1 Prolog

Hana Subekti, gadis manis dengan tinggi rata-rata orang Indonesia pada umumnya dan kulit putih langsat serta rambut panjang setengah punggung yang nampak selalu bagus dikepalanya.

Ia adalah mahasiswa semester akhir yang mendapatkan beasiswa untuk kuliah di K'ART University Korea selatan, jurusan Visual Communication Design. Gadis sederhana yang punya segudang mimpi di benaknya.

"Iya mam...Hana makan teratur kok"

"Jangan sampe Maagh lagi kayak kemarin Han"

"Iyaaa...kemarin karena sibuk banget nugas, deadline nya udah mepet jadi lupa makan. Tapi langsung minum obat kok mam"

"Yaudah jaga kesehatan pokoknya ya, mama gak ada disana jadi gak bisa jagain kalau kamu sakit"

"iya mama sayaaang...Hana bakalan jaga kesehatan, gak enak juga sakit kalo disini, sendirian soalnya. Yaudah ya mam, Hana masih ada kelas nih."

"Oke sayang, belajar yang rajin ya, biar cepet pulang.. Hehe"

"Hahaha..oke mam, doain Hana cepet beres kuliahnya"

"Amiin...mama doakan selalu"

"Hehe..bye mam"

"Bye sayang"

Telefon mesra sang ibu adalah penghiburan tersendiri bagi Hana, hal itu membuatnya merasa dekat dengan rumah. Jangan ditanya seberapa besar rasa kangennya akan rumah saat ini, kalau rasa rindunya itu bisa di bagi-bagikan, niscaya akan cukup untuk setengah populasi manusia di belahan bumi bagian barat.

"Hanaaa-yaa!...." (*)

Gadis itu berbalik untuk menilik siapa orang yang memanggilnya. Dia adalah Kim Sohee, cewek Korea yang ceria dan populer di kampus, sudah jadi teman dekatnya semenjak masuk K'ART.

Sebenarnya banyak juga mahasiswa Indonesia yang kuliah di kampus seni Korea ini dan bisa saja Hana hanya berteman dengan mereka karena sudah pasti itu memudahkan dia untuk urusan komunikasi, tapi ia memutuskan untuk membaur dan berteman dengan lebih banyak orang Korea asli agar bisa lebih beradaptasi dengan baik di negeri orang.

Seperti kata ayahnya, 'Dimana Bumi di pijak, disitu langit di junjung'. Jadi selama hampir 4 tahun merantau di negeri orang, Hana sudah mulai fasih dan terbiasa dengan negeri ginseng tempat ia menempuh pendidikannya ini dan tidak lagi sakit perut setelah makan kimchi.

"Hana-ya Annyong!"

Ucap Sohee dengan cengiran cantiknya saat telah mensejajari Hana di sebelahnya sembari menggaet tangan Hana.

"Nae, Annyong!" (**)

Hana membalas sapa ceria teman baiknya itu dengan senyum terbaiknya pula.

"Hana bantu aku membuat desain Nirmana pak Sooman..."

"Kamu gagal di mata kuliahnya?"

"Haaiisss...aku benar-benar kesulitan untuk nirmana dan semi otika"

"Kurasa kau salah masuk jurusan Sohee-ya"

"Heol!...aku rasa kau benar!" Sohee yang murung menepuk pucuk kepalanya karena pusing dengan beberapa tugas dari kelas yang harus ia ambil ulang di semester ini. Sohee bukannya tidak pintar, dia sangat lihai dalam menggambar, punya ciri khas tersendiri di setiap goresan gambarnya. Sohee sangat pandai memberikan jiwa untuk gambar atau lukisan-lukisannya hanya saja ia punya pekerjaan sambilan menjadi seorang model dari sebuah online shopping mall yang cukup ternama membuat dirinya kesulitan untuk fokus hanya pada kuliah saja. Sebenarnya kalau pun Sohee berhenti kuliah ia akan mudah mendapat pekerjaan, berbeda dengan Hana yang level nya hanya 0,00001 sekian diatas rata-rata, oleh sebab itu Hana harus berjuang keras untuk bisa meraih nilai yang bagus.

Maklum, orang cantik mah bebas. Kalau Hana?? Yah tau sendirilah.

"Heheheheh...." Hana terkekeh karena bibir Sohee yang sudah maju 2 cm ke depan menyerupai seekor bebek cantik.

"Aku ada kelas lagi setelah ini, bagaimana denganmu Sohee-ya?" tanya nya.

"Aku juga ada kelas, di gedung B. Kau?"

"Kelasku juga di gedung itu" jawab Hana dengan seulas senyum.

"Yeeaay...berarti nanti kau harus ikut aku dan Jihwan oppa makan malam. Tak ada kata menolak! Titik!"

Sohee bicara girang sampai menghentikan langkahnya sesaat dan mengangkat kedua tangannya ke udara seperti bersorak. Hana terkekeh kembali di buatnya, memang Sohee anak yang sangat ceria dan mudah menampakkan isi hatinya, berbanding terbalik dengan Hana yang agak tertutup. entah bagaimana mereka bisa menjadi teman akrab selama ini.

