13 Jangan ceroboh lagi!

Malam sudah larut, waktu sudah menunjukkan pukul 10.12, sebuah SUV berhenti di depan area asrama kampus Hanna, untung saja gadis itu belum melewati jam malam yang berlaku di asrama itu. Ia sebenanrnya ingin sekali pindah ke sebuah kamar studio untuk satu orang yang berlokasi dekat dengan kampus ataupun kantor Moonlight, tapi tak banyak pilihan kamar studio sewaan yang biayanya murah, asrama kampusnya merupakan tempat paling murah karena masih ditanggung beasiswa, jadi ia tak perlu memikirkan biaya tempat tinggal selama kuliah di K'ART, hanya saja saat nanti ia lulus kuliah, ia harus mulai membayar sewa kamar asramanya jika ingin tetap tinggal disana. Tentu saja, beasiswa tak lagi berlanjut setelah dirinya selesai kuliah dan dengan catatan harus lulus tepat waktu.

"Kau ... tinggal di asrama kampus ini kan?" ucap Suho padanya sembari menilik suasana asrama Hanna dari kursi pengemudi tempatnya duduk.

"Aah, iya Oppa ... terimakasih sudah mengantar, maaf merepotkan." Hanna membungkukkan badannya tak begitu dalam sambil menghadap Suho dan sedikit menyerong hingga bisa dibilang ia juga membungkuk pada Junhyuk yang duduk di kursi penumpang belakang Suho.

"Tidak Hanna, kau tidak merepotkan sama sekali, terimakasih atas kerja kerasmu hari ini ... masuk dan istirahatlah, kau pasti lelah. Jadwal besok akan aku kirimkan lewat chat, oh, tidak! Jadwal sebulan kedepan akan aku kirimkan padamu nanti melalu chat." ralat Suho dengan senyum diakhir ucapannya, senyum yang sukses membuat Hanna gemas dan menguatkan pendapatnya soal ketampanan Suho yang memang mempesona.

Junhyuk mengerutkan alisnya melihat reaksi Hanna, gadis itu tersenyum manis dan tulus pada Suho, bahkan matanya tak sedetikpun melirik ke arah Junhyuk yang sejak tadi merasa seakan dirinya hanyalah patung diantara dua orang di hadapannya. Junhyuk tak suka itu.

"Baiklah Oppa, terimakasih sekali lagi ... eeuum ... Junhyuk-ssi, terimakasih banyak." Hanna menunduk rendah pula pada Junhyuk, menghapus rasa sebal pria itu seketika. Entahlah, Junhyuk merasa tiba-tiba rasa kesal itu menguap dengan cepat saat mendengar Hanna mengucapkan terimakasih padanya.

"Hmmm ...." sahut Junhyuk hanya menggumam atas ucapan terimakasih Hanna padanya. Entah kenapa reaksi tubuhnya selalu bertolak belakang dengan isi hatinya membuat dirinya terkadang merutuk kesal, menyesali reaksi atau perkataan yang terlanjur mencelos dari bibirnya, perkataan atau reaksi yang terkadang membuat Hanna terluka dan hal itu terlihat jelas dari raut gadis tersebut.

Seperti saat ini, dalam hati ia memarahi dirinya sendiri sebab tak bisa memberi respon yang baik pada ucapan terimakasih gadis itu untuknya.

Hanna turun dari mobil dan berdiri ditempatnya hingga mobil yang dikendarai Suho itu mulai melaju meninggalkan asrama, ia sedikit membungkuk lagi saat mobil mulai melaju.

"Akkhhh ... badankuu sakit semuaaaa aish!" Hanna menepuk-nepuk bahunya sambil berbalik dan berjalan masuk ke dalam asrama, badannya terasa akan rontok. Syuting itu ternyata melelahkan, bagaimana bisa para selebriti itu tahan dengan tekanan dan letih luar biasa ini, dirinya yang hanya bertugas membantu kebutuhan Junhyuk di lokasi syuting saja rasanya letih dan pegal sekali, apalagi para aktor yang harus beradegan sesuai skript, belum lagi kalau adegannya harus berlari atau bergelantungan. Wah, Hanna bergidik memikirkannya, rasa simpati sedikit muncul di benaknya pada Junhyuk, seolah ia sedikit pahamkenapa orang itu judes sekali, yah barangkali karena sudah lelah bekerja.

