5 Insiden Memalukan

Sesuai dengan apa yang dikhawatirkan seorang Nita—sang manajer artis, saat Kayla dan Reynand keluar dari pintu mobil sedan putih mewah milik direktur Pradipta Corporation, ratusan kilatan cahaya sontak menyorot keduanya yang berjalan begitu serasi di atas karpet merah panjang.

Kayla menyunggingkan senyumannya yang sangat manis. Sedangkan Reynand hanya terdiam saja, tidak peduli. Matanya memandang lurus ke depan. Ia begitu fokus memperhatikan beberapa petinggi rumah produksi Berlin yang melambaikan tangannya ke arah kamera wartawan.

"Rey, tersenyumlah! Kau tidak bisa terus memasang wajah masam itu di sini. Orang-orang akan menganggap kita sedang bertengkar," bisik Kayla yang keberatan dengan sikap pujaan hatinya.

Dengan tarikan sudut bibir yang cukup kaku, Reynand membentuk garis senyumnya di tempat itu. Di tengah-tengah, keduanya berhenti melangkah. Kayla melambaikan tangannya kepada para pewarta yang sibuk mengambil gambar keduanya.

Seorang wanita dan seorang pria yang adalah pembawa acara utama penghargaan itu berjalan ke arah mereka. Si wanita sontak memeluk Kayla dan memberikan salam kecup pipi kanan dan kirinya. Sedangkan si pria memberikan salamnya kepada Reynand. Reynand membalas salam itu seraya nempertegas senyumnya tanpa kata-kata.

"Kayla, apa kabar?" tanyanya begitu bersemangat.

"Sangat baik," sahut wanita itu tak kalah semangat.

Si pembawa acara wanita melirik ke arah Reynand dengan penuh arti, lalu mengalihkan pandangannya lagi kepada Kayla. "Aku tidak tahu kalau kalian masih bersama hingga saat ini," komentarnya sedikit menggoda.

"Ah, seperti yang kau lihat saja, Elis," sahut Kayla tampak enggan menjelaskan. Ia hanya berani menjawab sekenanya dan menyebut nama wanita itu.

Sementara itu, si pembawa acara pria itu terkekeh pelan mendengar percakapan para wanita itu. Pria itu mengarahkan pandangannya ke arah Reynand.

"Jadi kapan peresmian hubungan kalian, Pak Reynand?" Pembawa acara pria itu menimpali dengan menambah sebuah pertanyaan yang berawal dari percakapan antara Elis dan Kayla.

Inilah mereka wartawan sesungguhnya yang ditakutkan oleh Nita—asisten manajer Kayla itu. Reynand yang mendengar pertanyaan itu bahkan tidak menjawabnya. Dia hanya menunjukkan sebuah tatapan dingin kepada pria itu. Elis menyiku pinggang rekannya. Segera, ia mengukir sebuah senyum palsu tidak enak untuk Reynand dan Kayla.

Kayla hanya tertawa kecil. Tanpa diminta, ia menjawab pertanyaan itu dengan bijaksana. "Aku dan Reynand tidak menutup-nutupi apapun mengenai hubungan ini. Jika sudah saatnya, kami akan segera melakukan konferensi pers untuk memberitahukan sebuah kabar bahagia."

"Wah, itulah yang kami tunggu-tunggu, Kay! Semoga secepatnya, ya!" sahut Elis.

Lagi-lagi Kayla hanya mengangguk seraya mengulas sebuah senyum tipis. Elis kemudian memberikan sebuah spidol berwarna abu-abu kepada Kayla dan memintanya menandatangani sebuah dinding yang sudah dilapisi kain berwarna putih dan bertuliskan acara penghargaan beserta nama-nama sponsor acara di dalamnya.

Kayla yang mengerti, beringsut membubuhkan tanda tangannya. Tidak lama, ia pun membalik badan bergaun seksi pada tubuhnya berjalan menghampiri pasangannya. Tanpa sengaja, heels sepuluh sentimeter yang dikenakan Kayla terantuk gaun hitamnya sendiri. Terdengar suara robekan yang berasal dari gaun Kayla. Wanita itu terpeleset, sontak limbung. Gaun hitamnya melorot pada bagian dada. Mengekspos area berwarna merah jambu gunung indahnya.

Reynand membelalak melihat sang aktris dengan banyak kilatan cahaya yang berasal dari kamera pewarta fokus pada bagian atas tubuh ramping wanita itu. Kamera itu juga menyorotinya mode video.

Reynand cepat-cepat membuka jasnya, menghampiri Kayla. Dia menutupi bagian depan tubuh itu dengan jas hitam miliknya. Wajah pucat pasi Kayla terlihat sangat jelas. Ia tertegun dan sangat lemas, hampir terjatuh jika Reynand tidak segera menanggapi tubuhnya dengan cepat.

