4 Sang Nona Bermain Peran

Seorang gadis dengan rambut hitam berantakan bergaun biru lusuh itu ditarik paksa oleh beberapa pria. Mulutnya dibekap dengan kain putih kumal yang terlihat menjijikan. Kemudian disinilah ia berada⸻sebuah pintu besi besar. Tak lama ia ditendang masuk ke dalamnya.

"Kalian mendapat teman baru. Perlakukan seperti biasanya,kalian juga segera bersiap pukul 6 sore tuan besar akan datang dan memberi daftar pesanan."

Selepas itu pintu besi ditutup keras, menyisakan beberapa pandangan wanita muda dan beberapa anak kecil yang tengah menatap seorang gadis muda pirang yang masih bersimpuh.

"Kau tidak apa-apa?" tanya seorang gadis berambut coklat muda. Tidak lama beberapa wanita datang mendekat, melepaskan ikatan di tangan sang gadis, begitu pula dengan bekapan di mulutnya. Sementara si gadis hanya mengangguk sebagai jawaban bahwa ia baik-baik saja.

"Siapa namamu,cantik?" tanya salah satu wanita bersanggul berambut senja, mungkin umurnya sekitar 25-27 tahunan.

"Namaku Evangeline, dimana ini?"

Manik krimson Dracella menyapu sebuah ruangan yang berisikan sekitar 15 orang wanita dan 10 orang gadis kecil. Ruangan itu berisi sebuah wastafel, toilet, meja rias yang berisikan kosmetik, tidak lupa sebuah lemari besar dan tinggi yang menjulang.

1 jam yang lalu..

Kieran tengah memasangkan rambut hitam milik Dracella, mengganti penutup mata kulit milik sang nona dengan perban. Kemudian memasangkan gaun biru lusuh padanya. Kieran sendiri menyamar dengan rambut palsu hitam yang diikatnya sebuah pakaian bangsawan terhormat⸻semacam itu.

"Nona, berpura-puralah kau sudah dicuci otak dan tak mengingat apapun saat keluar dari ruangan dan menuju ruangan tuan muda Alastair. Saya akan menyelamatkan sisa wanita yang lain." Dracella berdecak dan melirik sang butler kesal.

"Aku tau itu, urus apa yang sudah kuperintahkan. Jangan lupa tugasmu untuk tetap melindungiku."

"Yes, my lady"

Dan entah bagaimana hal yang sudah tidak lagi mengejutkan Dracella. Kini telah berada, di entahlah yang jelas masih di bagian Zalcke tentunya. Tidak lama ia langsung saja ditemukan sekumpulan pria yang kemudian menyeretnya ke sana.

"Hei, kau si gadis bermata merah."

Entah sejak kapan atau karena Dracella yang masih sibuk berfikir hingga dia tidak menyadari seorang pria berkulit eksotis berambut hitam dengan tuxedo sudah berada di sana.

Dracella mendongak dan berjalan menuju pria itu. Ia mencoba terlihat seperti seorang gadis lugu, pendiam,dan ketakutan. Jika Kieran berada di sini ia pasti akan menahan tawanya mati-matian ketika melihat sang nona muda tengah beradu akting.

"Pakai ini cepat, lalu kalian yang lain segera bersiap bantu dia. Kalian harus memberikan jasa terbaik kalian untuk para aristokrat Velduria."

Pria itu memberikan sebuah gaun berwarna hijau yang mewah dan elegan. Dengan sekali pandang, Dracella tahu. Gaun ini pastilah pilihan tunangannya sendiri, memang tidak ada yang lebih baik dari pada lelaki Salvador itu.

Kemudian dengan bantuan beberapa wanita di sana Dracella dibantu menyiapkan dirinya. Memoles wajahnya yang sebenarnya tak memerlukan riasan apapun lagi, tetapi ia hanya menurut.

'Aku ternyata masih terlihat cantik meski berambut hitam,' ujar Dracella di dalam hati.

Seorang wanita berambut cokelat mahoni memberitahu apa yang menjadi tugasnya, yang sebenarnya hanya satu 'turuti semua permintaan para bangsawan itu'. Wanita yang bernama Anastasia, menjelaskan pula bagaimana dirinya , para wanita serta anak-anak perempuan itu di sana. Ada yang memang dijual oleh keluarga,suami, bahkan orang tua mereka kepada seseorang yang mereka sendiri tidak tahu siapa.

Para anak perempuan tidak melayani seperti yang mereka lakukan, mereka hanya akan diminta duduk menemani makan atau menari strapless⸻hal yang sama sekali tidak berbau dengan hubungan badan.

"Orang sinting … memaksa para wanita dan gadis kecil melakukan pekerjaan yang tidak jauh berbeda dengan wanita dari rumah bordil," lirih Dracella yang tidak dapat didengar siapapun.

Mereka bisa melakukan hal itu sebenarnya asalkan sang bangsawan membayar dengan harga yang mahal, tidak ada yang tahu berapa. Tapi dirinya bisa saja naik peringkat dan tak lagi mendekam di gudang bersama yang lain.

