2 Nama Samaran

Beberapa orang menatap ke arah meja yang sejak tadi ribut. Sedangkan Amber tengah terkejut dengan apa yang ia alami. Mulutnya masih membuka karena tidak menyangka akan mendapat guyuran air dari seseorang yang tidak dikenalinya.

"Dasar tidak tahu malu!" maki gadis yang kini tengah berdiri sembari memegang gelas kosong. "Baik! Kita batalkan saja perjodohan ini! Untuk apa menikah dengan laki-laki brengsek sepertimu!"

Gelas yang tidak berdosa diletakkan dengan kasar di meja. Gadis yang tengah emosi pun melangkah pergi tanpa berbalik dan tanpa memedulikan pandangan orang-orang yang tengah menyorot langkahnya.

"Oh, sial!" umpat Amber sembari mengusap wajahnya dengan tisu yang ia raih dari meja.

Karena menyadari masih berada di pangkuan seseorang, Amber dengan segera bangkit dan beralih ke kursi kosong yang tadi ditempati oleh target dari client-nya.

"Ah, Tuan ... sepertinya kamu harus menambah bayaranku. Pakaianku jadi basah karena calon istrimu!"

Amber menatap laki-laki itu sembari menyangga dagunya dengan satu tangannya. Ia pun menatap lelaki di hadapannya dengan tajam hingga membuat laki-laki tersebut menghela napas dan tersenyum puas akan kerja keras Amber.

Suara tawa mulai terdengar hingga Amber terkejut dan membenarkan posisinya. Gadis itu duduk dengan sempurna sembari menatap bingung laki-laki di hadapannya.

"Ada apa, Tuan? Jangan bilang Anda tidak mau membayar sesuai perjanjian?" tanya Amber kesal.

"Tidak, Nona! Tenang saja. Saya akan membayar sesuai perjanjian dan menambahkan biaya atas pakaian Nona yang basah," sahut laki-laki tersebut. "Oiya, kalau boleh tahu siapa nama, Nona? Saya benar-benar terkesan dengan akting, Nona," imbuhnya.

Amber terdiam sejenak. Ia menatap laki-laki itu dan sedang menilainya melalui pandangan mata. Dari apa yang Amber lihat, laki-laki di hadapannya berasal dari keluarga kaya. Anak konglomerat yang suka bekerja keras. Karena terlihat tidak merugikan, Amber pun berniat menjawab pertanyaan laki-laki tersebut. Ia dengan segera mengulurkan tangan sembari memberi isyarat pada laki-laki di hadapannya untuk membalas uluran tangannya.

Saat keduanya saling berjabat tangan, Amber berkata, "Emily! Panggil saja, Emily!"

Gadis itu sebenarnya hendak menyebutkan nama aslinya. Namun, saat suaranya keluar justru nama acak yang terlontar. Saat itu juga Amber berpikir kalau lebih baik ia menggunakan nama samaran untuk pekerjaan yang dilakukannya.

"Ah, Emily! Nama yang bagus!" sahutnya. Setelah itu laki-laki tersebut memperkenalkan dirinya. Ia merasa tidak enak jika hanya dirinya saja yang tahu nama Amber tanpa gadis itu mengetahui namanya. "Ed! Panggil saja Ed," imbuh laki-laki tersebut.

"Hai, Ed! Senang bekerja sama denganmu!"

Keduanya segera menyelesaikan pembayaran saat itu juga. Sebab Amber tidak ingin berlama-lama di tempat yang dipenuhi dengan mata yang terus menatap tajam ke arahnya.

Setelah urusan keduanya selesai, Amber dengan segera berdiri dan merapikan pakaiannya yang mulai mengering. Ia pun tersenyum pada Ed dan berterima kasih atas kerja samanya. Namun, baru beberapa langkah meninggalkan meja, suara Ed menggema dan menyapa ruang dengar Amber.

Laki-laki itu memanggil Amber hingga membuat pemilik nama menghentikan langkah dan berbalik ke asal suara. Saat itu juga Ed yang sudah berdiri segera melangkah mendekat hingga membuat keduanya saling berhadapan.

"Ada apa lagi, Tuan Ed?" tanya Amber dengan menjaga kesopanannya. Meski begitu, postur tubuhnya saat ini justru terlihat seperti sedang menggoda Ed. Bagaimana tidak, Amber berdiri dengan satu kakinya sedikit tertekuk dengan kedua tangan terlipat di depan dada. Kepalanya pun sedikit dimiringkan dengan tatapan tajam yang menambah pesona Amber.