Mereka meneruskan langkah menuju Lecture room mereka masing-masing di gedung B, Hana masih punya beberapa kelas tersisa agar memenuhi syarat jumlah SKS minimum yang telah diambil sebelum menyusun skripsinya, belakangan kepalanya menjadi sering penat karena memikirkan apa yang akan ia lakukan setelah lulus kuliah nanti. Sindrom anak semester akhir sedang melandanya.

--@@@--

Kelas Prof. Jung Ki Song adalah kelas terakhir Hana hari ini, untung saja Prof. Jung sangat asik dalam mengajar sehingga Hana tidak akan merasa ngantuk sampai waktunya pulang nanti, lagipula ia harus mau ikut dengan Sohee untuk makan malam dengan oppanya kalau tidak, sahabatnya itu bisa-bisa merajuk padanya. Jihwan oppa adalah kakak laki-laki Sohee, oppa adalah sebutan untuk 'abang' jika yang memanggil adalah perempuan.

Jihwan oppa sangat mirip dengan Sohee, mungkin bisa dibilang Jihwan oppa adalah versi laki-lakinya Sohee. Dan juga mereka punya sifat yang mirip, maka itu mereka seringkali berdebat tapi tetap saja cepat berbaikan kembali, Hana juga sudah dianggap seperti adik sendiri oleh Jihwan. Menurut Jihwan Hana lebih manis daripada Sohe yang banyak bicara.

Seperti biasa, kelas prof. Jung selalu ramai karena jarang ada mahasiswa yang rela bolos kelas prof. yang satu ini, rugi! kata mereka. Selain pembawaan mengajarnya yang asik, prof. Jung juga sangat berbakat, tak heran ia bisa jadi salah satu dosen unggulan di universitas ini.

Waktu cepat sekali berlalu, kelas prof. Jung 5 menit lagi akan berakhir dan beliau sudah mulai menutup pelajaran hari ini membuat seluruh mahasiswa yang hadir dalam kelasnya ikut mulai membereskan peralatan belajar dan buku-buku mereka, tak terkecuali Hana.

PRAK!

Sebuah Iphone keluaran terbaru tersenggol jatuh dan tak sengaja terinjak oleh Hana saat ia sedang beranjak akan meninggalkan ruangan kelas dan sepertinya layarnya retak, Hana terpaku ditempatnya tak berani menoleh pada pemiliknya yang masih duduk di tempatnya persis di sebelah Hana tadi duduk.

Mendadak kalut menghampiri pikiran Hana, berjuta kekhawatiran berseliweran di dalam kepalanya, ia panik! Bagaimana caranya mengganti handphone mahal itu, sementara dirinya saja masih memakai handphone kentang yang sudah 2 kali ganti layar.

Aah...entahlah, yang jelas minta maaf dulu, pikir Hana. Lalu segera ia berjongkok dan meraih ponsel di dekat kakinya dan berbalik badan menghadap si empunya.

"Eemm...ini handphone mu, maafkan aku, aku tak sengaja. Sepertinya layarnya rusak, bisakah kau hubungi aku setelah memperbaikinya? aku akan ganti biayanya, tapi.. eeem..."

Hana tergagap, bingung harus bagaimana baiknya sedangkan si pemilik Iphone tersebut menatap Hana lekat-lekat dan hanya diam sedari tadi, membuat Hana jadi gelagapan.

"Baiklah...berikan aku nomor kontakmu, nanti akan ku hubungi untuk menagih biayanya padamu jika ponselku sudah diperbaiki. Tak perlu buru-buru."

Ujar laki-laki di hadapan Hana yang tidak lain adalah pemilik ponsel, ia bicara dengan santai seolah bukan masalah besar jika ponselnya rusak sambil tersenyum pada Hana dan sukses membuat Hana sedikit merasa lega karena kekhawatirannya akan di maki-maki orang ini setelah merusak ponsel terbarunya sirna sudah.

"Aah...iya baiklah, ini nomorku. Sekali lagi maafkan aku, aku benar-benar tidak sengaja"

Hana menyerahkan secarik kertas berisi nomor ponselnya pada laki-laki itu lalu membungkukkan badannya seraya meminta maaf sebagai bentuk sopan santunnya.

"Hmm...siapa namamu?"

"Ya?"

"Disini tidak diberi nama" pemuda itu mengacungkan kertas berisi nomor ponsel Hana tadi, dan memang hanya nomor ponselnya saja yang Hana tuliskan disana tanpa nama.

"Oh! maaf, namaku Hana" ujar Hana lagi-lagi membungkukkan badannya.

Laki-laki itu tampak tersenyum,

"Oke Hana, aku Kyungsoo, Ha Kyungsoo".

Ia memperkenalkan dirinya pula dengan senyum tetap pada wajahnya.

"Aah...baiklah, Kyungsoo-ssi. Maafkan aku karena merusak ponselmu, tolong hubungi aku untuk biaya perbaikannya, tapi bolehkah memberiku sedikit waktu untuk bisa membayarnya? Aku harus mencari uang tambahan dulu untuk bisa mengganti ongkos perbaikannya."

