5 Yang Bermulut Busuk

"Wah wah … lihat pesananku sudah tiba. Jadi apa yang akan kita lakukan malam ini?"

Menyadari keberadaan tunangannya itu dia menurunkan buku dan memberikannya pada Darcel yang menghampiri selepas membuka pintu. Pria bersurai platina itu menyambut kedatangan sang gadis sembari tersenyum jenaka⸻sedikit meremehkan Dracella⸻mencoba menggoda si gadis yang telah duduk di sampingnya.

"Jadi … apa yang akan kita lakukan malam ini?" tanya Alastair masih mencoba menggoda tunangannya, ia berusaha melihat Draella tersipu. Sang duke merangkul bahu Dracella sembari tersenyum miring.

Sayangnya Dracella hanya memandangnya datar dan tanpa ia duga, gadis itu justru bergelayut manja dan ikut tersenyum miring untuk membalas tingkah sang tunangan.

"Bagaimana jika bermain-main malam ini? Kurasa akan sangat menyenangkan, Tuan muda."

Dracella mencoba melembutkan suaranya⸻terdengar genit sembari mengedipkan sebelah matanya. Senjata makan tuan, kini justru dirinya lah yang tersipu akibat tingkah tunangannya. Alastair mendelik tajam ke sisi kanan nya menuju kedua orang pria yang tengah menahan tawa, kemudian melempar set cangkir sembari terus mengumpat marah ke arah Darcel.

Tetapi dalam hitungan detik mereka terdiam, bahkan Alastair terpukau karena tawa sang calon istri. Sebuah hal yang langka bagi siapapun.

"Ada yang datang," seru Darcel.

Kieran membersihkan dan set cangkir keramik kembali ke tempat secepat kilat. Sementara Darcel menempatkan kembali tuannya itu di sofa tempat semula, begitu pula dengan Darcella yang telah berada di pangkuan dan rengkuhan Alastair.

Sosok berambut coklat terang dan badan tegap berlapiskan tuxedo berwarna biru gelap. Rautnya tersenyum ramah kala melihat pelanggan yang tak pernah disangka-sangka. Seorang duke muda Alastair Dax Salvador yang telah beranjak dewasa. Pemuda mengagumkan. Sang tangan kanan ratu, angkuh dan mengerikan begitulah kabar burung yang beredar di luar sana.

Albertus Hawkins, pria itu kini duduk mengisi sofa di hadapan, Alastair, " Bagaimana Tuan muda Salvador apakah Anda merasa puas dengan gadis itu?" tanya Hawkins sembari mengambil secangkir teh yang telah dituangkan Darcel.

"Wah, aku merasa kesehatanku pulih dalam sekejap. Aku tidak pernah tahu ternyata Eden sekarang menyediakan special service," timpal sang duke cukup ramah. Senyum khasnya tersungging di kedua sudut bibir Alastair, tubuhnya kian merengkuh Dracella yang berada di dalam pangkuannya,terdiam⸻ memainkan peran si gadis lugu dan pemalu.

Hawkins tertawa renyah dan mulai mengeluarkan sebuah cerutu. Alastair mendecih sembari tersenyum penuh arti, ia muak dengan pria ini.

"Para wanita itu memang perhiasan. Mereka begitu indah, Duke. Dan tentu saja perhiasan selalu bernilai mahal, tapi perhiasan itu dapat dijadikan ladang penghasilan. Mereka dapat dijual dengan harga mahal karena nilai yang dimilikinya itu. Hal itu berlaku pula dengan wanita, Velduria," tutur Hawkins setelah menghembuskan asap dari bibir tebalnya.

"Ya, kau benar negeri kita memang memiliki begitu banyak wanita berparas rupawan, mungkin bisa diartikan sebagai harta karun yang menjadikan negeri ini di puncak karena mereka," timpal Alastair. Ia mencoba bergabung dalam percakapan bersama sang babi.