Gadis itu merebahkan badannya di kasur dingin yang sejak pagi kosong. Matanya mendadak lengket tapi cepat-ceat ia berdiri dan beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri sebelum tertidur dalam keadaan kotor dan lengket.

Ia tersenyum saat melepas lalu memandangi kaos dan kemeja yang siang tadi dibelikan Junhyuk, tak menyangka jika pria itu akan melakukan hal yang tidak perlu, Hanna pikir Junhyuk sama sekali tak memandangnya sebagai manusia.

"Seleranya tidak buruk juga, heheh." gumamnya soal pakaian yang dipilih Junhyuk untuknya itu.

Hanna melanjutkan ritual mandinya kemudian segera merebahkan diri saat sudah merasa segar, matanya hampir terlelap saat ponselnya berdering pendek, menandakan sebuah chat baru saja masuk.

"Suho : Hanna, ini jadwal Junhyuk untuk sebulan kedepan, silahkan kau pelajari.

Sebuah lampuran file disertakan Suho dalam chatnya, segera Hanna membalas chat pria itu dan mengucapkan terimakasih, lalu mengecek isi file nya.

Setelah beberapa menit mengamati dan membaca jadwal padat itu, Hanna mulai mengantuk dan tak bisa menahan matanya, ia tertidur dalam posisi masih memegang ponsel.

****

Pagi hari.

Kriiiiinngg ... kkkrriiiinnggg ... kkkrriiinnggg

Alarm dari ponsel Hanna mengejutkan gadis itu yang langsung terduduk sebab bunyi alarmnya jadi terasa lebih kencang dan bergetar karena ponsel itu berada di dekat telinganya.

"Astagaaa ...." Hanna mendesah sambil mengucek matanya, kantuknya mendadak lenyap seketika hingga ia putuskan untuk mandi dan bersiap sebelum pergi bekerja. Urusan kampusnya masih lancar saja sejauh ini, Sohee banyak memberikan ia informasi soal kuliah sejak Hanna mulai bekerja.

Bbzzztt ... bbzzttt ... bbzzztt ...

"Ya Oppa? Ada apa?" jawab Hanna setelah mengangkat panggilan dari Suho.

"Ah, Hanna bisakah kau pergi ke lokasi syuting sendiri? Sepertinya kami tak bisa menjemputmu ke asrama karena arahnya berlawanan, lagipula Junhyuk harus bersiap karena take gambar segera dilakukan pagi ini."

"Iya, tak apa Oppa, aku akan pergi kesana sendiri, tolong kirimkan alamat lokasinya padaku." sahut Hanna sopan.

"Baiklah, dan bisakah aku titip kopi untuk Junhyuk sekalian? Kami tak sempat mampir karena berangkat pagi sekali."

"Ah, baik Oppa, nanti aku sekalian membelinya di perjalanan. Apa ada kopi tertentu yang Junhyuk mau?"

"Latte, belikan dia latte." ujar Suho.

"Baik Oppa, lalu bagaimana dengan Oppa? Biar sekalian aku bawakan."

"Aku? Hmm ... belikan aku Americano saja, belilah untukmu juga Hanna, nanti uangnya akan aku ganti saat kau sampai ke lokasi."

"Baik Oppa, aku akan segera berangkat."

"Ya, hati-hati Hanna. Kalau ada apa-apa, segera hubungi aku ya."

"I-iya, terimakasih ...."

"Oke, aku tutup teleponnya."

klik, tuuut ... tuuut ... tuuuut.

"Waah, memangnya dia sempat menolongku kalau ada apa-apa dijalan?" gumam Hanna setelah menyelesaikan obrolannya dengan Suho di telepon. Mereka memang segera berbagi nomor telepon dan ID chat saat kemarin ngobrol sambil memperhatikan Junhyuk beradegan.

Ia segera bersiap, memakai pakaian yang terlihat cukup rapi, mengecek kembali jadwal hari ini yang diberikan Suho semalam, juga alamat lokasi syuting yang baru saja dikirim padanya. Hanna lalu bergegas keluar asrama untuk munuju ke stasiun kereta bawah tanah.