Ucap Hana memilih jujur pada Kyungsoo karena sepertinya lebih baik untuk mengatakan yang sebenarnya dari pada dia harus mencari pinjaman uang yang pasti akan lebih membebaninya, belum lagi masalah perkuliahan yang harus ia selesaikan.

Tanpa Hana duga, Kyungsoo hanya tertawa mendengar pengakuan Hana.

"Ya, santai saja. tak perlu buru-buru Hana-ssi. Aku bisa pakai ponsel lamaku kembali sementara ini di perbaiki."

"Wah...terimakasih banyak kalau begitu, akan ku usahakan untuk mengganti biayanya secepat yang ku bisa"

"Baiklah"

--@@@--

"Apa? Kau merusak ponsel seseorang di kelas hari ini?"

pekik Sohee setelah Hana bercerita padanya soal kyungsoo dan ponselnya. Mereka kini sedang berada di sebuah kedai tteokpokki menunggu Jihwan yang sedikit terlambat karena meeting di kantornya belum selesai.

"Yaaa...layarnya retak karena terinjak olehku."

"Lalu bagaimana? Dia pasti minta ganti rugi kan?"

Hana menggeleng..

"Dia tidak langsung minta, tapi aku yang tau diri bilang akan mengganti biaya perbaikannya. Hhhhh.... Sohee-yaa...bagaimana cara aku bisa dapat uang untuk mengganti biaya perbaikan ponsel mahal seperti milikmu itu?? Hiks!"

"Yaaah...itu memang pasti mahal sih, tapi bagaimanapun juga kau memang harus membayar nya. Hei, kau bisa cari pekerjaan paruh waktu"

Sohee mencoba membantu sahabatnya itu untuk menemukan solusi terbaik.

"Part time apa yang gajinya bisa aku kumpulkan sampai sebanyak itu dalam waktu singkat?" jawab Hana lemas, ia benar-benar buntu.

"Hhhaaahh...benar juga, kalau hanya gaji part time di mini market akan makan waktu berbulan-bulan untuk mengumpulkannya"

tampaknya solusi belum nampak di pelupuk mata, membuat Sohee ikut murung seraya menopang dagu seperti yang di lakukan Hana sedari tadi.

"Kenapa wajah kalian kusut seperti itu?"

Jihwan baru saja menyelesaikan pekerjaannya lalu segera pergi menemui adik-adiknya karena sudah berjanji akan makan malam bersama, ia masuk ke dalam kedai makan itu dan langsung duduk di hadapan dua adiknya yang tampak lemas tak bergairah, membuat Jihwan mengerutkan keningnya heran.

"Ada apa?" Jihwan mengulang pertanyaannya.

"Hana, sedang dalam masalah oppa. Dia harus mengganti biaya perbaikan ponsel yang tak sengaja ia rusak tadi"

Sohee mewakili Hana bicara karena dilihatnya Hana tak kunjung memberikan respon.

"Jadi?"

"Jadi dia sedang bingung bagaimana membayarnya karena biaya perbaikannya pasti mahal karena itu handphone keluaran terbaru"

"Dan?"

"Dan kami belum menemukan solusi nya, dia bisa saja kerja part time di mini market, tapi akan makan waktu lama untuk mengumpulkan uangnya"

Sohee menjelaskan dengan sangat baik soal kondisi sahabatnya sekarang pada oppa nya.

"Hmm..bagaimana kalau kau bekerja di kantorku saja? Asissten penanggung jawab Artis kami mendadak berhenti dan akan makan waktu lama untuk cari penggantinya, kau bisa bekerja sementara untuk menggantikannya."

Jihwan menatap Hana yang seketika mendelik senang oleh tawaran darinya.

"Oppa serius? Apa aku boleh mengambil kesempatan itu?"

"Yaa..tentu saja, aku yang akan bicara pada kepala tim nanti"

ujar Jihwan yang ikut tersenyum melihat Hana yang kembali menunjukkan tanda-tanda kehidupannya.

"Oppaaa...jooongmal Kamsahamnidaa, Saranghaeyooo oppaaa" (***)

pekik senang Hana pada Jihwan membuahkan tawa renyah Jihwan, apalagi Hana juga membuat gestur hati pakai telunjuk dan ibu jarinya yang diapitkannya menyilang, membuat Hana nampak lebih imut di mata Jihwan.

"Heol! oppa daebakitda!! (****)

Sohee ikut heboh dan senang atas solusi dari oppa nya itu, sedang sang penyelamat (Jihwan) hanya terkekeh menatap Hana dan Sohee yang berlonjak-lonjak senang sambil menautkan jari-jari kedua tangan mereka dengan saling berhadapan, mereka kini ceria kembali berkat Jihwan.

Setelah itu, mereka memilih untuk segera memesan makanan karena malam semakin larut dan Hana tak bisa keluar sampai terlalu malam sebab ia tinggal di asrama kampus dengan beberapa aturan jam tutup asrama yang berlaku.

avataravatar
Next chapter