"Tenanglah, kau masih diantara mereka. Seharusnya tidak akan ada yang akan melakukan hal itu padamu."

Betty, gadis yang satu tahun lebih tua dibandingkan dirinya mencoba menenangkan Dracella. Menerima perlakuan hangat gadis lain membuatnya tanpa sadar mengulum senyum manis.

"Wahh, Evangeline kau cantik sekali. Siapapun yang melihatmu pasti akan terpesona," puji Betty sembari memandangi wajah Dracella dengan mata berbinar.

Tentu saja, bagaimanapun ia adalah sang nona muda Silvester.

Tidak lama selepas itu, pria yang sebelumnya datang dan meminta mereka berbaris. Anastasia menggandeng tangan Dracella⸻membawanya agar tetap berada di sisinya. Kemudian mereka digiring keluar dan barulah ia sadari, bahwa mereka ternyata sedari tadi berada di ruang bawah tanah.

Pria bertubuh gempal di samping si pria berkulit eksotis itu mengetuk sebuah pintu besi di hadapannya, selepas pintu terbuka suasana lorong yang seram berganti dengan lorong biasa seperti sebuah rumah sakit pada umumnya.

"Kau yang bergaun hijau keluar dari barisan berbeda dengan yang lain kau melayani seorang duke."

Pria gempal itu menarik dan membawa Dracella. Tetapi, tiba-tiba saja jas si pria gempal ditarik seseorang. Pelakunya adalah Anastasia yang saat ini tengah menatap nyalang⸻ia berusaha menghentikan si pria gempal itu.

"Kenapa harus dia? Evangeline baru saja bergabung beberapa jam, kenapa bukan yang lain?" tanya Anastasia lantang.

"Anastasia, aku tahu kau kesayangan tuan besar, tapi tidak seharusnya kau ikut campur."

Pria berkulit eksotis itu berjalan menghampiri Anastasia dan tanpa ada aba-aba, tangannya menarik kasar rambut coklat si wanita. Rautnya berubah mengerikan dan menjijikan.

'Ah, bahkan Kieran dan Darcel tersenyum jauh lebih menawan.'

"Dengar, gadis itu akan melayani seorang duke. Tuan besar sendiri yang bahkan turun langsung meminta tangan kanannya untuk menangkap permata ini. Jadi kau pasti tahu seberapa berharganya gadis itu," jelas si pria tanpa melepas tangannya dari helaian rambut Anastasia.

Dracella melangkah maju dan melepaskan paksa tangan si pria, dan menatap Anastasya mencoba meyakinkan bahwa ia akan baik-baik saja. Hingga akhirnya dirinya digiring terpisah dan berjalan menuju ruangan yang berbeda. Di depan sana tampak Kieran yang sedang berdiri⸻menanti kehadirannya di depan meja resepsionis dengan penampilan yang berbeda.

"Tuan, ini gadis yang diminta," kata si pria berkulit eksotis yang telah menyerahkan Dracella pada Kieran.

"Pantas saja tuan besar mau repot-repot mencarinya, benar-benar seperti lukisan," puji Kieran sembari mengangkat wajah Dracella. Tangannya sibuk menelusuri garis-garis pada paras ayu sang nona, sementara gadis itu mengalihkan pandangannya. Mencoba memainkan perannya menjadi si lugu dan pemalu.

"Baiklah akan kubawa dia, sudah saatnya."

Sepanjang jalan, suara kekehan Kieran tidak juga berhenti, membuat Dracella kesal setengah mati setiap kali ia harus berperan di luar karakter aslinya.

"Diam dan tutup mulutmu dasar iblis sialan!" maki Dracellla. Akhirnya ia membuka suara dan membuat sang butler meliriknya masih dengan kekehan tertahan.

"Nona, selepas ini saya akan menyiapkan tuan Hawkins seperti rencana awal. Dialah yang sering disebut-sebut tuan besar."

"Albertus Hawkins merupakan kepala rumah sakit Eden sekarang, salah seorang dokter yang digadang-gadang sebagai si dokter jenius."

Dracella tidak lagi melangkah ia justru tergelak tawa seolah ia baru saja mendengar sebuah gurauan dari bibir sang butler. Bagaimana ia tidak tertawa mereka yang memiliki tahta serta harta merupakan dalang dari semua derita di dunia. Sesuatu yang dirinya anggapan sebagai lelucon Tuhan.

'Yang bertahta selalu berbahagia dan mereka yang lain akan mengemis dan akan selalu menderita.'

Meskipun Clemmie bukanlah seorang manusia yang suci, murni bahkan penuh kebaikan setidaknya dia tidak pernah memutarbalikkan, bahkan bermain-main dengan keadilan rakyat di bawah sana.

"Hawkins ya? Lucu sekali, dia selalu membual tentang hal-hal kemanusiaan dan dia justru memainkan kemanusiaan itu sendiri." Bibir Dracella berkedut, tidak hentinya menyunggingkan tersenyum sinis. Tawa sang nona terhenti begitu mereka tiba untuk kedua kalinya dalam hari ini pada pintu yang tidak lain adalah ruang perawatan Alastair.

avataravatar
Next chapter