"Ayah… Ibu…. Dimana kalian?" Tangisan seorang gadis yang terduduk di lantai, api melahap rumahnya, tak ada satupun yang ada di dekatnya.
Langkah kakinya pelan, menuju ke pintu keluar, melihat ke sekeliling rumah yang habis di makan oleh api, air matanya terus keluar, tangisannya pecah suara tangisan anak kecil yang mencari perlindungan, tak ada yang datang menolong, hanya seekor kucing yang mengeong di dalam rumah menemaninya keluar.
Di luar rumah beberapa komplotan dengan seragam putih keemasan, memegang tombak besar, serta perisai dan baju besi melengkapi bagian perlindungan tubuh masing-masing kesatria, membakar rumah-rumah, mereka mendapat tugas untuk menangkap seseorang yang memiliki kekuatan Infin.
Infin merupakan sebuah kekuatan hidup abadi dimana bagi mereka yang bisa mendapatkan cinta dari orang yang memiliki Infin dan menghisap darah yang diberikan maka dirinya akan hidup abadi.
Infin hanya terlahir lima ratus bahkan ribuan tahun sekali, dan setiap kali Infin terlahir, mereka biasanya akan mengalami kejadian-kejadian sulit di hidup mereka, bahkan ketika mereka menemukan cinta sejati mereka, tidak jarang mereka kehilangannya juga.
Kutukan orang yang menerima Infin ialah penderitaan yang akan mereka alami, beserta orang yang mereka kasihi.
Verona, gadis kecil yang di takdirkan menjadi Infin selanjutnya, sudah mendapatkan penderitaannya, dengan penyakit kulitnya membuat dia dijauhi semua temannya sejak kecil, rasa sakit yang dia derita dari penyakit kulitnya, hingga menebarkan bau amis yang membuat orang-orang di sekitarnya tidak nyaman ketika berada di dekatnya.
Hanya orang tuanya yang hingga akhir hayat mereka melindungi sang anak hingga akhir hayat mereka.
Malam itu kelamnya negeri Liovor membumi hanguskan setiap desa mencari dan membunuh banyak orang hanya demi seorang Infin, tebasan pedang dan tetesan darah bertumpahan, demi mendapatkan kekuatan.
Keserakahan akan sebuah kekuasaan membuat negeri itu luput dari arti sebenarnya sebuah kedamaian.
Dua hari sebelum terjadi pembakaran, seorang Alpha dari pack Revo, yaitu Anderion Xantos merasa badannya semakin melemah, dia mengalami hal itu selama enam tahun terakhir, tepat saat kelahiran Verona badannya terus melemah, seperti sebuah takdir pembagian kekuatan, di mana dirinya harus berada di dekat sang Luna untuk tetap nyaman dan merasakan kedamaian serta mendapatkan kekuatannya kembali.
Namun Anderion tidak mengetahui kalau Luna yang dia cari adalah seorang Infin yang juga di buru dan di inginkan oleh seluruh negeri.
"Keadaan anda terus melemah selama enam tahun ini tuan Ander" Kata Arienstenger yang merupakan seorang Beta, mendampingi Ander kemanapun dia berada dan benar-benar setia serta dapat dipercaya.
"Sepertinya Luna sudah semakin tumbuh, kita harus segera mencarinya" Anderion yang bangkit dari tempat duduknya.
"Anda terlalu lemah, biarkan saya saja yang mencarinya tuan!" Arienstenger mencoba untuk menenangkan Ander seorang Alpha dari pack Revo.
"Kita berangkat berdua, kita serahkan kepemimpinan pack sementara kepada Gamma" Anderion yang ingin menemui Luna di tempat yang belum dia ketahui.
Merekapun berangkat dan berpamitan kepada pack mereka dan menitipkan kepemimpinan kepada Gamma untuk sementara selama mereka pergi, kemudian mereka berkelana mencari-cari Luna yang bisa membuat kekuatan Anderion kembali.
Semakin hari semakin melemah dirinya, karena dia semakin kehilangan kekuatan yang dimiliki, daya tahan tubuh, bahkan kemampuan menyembuhkan dirinya semakin berkurang perlahan.
