13 tiga belas

Tidak ada satupun guru yang masuk ke kelas sejak tiga jam yang lalu karena ada rapat mendadak. Keadaan kelas mereka sudah seperti pasar yang ramai, di setiap sudut membuat kelompok bicara masing-masing. Bella melirik Rawzora sedang melamun, matanya melihat ke arah luar jendela.

"Kau sedang lihat apa Zora?" Tanya Bella sambil mengikuti arah pandangan gadis itu. Dia mendapati kelas Farhel yang sedang berolahraga, dan melihat Farhel sedang bermain basket.

"dia sangat Rapuh." Gumam Zora pelan.

"Maksudmu siapa?" Tanyanya heran.

"Farhel."

"Kau mengenalnya?" Tanya Bella kaget.

"Kamarin kami berjumpa di jembatan Herdas." Mata gadis itu tetap mengikuti kemanapun tubuh Farhel bergerak.

"Pantesan waktu aku menelponmu berkali-kali kau tidak mengangkat."

"Maafkan aku. Ponselku mati karna masuk ke sungai." Ucapnya menyesal.

"Tak apa, aku mengerti. Dan aku berharap kau tidak menceburkan dirimu ke sungai untuk mengambilnya." Bella terkekeh pelan atas ucapannya sendiri, dia berniat bercanda tapi kekehannya berhenti ketika Zora menjawab,

"Aku menceburkan diriku ke sungai, dan ponselku ikut bersamaku." Zora menatap Bella. "itu karna aku ingin menyelamatkan buku agenda Farhel yang ia buang."

Bella kaget. "Agenda bersampul kulit, warna hitam?" Tanyanya tak percaya.

Zora mengangguk. "iya, sangat tebal. Aku rasa buku itu sudah lama."

"Kenapa kau berikan padanya lagi? Seharusnya kau bawa pulang dan berikan padaku. Aku sangat penasaran dengan isinya. Farhel tak pernah mau memberitahuku apa yang ia tulis di buku itu."

Zora tersenyum manis. Tatapannya lembut. "isinya semua tentangmu. Sebelum aku berikan padanya aku memeriksa halaman pertama. Sulit memang, karna kertas akan menempel ketika terkena air. Aku membukanya, dan aku melihat selembar foto gadis kecil yang di tempel di halaman pertama. Setelah melihat foto itu, aku tidak berani membuka yang lainnya karna menurutku itu terlalu privasi."

Bella terdiam, dia memang sering melihat Farhel menulis di buku hitam bersampul kulit itu, tapi kata Farhel itu hanya catatan tidak penting masa depannya.

"Ini hanya catatan semua impianku. Jika kau melihatnya aku takut mimpi itu tidak menjadi kenyataan." Itulah kata Farhel saat Bella bertanya. Tapi sebenarnya Farhel salah, jika saja Bella tau semua impiannya yang tertulis di buku itu, mungkin gadis itu tak akan pernah sanggup melepaskannya dan lebih memilih mewujudkan semua mimpi yang tertulis dengan penuh harapan besar itu.

"Dia satu-satunya manusia yang berjenis kelamin laki-laki dengan hati tulus yang pernah aku temui. Dia hanya minta satu permintaan, dia ingin di lahirkan kembali tanpa merasakankan jatuh cinta padamu."

"Dia ter....." Bella terdiam, matanya membulat kaget. Sedari tadi dia baru sadar apa yang telah dia ucapkan. Sedari tadi dia berbicara, dia tidak sadar bahwa Zora ternyata tau semuanya padahal dia tidak pernah cerita. "Kau tau semuanya, Zora?"

"Aku kemarin membaca masa lalunya."

"Seharusnya kau tau itu sejak awal. kau bisa lihat dariku."

"Tidak bisa, Bella. Kau di lindungi oleh sesuatu. Aku tidak bisa membaca apa-apa darimu."

Pantas saja dia tidak tau bahwa dulu aku manusia.

"Apa kau menyukai Farhel?" Tanya Bella sambil mengalihkan pandangannya ke arah Farhel yang sedang asyik berlari di bawah sana.

"Entahlah." Zora mengedikkan bahunya tidak tau. "Aku harus memastikan sesuatu sebelum mencintainya, karna aku tidak mau mengulangi kesalahan dan jatuh ke lubang yang sama."

Bella menatap lagi sahabatnya, dia tidak mengerti apa yang di maksud gadis itu tapi dia tidak mau ambil pusing. "Aku menganggapnya seperti bintang. Kalau kau melihat bintang pasti kau akan teringat akan dirinya."

"Maksudmu?"

"Dulu sebelum kalian R5 pindah ke sekolah ini, dia yang paling di puji di sekolah ini. Semua cewek berharap bisa mendapatkannya. Mereka hanya bisa melihat Farhel dari jauh karena Farhel tidak mau di sentuh perempuan manapun kecuali aku. Tapi walau begitu, di mata mereka Farhel tetap bersinar karena ketampanannya, kesungguhan hatinya, kedinginan sifatnya, kepintarannya, dan Farhel berprestasi di bidang olahraga maupun pelajarannya. Farhel indah sekali, dia juga bersinar karena kelebihannya. Tapi, orang hanya bisa mengaguminya dari jarak yang jauh. Mereka juga tidak tau bahwa jika di lihat dari dekat Farhel tidak seindah itu. Hidupnya terlalu Rapuh, dia tidak sekuat yang orang lain bayangkan. Dia itu sama seperti bintang. Bintang hanya bisa di lihat keindahannya dari jarak yang jauh, tapi jika kita mendekatinya, bintang tidak seindah di saat kita melihatnya dari jarak yang jauh."