Perjalanan cukup memakan waktu karena lokasi yang berada di pinggir kota, tak lupa Hanna mampir ke sebuah cafe kopi di dekat setasiun tujuannya untuk membeli pesanan Suho sebelumnya, sekalian kopi untuk dirinya sendiri tentu saja, Hanna bahkan belum sempat sarapan.

Ia harus naik bus lagi setelah naik kereta, dan akhirnya sampai di lokasi, terlihat olehnya suasana syuting yang hiruk pikuk, semua staf dan kru sibuk mengatur set dan perlengkapannya, jangan lupakan orang-orang yang berkerumun di luar pagar batas lokasi syuting untuk melihat langsung proses syuting aktor kesayangan mereka, sambil membawa banner dan pernak-pernik berhias foto Junhyuk.

Gadis itu hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kerumunan orang-orang itu, ia bergegas masuk melalu jalan lain yang nampak sepi di banding tempat krumunan itu berdiri, Hanna celingukan mencari dimana tenda ganti Junhyuk, 3 buah kopi yang masih panas bertengger nyaman di tangan kanannya.

"Hei, tolong minggir, jangan berdiri disana!" seorang kru sedikit meneriaki Hanna karena menghalangi jalannya, ia sedang membawa sebuah alat yang tampak berat.

Hanna terlonjak dan refleks mundur, tapi tetap saja nyaris terkena alat yang sedang di bawa kru tersebut hingga ia akhirnya kehilangan keseimbangan sebab berusaha menghindar. Kopi ditangannya nyaris saja tumpah.

Dan HUP!!

Seseorang menahan punggung Hanna dengan memegang kedua pundaknya dari belakang, membuat gadis itu tak jadi terjengkang. Hanna mendongak untuk melihat siapa orang yang menolongnya, tampak seorang pria yang memicing tajam pada punggung kru yang nyaris mencelakai Hanna itu, dari bau parfum maskulin yang menguar menggelitik hidung Hanna, dia tau kalau Kang Junhyuk yang baru saja menangkapnya agar tak terjatuh. Pria itu mengalihkan matanya pada Hanna yang masih terkejut dan menatap kaku ke arahnya.

"Kalau kau seperti ini terus, bisa-bisa aku yang jadi asisstenmu, bukan kau yang jadi asisstenku, karena aku yang jadi sibuk menyelamatkanmu dari kecerobohan. Berhentilah ceroboh, kau ini!" ucap Junhyuk tajam sambil menegakkan kembali posisi Hanna dengan perlahan, tak kasar sama sekali. Hanya ucapan yang keluar dari mulutnya saja yang terasa menusuk.

"Ma-maaf, dan terimakasih ... Junhyuk-ssi." Hanna menunduk, merasa tak enak karena lagi-lagi membuat kesalahan.

"Sudahlah, apa yang kau lakukan disini?" tanya pria itu.

"Aku baru saja tiba dan sedang mencari dimana tenda ganti anda, tapi kemudian terkejut karena aku mengahalangi jalan salah seorang kru itu." jelas Hanna lirih dengan kepala masih tertunduk.

"Haaaiiih, lain kali lihat sekelilingmu, bodoh." omel pria itu.

"Ma-maaf ..." Hanna merasa ingin menangis, ia masih amat canggung dengan set lokasi syuting dan dan segala tetek bengeknya hingga belum sepenuhnya paham apa yang harus dilakukan semestinya.

"Kenapa juga orang itu ngotot lewat sini padahal jalan lain masih lebar, menyebalkan." gumam Junhyuk menggerutu pelan sambil menatap lagi pada kru yang tadi, tapi Hanna masih bisa mendengarnya dan merasa sedikit bingung, sebenarnya Junhyuk membelanya atau membenci dia?

"Ayo cepat bantu aku!" Junhyuk memberanikan diri menarik pergelangan tangan Hanna agar gadis itu cepat berjalan mengikutinya. Hanna menurut dan mengikuti langkah besar Junhyuk dengan sedikit kewalahan.

Tapi ...

Deg deg deg

Sial, jantung pria itu perlahan semakin cepat berdetak dan itu mengganggunya.

avataravatar
Next chapter