Setiap desa yang mereka jumpai, tidak kunjung di temukan tanda-tanda dari Luna, tidak ada sama sekali di setiap desa yang mereka kunjungi, semakin lelah kondisi fisik dari Ander, badannya semakin lemas dan dirinya kehilangan energi.
Hingga akhirnya Ander pun pingsan di siang harinya, kondisinya semakin memburuk, tidak ada bantuan, tidak ada dokter yang dapat menyembuhkan, jalan satu-satunya hanya mendekat kepada Luna untuk mendapatkan kekuatannya kembali.
Arienstenger menggendong Ander di belakangnya, dia terus membawanya, dengan sabar dan penuh kesetiaan lembah, bukit, bahkan menyebrangi sungai dia lalui.
Hingga dia tiba di sebuah bukit pada malam hari, di bawah bukit sebuah pedesaan terbakar, Arienstenger geram dengan apa yang dia lihat.
"Apa yang manusia lakukan, membakar rumah-rumah orang yang tidak berdaya" Gumamnya.
Sampai di atas bukit, Ariens menurunkan Ander di bawah pohon di atas bukit, sambil berdiri dan menatap ke bawah bukit, di mana dia ingin membantu warga desa tersebut, namun akan menimbulkan konflik bila mereka ikut campur.
"Luna ada di dekat sini" Ander yang sudah mulai sadar, menandakan bahwa Luna sudah berada di dekat mereka.
"Anda tidak apa-apa?" Tanya Ariens yang mulai khawatir dengan keadaan Ander.
"Tenang saja, aku sudah mulai membaik" Ander yang mulai bangun dari tidurnya, kekuatannya secara perlahan mulai bangkit kembali.
Kemudian mereka melihat ke bawah, pedesaan yang terbakar dan para kesatria yang masih berada di sekitar desa, membuat mereka harus mengalihkan para kesatria tersebut.
Sambil berjalan dengan perlahan dan secara cepat maju ke beberapa perumahan, melihat ke sekitar dan menyelinap, kekuatan dari Ander perlahan sudah mulai kembali.
Suara anak kecil menangis terisak-isak, di balik rumah yang mereka selinapi, Ander mendekati anak itu. Dia mendekat dan menunduk ke arah anak kecil itu kemudian dia pun dengan segala cara terus mendekat, karena anak itu berada di tengah bangunan yang sudah terbakar dan dikelilingi api.
"Jangan takut, aku bersamamu" Ander menenangkan Verona yang masih kecil.
"Ayo kita keluar dari sini" Ander menggemgam tangan Verona dan mengajaknya keluar.
"Ayah.. Ibu.." Verona menunjuk ke arah luar pintu, mengucapkan seseorang yang dia ingin temui.
"Dimana ayah dan ibumu?" Tanya Ander yang menenangkan Verona.
"Tidak tahu! Ayah… Ibu…" Verona kecil yang mengulangi kata-katanya berulang kali.
Tubuh Ander samakin terasa panas, meskipun kekuatannya terasa semakin membesar dan begitu stabil ketika berada di dekat Verona, namun dia merasakan rasa sakit di kulitnya seperti terbakar, dia menahannya dan membawa Verona keluar.
"Tuan, cepat!!! Para kesatria itu menuju kemari" Teriak Ariens dari luar pintu.
Ander membawa Verona keluar dan dengan segera mereka pergi dari tempat itu.
"Siapa yang kamu bawa itu?" Tanya Ander kepada Ariens yang membawa wanita kecil di sisinya.
"Sepertinya dia mateku, kulitku terbakar ketika di dekatnya, meskipun aku tidak kehilangan kekuatanku dan tidak menambah kekuatanku juga di dekatnya, namun pertanda dia mateku sudah sangat jelas" Terang Ariens kepada Ander.
"Kamu sudah membuat tanda kepadanya?" Tanya Ander kepada Ariens.
"Sudah, makanya dia tertidur dan kehilangan kesadarannya, namun ini tidak menghilangkan ingatan yang dia miliki, berbeda dengan Anda, bila anda memberikannya tanda, kemungkinan dia akan melupakan beberapa ingatan" Ucap Ariens kepada Ander.
"Tidak masalah, aku akan menemuinya lagi ketika dia sudah dewasa nanti" Ander yang membuat tanda dengan menggigit leher Verona dan membuat Verona kehilangan kesadarannya.