"Kau benar. Dia begitu indah dan menawan saat aku melihatnya dari sini. Tapi di saat aku melihatnya dari dekat di jembatan Herdas, dia begitu kacau dan rapuh. Dia tidak bersinar. Dia tampak lelah dan putus asa. Dari sini aku melihat dia begitu bersinar, dia tampak tidak seperti orang yang punya masalah."

"Aku tau dia, di depan orang dia tampak begitu kuat, tapi jika sendiri, dia menangis untuk apa yang di sembunyikannya. Ketika aku melihatnya menangis, dia selalu berkata pergilah, laki-laki menangis karena berusaha menyimpan beban, jadi butuh waktu untuk sendiri. Berbeda dengan perempuan yang menangis untuk mengeluarkan beban, jadi butuh seseorang di samping yang menemani."

"Dia menarik." kata Zora tersenyum.

"Bagaimana kalau kita pergi jalan-jalan saja. Kau mengajak keempat temanmu dan aku mengajak Farhel. Pasti dia mau. Sepertinya kau mulai tertarik dengan Farhel, Zora." Tawar Bella. Dia berharap Zora bisa jadi gadis yang cocok untuk Farhel.

"Hahaha, baiklah aku setuju ide bagus itu." Ucap Zora setuju, tapi di benaknya dia sedikit ragu. Dia ragu apa tidak masalah dia berteman dekat dengan Farhel sebelum dia mengetahui pasangan yang di tentukam buku suci untuknya.

"Tapi kau tidak masalah, kan? Atas perasaan Farhel. Dia belum bisa sepenuhnya melupakanku. Ku harap kau bisa mengerti dan tidak marah padaku."

"Tentu. jangan samakan aku dengan manusia yang gampang cemburu, Bella." Zora sedikit tertawa, bahkan hampir terkekeh.

"Oke. Baiklah."

,,,

Di lain sisi, di sudut ruangan kelas.

Alona, Feby, Abigail, Hara, jason, dan Arga sedang melihat ke arah Bella dan Rawzora yang sedang tertawa kecil sambil melihat ke arah luar jendela.

"Bella gak asyik. Dia ninggalin kita karena teman baru. Dia berubah semenjak R5 itu datang kesini." ucap Jason kecewa. Dia mengetuk-ngetuk meja dengan jari-jarinya tanda dia bosan. Tak ada lagi yang bisa diajak bercanda, baginya hanya Bella yang enak diajak bergurau.

"Tidak, Bella berubah sebelum R5 itu datang. Waktu itu dia seperti ada masalah yang sedang di pikirkannya. Hanya saja sekarang Bella selalu tampak dingin kalau berbicara dengan kita dan anak-anak lain, Tapi jika bicara dengan R5 dia sedikit mau terbuka walaupun tidak seperti dulu. Dia bukan Bella yang pernah ku kenal dulu." Sahut Arga. Dia juga kehilangan gadis manis yang suka sekali dia goda.

"Itulah gadis yang kalian puji-puji dulu." ucap Alona sinis pada Jason dan Arga.

"Tidak dulu, Alona. Sekarang aku tambah memujinya. Dia tampak lebih cantik sekarang, dan kau selalu kalah." Bantah Jason.

"Sudahlah. Lagian dari dulu Bella memang di kelilingin orang yang populer, kan?" Ucap Feby.

Hara menarik napas panjang untuk menenangkan diri agar tidak meledak. "Tapi Feb. Dia seperti kacang lupa kulitnya. Dulu dia susah senangkan sama kita. Masa sekarang dia lebih suka bersama R5 yang seperti orang kelebihan operasi plastik. Aku yakin wajah R5 itu operasi plastik. Mana mungkin ada manusia sesempurna itu." ucap Hara menekankan ucapannya di Operasi pelastik.

"Sudahlah. Sampai kapan kalian akan berhenti mengurusi hidup orang lain? Mungkin lebih baik Bella bersama mereka, dari pada dia bersama kita. aku takut ada niat busuk lagi yang akan menyakitinya." Ucap Feby santai. Tapi di nada bicaranya penuh sindiran.

"Apa maksudmu, heh?" Bentak Alona.

"Kau merasa? Jaga nada bicaramu, kau pikir kau siapa?" Balas Feby lagi.

"Kalian ini kenapa, sih? Aku lihat akhir-akhir ini kalian tidak akur. Yang aku tau kalian sahabat dari kecil." Tanya Abigail.

"Tau tuh. Si Feby sewot terus denganku." jawab Alona.

"Sudah ku bilang. Kenapa kau merasa?" Kata Feby.

"Kenapa kalian bertengkar? Mending kita ke kantin saja. Bel istirahat udah bunyi tu." ucap Jason, kemudian dia berjalan pergi. Mereka yang melihat Jason ikut mengekori dari belakang.

____________*_*____________

avataravatar
Next chapter