1 Bagian 1 : Sebuah Mimpi

Akhirnya setelah semua yang telah terjadi datang juga waktunya, 1 minggu penantian dalam peperangan 2 kekuatan besar dunia antara Kerajan Cestiana yang berpihak padaku melawan kerajaan diwartalengka inti dari semua permasalahan ini. dan kali ini tiba juga waktunya bagiku untuk berhadapan dengan The Sweetener Cheoros -seorang yang semestinya bukan musuhku sekarang mengarahkan senjatanya kepadaku-

Hati ini berat rasanya untuk mengacungkan pedangku di hadapannya, banyak hal yang kusesalkan sebelumnya, tapi itu semua sudah terlambat, karena ulah para bangsawan itu, seseorang yang nyaman untuk kupanggil sebagai adik laki-laki, kini harus berdiri melawanku. aku tak tahu apa yang ia pikirkan sekarang tentangku tapi satu hal yang ingin kudengar darinya adalah alasan semua kejadian yang terjadi secara bersamaan ini, -andaikan aku dapat berbicara dengannya sekali aku ingin ia mengatakannya-. Sungguh dera penyesalan datang beruntun tak berhenti menimpa hatiku hingga saat kami mulai mengangkat senjata kami masing-masing, tinggal aba-aba gerakan siapa dulu yang memulai serangan maka pertarungan tak terelakkan lagi. Meskipun begitu aku seharusnya tak menahan diri, aku tahu dia adikku tapi dia bukanlah adikku yang dulu kukenal, sekarang dia hanyalah seekor monster yang dikuasai oleh kekuatan haus akan pertumpahan darah, karena pedangku sekarang sedang menanggung nyawa seluruh negeri aku tak bisa diam begitu saja. para rakyat yang mencintaiku dan selalu berada disisiku sedang menunggu kabar dari raja mereka yang sedang berjuang mempertaruhkan nyawa semua orang, oleh karena itu aku tak boleh ragu.

Aku mulai mengayunkan pedangku kearahnya sambil mengeluarkan Dark Spear, Sihir kegelapan yang sudah mencapai tingkat lanjut untuk menyerangnya. meskipun aku tahu semua itu hampir sia sia kurasa itu cukup bagus untuk pembuka dari pertarungan kita. Seperti yang kubilang kalu itu sia sia dia menerima langsung dampak dari sihirku tampa luka sedikitpun dan langsung mengkis ayunan pedangku, bahkan ia sepertinya siap membalasku dengan sihirnya sendiri 2 kali lipat, tentunya melihat itu aku langsung menjaga jarak dengannya. meskipun aku kebal terhadap sihir tapi aku tetap tidak ingin menerima serangannya dari jarak sedekat itu. hingga sampai ia selesai dengan sihirnya, proyektil itu melesat kearahku lebih cepat dari yang kuduga mungkin karena efek dari pedangku yang ia genggam sekarang -pedang sihir penghancur Kyaizoros, pedang malapetaka yang ditakdirkan sebagai pelenyap alam semesta-, meskipun begitu bagiku untuk menahan serangan protektil tersebut bukan halangan, tapi ketika aku menahannya, dengan cepat dari atas menukik tajam serangan darinya menebas kearah kepalaku, membuatku mau tidak mau harus menerima sedikit serangan fatal darinya.

Darah menetes dari dahiku membasahi wajahku, sadar akan hal tersebut kelihatannya aku sudah tidak memiliki pilihan lain lagi; kubuang semua keraguan, semua penghalang, semua rasa yang kusimpan di hati, dan dengan itu kumulai dari awal untuk membuka kapasitas sihir di jiwaku, mana langsung meluap luap dari tubuhku membuat udara disekitar tubuhku memuai, lukaku mulai sembuh lagi. dan dengannya kuda-kuda kumulai mengarahkan pedangku ke arahnya sekali lagi ;Pertarungan satu lawan satupun dimulai lagi.

