tengah malam loh. Enggak di marahi sama orang tuanya, aku sih lebih baik nurut saja daripada harus melawan orang tua. Semestinya anak kecil mikirlah masa jam segini masih di luar rumah belum pulang sama sekali.

Wah sepertinya anak kecil mau melakukan sesuatu, aku harus gerak cepat menghindari keributan. Malah sempat kaget sih selepas mendengarkan yang sebenarnya, bahwa anak kecil tersebut berniat ingin mengambil sebuah makanan tersisa di warung nasi tersebut. aku malah jadi kasihan yah lihat dia sedang kelaparan.

Oh ya hampir lupa aku kan di kasih makanan sama Tante Rika. Kenapa enggak berikan saja ke dia? Hah.... tidak kepikiran dari tadi sih, lagian selama hidup aku belum pernah sekalipun memberikan sesuatu kepada orang kurang mampu.

Semestinya warga sini kasihlah makanan berat untuk dia, supaya tidak lagi merasakan kelaparan yang membuat warga sini merasa risih terhadap dia, biar pun ia kurang mampu setidaknya ada peduli dalam diri kalian. Aku juga ada kejanggalan terhadap warga sini sejak pertama kali tinggal di kosan, pada saat mengunjungi salah satu rumah yang menurutku cuek banget.

Malah aku merasa kesal sih seharusnya bisa dong senyum kalau ada orang lewat, ini malah dingin banget tatapannya. Untung aku masih betah tinggal di sini soalnya sudah nyaman, untuk kali ini aku serahkan ke dia apakah mau tinggal bersamaku? Walaupun harus bayar kosan dua kali.

Hah... tidak masalah soal biaya kosan walau harus bertambah, yang penting aku ikhlas bantunya tanpa ada paksaan. Kalau pun kurang yah aku bisa kerja sampingan supaya keuanganku bertambah menghidupi kita berdua walaupun bukan saudara.

Tapi aku perlu tanya dulu ke dia mau enggak? Nanti setelah selesai makan aku langsung tanya perihal tadi, "Hey kamu mau tinggal bersamaku?" tanya Upi sambil pegang pundaknya. Tak kusangka dia menjawab seperti ini membuatku kagum kepadanya, "Maaf Kak, aku masih punya orang tua jadi selesai makan aku langsung pulang ke rumah, lagian kesini juga cuma cari makan saja walaupun enggak punya uang setidaknya Kakak sudah bantu aku kasih makanan ini." ucap anak kecil sambil tersenyum.

Setiap punya sesuatu jangan suka pamer

Kepada orang yang kurang mampu

Namun, kalian harus kasih barang-barang

Yang tidak di pakai sama kalian.

(Upi Hendrawan, 2017)

Ada caranya membuat mereka

Tersenyum lagi seperti sedia kala

Asalkan jangan sampai membuat

Mereka sakit hati karena ucapan

Dari kalian.

(Upi Hendrawan, 2017).

avataravatar
Next chapter