19 sembilan belas

Rayyen bangkit hendak pergi. Dia tau perasaan yang tidak diinginkannya pasti akan muncul. Kini jantungnya sudah berdetak 2 kali untuk gadis yang sedang bersamanya itu. detakan pertama terjadi saat gadis itu menciumnya waktu itu, dan detakan kedua terjadi saat dia mencium gadis itu barusan, jika detak yang ke-3 terjadi karena gadis itu juga, maka habislah sudah.

"Aku pulang." Rayyen berjalan cepat ke arah tangga kecil, meninggalkan Bella yang masih bingung dengan tingkahnya.

Gadis itu tersadar ketika tubuh Rayyen mulai hilang dari pandangannya. Dengan lari kecil ia menyusul Cowok itu.

"Kau kenapa? Kau marah padaku karena aku pura-pura nangis?" Tanya Bella ketika ia sudah berada di belakang Rayyen.

Cowok itu berhenti mendadak, dia menoleh ke arah Bella. "Berhenti bertanya. Aku mau pulang, jadi bukakan kunci gerbang."

"Tapi ke---"

"Buka saja. Bella, Tolong...."

Bella terkejut, baru kali ini ia mendengar Rayyen menyebut namanya dengan jelas. Baru kali ini ia melihat Rayyen seperti ini. Mata biru cowok itu meredup, menggambarkan kesedihan dan ketakutan.

Tanpa berkata apa-apa, kini Bella yang berjalan mendahului Rayyen. "Aku akan mengantarmu pulang." Ucapnya setelah mereka berada di luar rumah.

Rayyen menggeram. "Buka saja gerbang itu. Aku pulang sendiri."

"Tapi aku yang membawamu kesini, bagaimana mungkin aku membiarkanmu pulang sendiri."

"Tolonglah! Mengerti aku kali ini saja. Cukup lakukan apa yang aku minta maka kau sudah cukup membantu." Rayyen memegangi dadanya yang mulai terasa sakit. "Aku sudah mengucapkan kata tolong dua kali. Jangan memaksaku untuk mengucapkan yang ketiga kalinya"

Dengan pasrah akhirnya gadis itu membukakan kunci gerbang rumahnya. Setelah itu ia memberikan jalan untuk Rayyen keluar.

"Hati-hati Rayyen. Kuharap kau baik-baik saja."

"Aku tak akan baik-baik saja setelah ini." Rayyen berlalu. Awalnya cowok itu berjalan biasa, tapi ketika ia semakin jauh, Bella melihat cowok itu memegangi dadanya lagi.

"Dia kenapa? Apa ini salahku? Dia yang menciumku, tapi kenapa dia yang marah? dasar siluman monyet, idiot."

•••

Rayyen bersandar di salah satu tembok rumah ketika ia yakin gadis itu tak dapat melihatnya lagi. Dia meringis memegangi dadanya. Bodoh, aku tak akan baik-baik saja. Semoga setelah ini kau bisa menjauh.

Setelah rasa nyeri di dadanya mulai mereda, ia kembali berjalan untuk pulang. Naik taxi bukan pilihan yang buruk.

Rayyen sampai di depan pintu apartermennya, ia memencet tombol kata sandi, kemudian pintu terbuka. Dia masuk lalu menutup pintu sedikit membanting, kesal karena dadanya mulai tak bersahabat lagi.

"darimana?" Rayyora menatap Rayyen bingung. Yang ditanya tidak memperdulikan, Rayyen tetap berjalan tanpa melirik sama sekali ke arah teman-temannya yang sedang berkumpul di depan televisi seperti biasa. Dengan diam dia masuk ke kamarnya lalu menutup pintu dengan sangat keras.

"Dia kenapa?" Tanya Ruxe pada Rayyora.

Rayyora menggeleng tidak tau. "Mana aku tau."

•••

Rayyen pov's

Aku melakukan kesalahan besar.

Bella..

Aku telah kehilangan detak pertamaku karnanya, itu yang membuat tubuh dan pikiranku dengan sendirinya membiarkannya mengenalku, membiarkannya dekat denganku, membiarkannya menyentuhku, dan membiarkan tubuhku menyentuhnya.