"Ah, ti-tidak ada. Hanya saja ... apa boleh kita saling bertukar nomor?" tanya Ed dengan ragu. Ia takut kalau Amber langsung menolak permintaannya. "Ah, ma-maksud saya ... jika diijinkan," imbuhnya. Awalnya laki-laki itu hendak beralasan kalau semisal dirinya membutuhkan bantuan Amber lagi. Namun, justru kalimat tersebutlah yang keluar dari mulutnya.

Amber tidak langsung menjawab. Gadis itu menundukkan kepalanya terlebih dahulu seolah sedang berpikir. Namun, tidak lama kemudian ia kembali mendongak menatap wajah tampan Ed.

"Tidak masalah!" jawab Amber tanpa ragu. Kalimat tersebut membuat Ed tampak senang dan menghilangkan kecemasannya akan penolakan Amber.

Setelah saling bertukar nomor ponsel, Amber segera pergi meninggalkan Ed yang masih mematung pada posisinya. Sembari melangkah keluar, gadis itu mengecek rekeningnya yang kini terisi dengan banyak uang.

"Wah, hanya beberapa menit saja sudah dapat sebanyak ini!" seru Amber sembari tersenyum puas.

Gadis itu melompat kegirangan. Ia pun segera melangkah dengan cepat karena berniat untuk menikmati hasil kerja kerasnya

***

"Aku pulang!" seru Amber begitu memasuki rumah kecil Chloe. Ia pun segera pergi ke kamar yang ia gunakan bersama temannya itu. Karena rumah Chloe yang hanya terdiri dari satu kamar, ruang tamu, dapur, dan kamar mandi, mau tidak mau mereka tidur di ruangan yang sama.

"Amber? Kamu sudah pulang? Dapat pekerjaan?" tanya Chloe sebelum melihat ke arah Amber. Saat matanya menatap ke arah gadis yang baru datang, ia pun kembali bertanya, "Apa semua barang itu, Amber? Kamu dapat uang darimana?"

Chloe yang terkejut segera bangkit dari posisinya dan menghampiri Amber. Namun, bukannya menjawab perkataan Chloe, Amber justru melewatinya dan segera membaringkan tubuh di tempat tidur. Ia bahkan melempar barang belanjaan di samping tubuhnya.

"Amber bangun! Jawab pertanyaanku!" seru Chloe. Ia takut kalau Amber mendapat uang dengan cara tidak benar.

"Chloe, tenanglah!" Amber segera mengambil posisi duduk. Ia pun menepuk-nepuk tepian tempat tidur sembari meminta gadis itu untuk segera duduk di sampingnya.

Setelah Chloe melakukan apa yang diminta, Amber pun dengan segera memutar tubuhnya hingga membuat keduanya saling berhadapan. Kedua tangannya kini berada di pundak Chloe. Matanya saling beradu dengan mata Chloe seolah mereka saling berbincang melalui sorot mata.

"Jadi, apa semua ini, Amber?" tanya Chloe membuka percakapan.

Amber dengan segera menghela napas panjang. Ia pun melepaskan tangannya dari pundak gadis itu dan segera memutar posisinya lagi hingga membuat Chloe berada di sampingnya, bukan di hadapannya.

"Apa lagi, Chloe? Tentu saja aku sudah mendapat pekerjaan dan ini gaji pertamaku!" seru Amber. Ia bahkan mulai heboh membuka satu per satu kantung belanja yang ada di atas tempat tidur. Ia juga menyampaikan bahwa dirinya membelikan banyak barang untuk Chloe.

"Aku senang jika kamu mendapat pekerjaan. Tapi, pekerjaan apa yang gajinya dibayarkan di hari pertama. Terlebih lagi sebesar apa gajimu hingga bisa membeli banyak barang ini, Amber?"

"Ya, adalah pokoknya. Kamu tenang saja, pekerjaanku tidak menyimpang!" seru Amber. "Nah, lebih baik kamu coba dulu baju ini. Pasti cocok sekali untukmu!"

Dengan segera Amber meraih pakaian yang ia belikan untuk Chloe. Ia segera memberikannya pada gadis itu dan memintanya untuk mencobanya. Amber kini tengah berusaha mengalihkan pikiran Chloe karena dia sendiri tidak tahu harus menjawab apa jika ditanya secara detail seperti itu.

avataravatar
Next chapter