Pria itu menumpukkan dagunya sembari memberikan raut datar dan sepersekian detik yang hanya disadari oleh Darcel, tuan muda nya itu memberikan seringai yang bahkan sama menawannya dengan iblis.

'Ah , Tuan muda benar-benar merasa muak dengan gumpalan daging di hadapnnya,' ujar Darcel di dalam benaknya.

" Ah, saya mendengar calon istri anda adalah Dracella Lux Silvester. Gadis yatim piatu, satu-satunya putri Silvester yang selamat. Sosok Earl muda yang lain, Anda sangat cerdas dalam memilih Tuan." Hawkins tertawa dengan asap yang mengeluarkan asap dari mulutnya, rahang sang duke mengeras ketika mendengar calon pendampingnya itu disebut.

Dracella mengusap dada bidang Alastair guna menenangkan lelakinya itu, senyum masam disunggingkan. Memang hanya pria itu saja yang paham bagaimana perasaannya kini.

"Tentu saja, gadisku itu yang terbaik dari yang terbaik," balas Alastair hendak menegak kembali earl grey kesukaannya.

"Anda memiliki perhiasan terbaik di Velduria, kenapa Anda tidak memanfaatkannya.? Sekali melempar batu dua burung yang didapat, Anda pasti akan sangat untung besar."

Kali ini Alastair bungkam. Inilah kemurkaan seorang Salvador. Darcel tersenyum mengangguk memberi tanda⸻Kieran telah berhasil membebaskan para tahanan yang disekap.

Sang duke melepas rengkuhannya pada Dracella dan menempatkan gadisnya duduk di sofa. Ia sempat tersenyum manis pada sang gadis sembari mengusap pipi porselen nona muda Silvester itu.

"Begitukah menurut anda Tuan Hawkins?" tanya Alastair yang telah berjalan dan mengambil sebuah apel di meja, kemudian mulai mengupasnya. Hawkins tertawa kembali, memberikan rasa muak yang kian pada kedua orang di sana.

" Tentu saja, lihatlah Tuan! Ketika dia bisa dijual dengan harga tinggi, Silvester bisa menjadi milik anda. Tidak perlu dijual, cukup sewakan saja! Nona muda telah dikenal penjuru Velduria sebagai titisan seorang dewi. Saya akan dengan senang hati menjadi pelanggan pertama Anda."

Alastair menawarkan apel yang telah dikupasnya pada Hawkins, " Siapapun akan senang dan tidak sabar ketika menyentuh kulit porselennya itu, lalu lekuk tubuh … argh- "

Hawkins berteriak ketika dia merasakan sesuatu telah menancap di pipinya. Manik safir Hawkin bertubrukan dengan manik perak sang duke yang kini menatap nyalang.

"Kau tahu Tuan Hawkins, terkadang mulutmu bisa menjadi kunci untuk membuka gerbang menuju tempat sang kematian." Alastair semakin menancapkan pisau perak itu semakin dalam, raungan terdengar di seluruh penjuru kamar perawatan itu.

"Pertama aku bukanlah dirimu, aku seorang Salvador. Satu wanita untuk seumur hidupku. Kedua , aku tahu calon istriku sangat menawan dan sejak awal aku memang sudah beruntung memilikinya … jadi ide menjijikkanmu, jangan berharap aku mendengarkannya."

"Aku sangat setuju, jika babi ini memang pantas untuk dimusnahkan,"imbuh Alastair.

Pria bersurai platina itu mengusap perlahan puncak kepala Dracella dan mengecupnya. Tak lama gadis itu berdiri dan menarik rambut hitam yang sedari tadi menyembunyikan helaian surai emasnya. Raut lugu dan pemalu itu telah tergantikan menjadi dingin tanpa ekspresi.

Alastair juga sangat menyukai hal ini dalam diriDracella, gadisnya itu memang sangat lah pantas menyandang gelar nyonya Salvador kelak.

"Aku tidak pernah mengetahui nya Hawkins jika mulutmu itu … benar-benar membuat ku merasa muak."

avataravatar
Next chapter