Sebuah serangan pembuka dariku kulancarkan terlebih dahulu, ditangkis olehnya sudah pasti, datang serangan balasan darinya kutangkis, sebuah pertempuran pedang yang sangat sengit dengan kecepatan yang di luara akal manusia terus berlangsung selama beberapa menit, meskipun beberapa menit berlangsung sudah ribuan serangan dan tangkisan terjadi. Agak terengah engah olehnya, kita akhirnya saling menjaga jarak, dan dengan waktu yang sama kita mengisi charge pada masing masing senjata kita dan dengan sebuah sihir dimasing-masing tangan kita, untuk mulai menyerang. sihir berbenturan menghasilkan ledakan yang besar dan juga sebuah anomaly intensitas sihir, tapi menghiraukan hal itu kami saling menyerang dengan pedang kita masing masing dengan sekuat tenaga charge milik kita, menghasilkan sebuah hempasan udara dari karena benturan dari serangan pedang kami -hempasan yang cukup kuat untuk membuat sebuah tanah terbang dan retak disekitar kami-

Pedang kita sama-sama terkunci, kita saling menatap, dan kulihat wajahnya penuh dengan tatapan kosong, inilah hal yang kutakutkan bahwa sekarang dirinya telah dikuasai oleh kekuatan yang haus akan kehancuran. Rasa penyesalan yang amat dalam mulai kembali membayangiku, mengingat keegoisanku dulu yang memaksanya untuk menanggung beban seperti sekarang. Aku harusnya sadar, tahu bahwa jiwanya yang dulu itu sangatlah lemah, tapi karena rasa butaku akan suatu kasih sayang -inilah hasilnya-. Aku mencoba menanggil namanya "cheoros-cheoros ini aku sadarlah!". tapi hanya respon "Hancurlah!... hancurlah!...". yang kudengar darinya. Air mataku mulai menetes sambil berkata " Baiklah... ternyata... maaf..." kumulai mendorongnya dengan kekuatan penuh, dia terlempar tapi tak sampai jatuh. Dan ketika aku mulai bersiap untuk menyerangnya lagi ia menghilang dari hadapanku.

Aku mulai mengaktifkan sihir deteksi milikku, karena aku tahu dia belum melarikan diri. Kuda-kuda pertahanan mulai aku siapkan kembali selagi berpikir cara untuk menyelesaikan ini. Hingga sesuatu terdeteksi melalui sihirku aku mulai mengarahkan pedangku keatas. Benar saja ia sudah ada diatas untuk kembali menerjangku dari sana. Tapi aku tak akan membiarkan itu lagi, sebagai balasan aku terbang keatas menuju kearahnya sambil menghunuskan pedangku tapi ketika aku akan menuju kearahnya, sebuah hal aneh muncul, langit berubah menjadi biru disertai suara nyaring yang memebakkan telinga lalu kulihat sekitar, tak disangka muncul sebuah angka dan juga jarum yang menunjuk kearahnya. saat aku sadar ternyata dari atas muncul sebuah batu raksasa terjun kearahku menimpaku dengan kekuatan yang dasyat, membuatku tersentak oleh apa yang terjadi.

Rasa pusing dikepala serta nyeri di dada membuat nafasku sesak dan dengan suara dering alarm jam, telingaku mulai kembali mendengar. Sambil menenangkan diri aku mematikan alarm jam itu dan mulai sadar ternyata semua itu hanyalah sebuah mimpi, -mimpi yang sangat aneh dan terlihat seperti nyata-. hingga aku akhirnya mulai berpikiran jernih aku melihat sekeliling, dan ternyata aku ada di kamar, lebih tepatnya di kamarku -sebuah kamar standar seperti milik laki laki pada umumnya hanya sedikit berantakan akibat penelitianku semalam-, tapi sepertinya ada yang salah dalam hatiku terpikir, ketika aku melihat sekitar. Dan yang benar saja aku melihat handphone milikku menyala. Ketika aku mendekat untuk mengambilnya sebuah panggilan menghubungi handphoneku, kulihat siapa itu ternyata Sherita dengan waktu yang tak biasa menelponku. Aku berpikir kenapa ia menelponku tapi saat aku melihat jam aku mulai panik, ahhh yang benar saja kenapa aku bisa lupa akan hal ini -janjiku padanya untuk menemaninya aku lupa-. aku panik dan dengan tergesa-gesa mulai bersiap siap untuk pagiku tampa mangangkat teleponnya karnya takut. Dan dengan itulah kelihatannya hariku yang mungkin kacau kali ini dimulai.

avataravatar
Next chapter