Detak kedua, aku juga kehilangan detak keduaku karnanya, itu yang tadi membuat dadaku terasa sakit dan nyeri ketika berjauhan dan berkata kasar padanya. Tubuhnya akan menjadi magnet, membuatku harus selalu bersamanya. Aku ingin memeluknya jika mataku melihatnya.

jika detak ketiga untuknya juga, maka aku akan mencintainya seumur hidup. Hidupku akan bergantung padanya, dia segalanya, aku membutuhkannya untuk hidup seperti manusia yang membutuhkan oksigen untuk bernapas.

Jika aku kehilangan detak ketiga itu karnanya, maka salah satu diantara kami harus mati. Aku dan dia tidak bisa bersama karena pasanganku sudah di tentukan buku suci. Aku akan tetap hidup jika Bella mati, maka detak jantungku kembali menjadi 3 detak lagi.

Kesempatanku hanya satu kali lagi, tinggal satu detak lagi, jika aku memberikan detak terakhirku untuk gadis lain maka aku akan jatuh cinta pada gadis lain itu. Detak ketiga yang menentukan hidup dan mati kami para Terambell, Itulah kekurangan kami, bahkan aku iri pada manusia, bisa mencintai lebih dari satu, tak pernah takut akan detak jantung, bisa bersentuhan dengan lawan jenis siapapun yang di mau.

Aku harus segera menemukan pasanganku, memberikan detak ketigaku untuknya maka rasa sakit di dadaku akan hilang. Tapi sampai sekarang aku belum bisa memecahkan teka-teki agar bisa menemukannya.

Teka-teki itu, aku harus menemukan pemilik sandi perak.

Sandi perak itu berupa tato sayap berwarna perak, setiap sudutnya memiliki sandi yang tidak dimengerti oleh siapapun kecuali pemilik peri perak, Ratu Damova.

Sandi perak itu berada di punggung seorang gadis manusia. Gadis itulah yang di takdirkan untuk bersamaku. Sampai sekarang aku belum bisa menemukan pemilik sandi perak itu. Aku sudah pergi keseluruh penjuru Bumi, aku juga sudah menerawang punggung-punggung wanita yang ku temui kecuali Bella, Aku tidak bisa menerawang punggungnya karena ada sesuatu yang melindunginya. Aku tidak bisa melihat punggungnya kecuali aku menyuruhnya buka baju, itu tidak harus ku lakukan karena sandi perak itu tidak ada padanya, dia bukan manusia.

********

FLASHBACK

Di sebuah istana besar. Raja Rador Nickbraz sedang berdiskusi pada semua penasihat istana. Ia duduk di singgahsana, sedangkan penasihat yang bernama Zorfin itu berdiri sedikit menunduk di depannya.

"Yang mulia Raja, Kita harus cepat menemukan sandi perak itu untuk meminta bantuan seribu juta peri perak." Ucap zorfin.

"Tapi sandi perak itu adalah Mitos." Jawab Raja.

"Yang mulia, Peramal terkenal di Negri ini yang bernama Barnief mengatakan bahwa sandi perak itu ada di punggung seorang gadis manusia yang berupa tato sayap berwarna perak."

"Tapi, mana mungkin. Pemilik para peri perak itu adalah kaum Ruzh. Ratu Damova menyembunyikan semua peri perak itu di suatu tempat yang tidak terlihat, Karena Ratu Damova tau bahwa kaum Ruzh akan punah. mereka lebih memilih hidup sendiri-sendiri tanpa di dasarkan kerajaan. jika sandi perak itu benar-benar ada, pastilah pemiliknya para kaum Ruzh yang tersisa Bukan Manusia."

"Tapi yang mulia. Semua peramal di Negri ini bilang begitu."

Raja berpikir sejenak.

"Kalau begitu, rencanakan pertemuanku dengan peramal yang bernama Barnief itu. Jika sandi perak itu memang ada di punggung manusia, Aku akan menyuruh putra mahkota untuk melakukan tugas pertamanya untuk pergi ke bumi. Aku juga akan mengutus Rayyora, Rawzora, Ruxe, dan Ryder untuk menemani putra mahkota ke bumi."

Penasihat itu menunduk. "Baik yang mulia. Saya akan mengatur pertemuan anda dengan peramal yang bernama Barnief."

**

Peramal yang bernama Barnief itu datang ke istana untuk menghadiri undangan pertemuan yang di berikan padanya. Sekarang dia sedang menghadap Raja Rador.