"Kay, tenanglah! Aku menutupi tubuhmu sekarang," bisiknya lirih.

Mata lentik wanita itu memejam. Air mata tiba-tiba luruh. Dengan cepat, dua orang pria gagah berpakaian rapi menghampiri keduanya. Hendak mengiringi Reynand dan Kayla yang akan melanjutkan langkah mereka. Sedangkan kedua pembawa acara itu langsung berbicara dengan para pewarta agar tidak berlebihan menanggapi insiden yang baru saja terjadi.

"Terima kasih, Rey," ucapnya begitu malu.

Reynand hanya mengangguk. Kayla menarik tubuhnya dari Reynand. Dia menyeka air mata lalu menegakkan tubuhnya. Dengan tegap berjalan penuh rasa percaya diri di samping Reynand dan dua orang bodyguard berpakaian rapi menuju tempat acara.

Kayla sudah berada di sebuah toilet. Ia membenarkan gaunnya yang melorot. Bahan sutra itu terlihat cantik, tapi begitu rapuh menanggapi injakan heels sepuluh sentimeter miliknya. Pada kenyataannya, ada bagian yang robek pada bagian bawah roknya yang mengembang.

Wanita itu menatap cermin wastafel. Berkali-kali ia menghela napas panjang. Walau ia kembali percaya diri tapi ia sangat tidak suka menjadi pembicaraan orang-orang yang tidak mengenal dirinya secara langsung. Dan besok dia tahu pasti kalau dirinya akan menjadi tajuk utama berita di seluruh bentuk media di Indonesia.

"Kay, mimpi apa kau semalam? Mengapa jadi seperti ini? Insiden memalukan," keluhnya sedih.

Cukup lama ia berada di depan cermin, hingga akhirnya sebuah pesan chat masuk ke dalam ponselnya. Chat dari Reynand.

[Mau sampai kapan kau berada di toilet? Acaranya akan segera mulai.]

Kayla segera membalas pesan chat itu.

[Aku tidak bisa keluar dengan penampilan seperti ini, Rey. Aku harus bagaimana sekarang? Aku sangat malu.]

Sementara itu, Reynand yang menunggu Kayla di luar toilet tampak begitu tenang. Namun tidak dapat dipungkiri ia pun merasa cemas dengan apa yang baru saja terjadi. Sesekali pria itu berjalan mondar-mandir, menunggu Farhan yang bersedia mengantarkan sebuah gaun lain untuk aktris wanita itu. Ya, Reynand baru saja menghubungi Farhan untuk membantunya.

Seorang wanita asing tiba-tiba datang menghampiri Reynand dengan sebuah gaun merah yang tergantung pada lengannya.

"Di mana Kayla?" tanyanya kepada Reynand.

Reynand mengernyit memperhatikan wanita itu dari ujung kaki hingga kepalanya. Perhatiannya sontak tertuju pada salah satu lengan yang menggantungkan sebuah gaun.

"Masih di toilet," sahut pria itu singkat.

Tanpa menjawab, wanita itu buru-buru masuk ke dalam toilet meninggalkan Reynand sendiri saja di tempat itu.

"Siapa dia?" gumam Reynand bingung.

Wanita yang membawa sebuah gaun di lengannya memasuki ruang toilet perempuan. Langkahnya terhenti saat melihat Kayla berdiri di depan cermin wastafel dengan penampilan lusuh.

"Aku Amelia. Perancang busana pribadi keluarga Berlin. Bos David menyuruhku memberikan gaun ini untukmu. Dia tampaknya memperhatikan kejadian tadi dan merasa kasihan kepadamu." Wanita itu menyodorkan gaun yang dibawanya untuk Kayla.

"Bos David?" Kening Kayla berkerut.

Insiden itu bukan hanya mencuri perhatian para pewarta. Para pemilik sekaligus keluarga Berlin Corporation yang kebetulan masih berada di sana sontak menoleh ke arah Reynand dan Kayla. Mereka ingin tahu apa yang terjadi.

"Jangan bilang kau tidak mengenalnya. Dia adalah salah seorang petinggi rumah produksi Berlin Corporation. Tanpa sengaja ia dan keluarganya melihat insiden memalukan tadi dan merasa kasihan kepadamu," lanjut wanita itu.

Terlihat ragu namun pasti, Kayla meraih gaun itu. Dia menundukkan kepalanya. "Terima kasih, Mbak Amelia. Aku tidak tahu bagaimana menutupi wajahku lagi di depan para rekan selebriti dan wartawan. Aku sangat malu."

"Tidak usah sungkan. Ini adalah bentuk kebaikan hati bos David," sahut Amelia singkat. Wanita itu terlihat sedikit dingin dan hanya berbicara seperlunya saja. Setelah pembicaraan itu, Amelia pun keluar dari ruang toilet, meninggalkan Kayla sendirian.

avataravatar
Next chapter