"Salam saya untuk menghadap anda yang mulia Raja. Sungguh kehormatan bagi saya karena anda sudah mengundang saya kemari." Ucap peramal yang bernama Barnief itu dengan hormat.

"Dan sebuah kehormatan juga bagiku karena kau sudah mau datang kesini, Barnief. Tidak perlu basa-basi'kan? Aku ingin bertanya bagaimana menurutmu tentang sandi perak itu? Apa sandi perak itu benar adanya?"

"Iya yang mulia. Sandi perak itu benar-benar ada, tapi saya hanya bisa samar-samar merasakannya. Menurut yang saya lihat dari kemampuan saya, Ratu Damova memilih seorang manusia untuk memegang sandi perak itu, karena menurutnya manusia adalah tempat yang paling aman. Ratu Damova juga sudah memilih manusia itu saat berada dalam kandungan ibunya, dia akan memberikan sandi perak itu jika waktunya sudah tepat." Jelas peramal itu.

"Apa tujuan Ratu Damova memberikan sandi perak itu pada manusia?" Tanya sang Raja. Ia sedikit tak mengerti jalan pikiran Ratu Damova yang merupakan temannya itu.

"Ratu Damova merencanakan Ritual tidur abadi. Menurutnya jika nanti dia sudah tidur untuk selamanya, tidak ada yang bisa membuka tempat peri-peri perak itu karena tidak bisa terlihat oleh siapapun. Jadi dia memilih manusia untuk memegang sandi perak itu, dan Ratu Damova mempunyai alasan sendiri, saya tidak bisa membacanya karena itu sangat Rahasia."

"Apa? Tidur abadi? Kenapa dia melakukan itu?"

"Kaum Ruzh ingin hidup tanpa di dasari kerajaan, mereka ingin hidup bebas, melakukan apapun sesuka mereka. Mereka kaum yang sangat pintar, jadi tunduk pada sang Ratu bukanlah mereka. Ratu bisa saja membunuh mereka semua yang membangkang, tapi Ratu tidak melakukan itu, ia memilih pergi mengamankan peri perak, dan menemui pemilik sandi perak. Dan kepergian Ratu Damova menyebabkan Ruzh banyak yang mati karena kelaparan, perang saudara merebutkan kekuasaan, membunuh satu sama lain karena dendam mereka yang tak bisa terbalaskan."

"Aku tau tempat peri perak itu di Nickbraz, tapi kita tidak bisa melihatnya. Apa itu benar?"

"Itu benar yang mulia."

"Kenapa dia meletakkannya disini?"

"Dia punya alasan tersendiri yang mulia."

Raja mengangguk tanda ia menengerti. Dia tersenyum pada peramal itu. "Barnief, aku mengundangmu untuk menghadiri upacara penentuan pasangan putra mahkota. Umur putra mahkota sekarang sudah 18 tahun, buku suci yang akan menentukan pasangannya."

Barnief menunduk. "Baik yang mulia. Sungguh itu kehormatan sekali lagi bagi saya, karena anda mau mengundang saya di upacara penentuan pasangan putra mahkota."

Barnief memberi salam, meminta undur diri dari hadapan sang Raja. "Miirdigozya." ucapnya. Raja hanya mengangguk, dan Barnief pun undur diri.

••

Semua pengurus istana dan tamu-tamu yang diundang untuk menghadiri penentuan pasangan Putra mahkota sudah berkumpul.

Raja Rador dan Ratu yenla sudah berdiri di tempatnya menghadap para tamu undangan. Rayyen berdiri sedikit maju kedepan dari Raja dan Ratu. Di depan Rayyen ada sebuah meja, di meja itu ada buku besar yang sampulnya terbuat dari emas dengan ukiran yang indah. Di samping kanannya ada seorang laki-laki tua yang bertanggung jawab atas buku suci.

"Silahkan di mulai pangeran, ucapkan kata-kata yang harus anda katakan, setelah itu letakkan tangan anda di atas buku suci ini." Ucap laki-laki tua itu.

"Baik." Rayyen mengangguk.

Semua pandangan para tamu undangan tertuju pada Rayyen. Mereka penasaran siapakah pasangan dari calon penerus kerajaan kaya itu. Ada juga gadis-gadis dari kerajaan lain yang ikut bersama orang tuanya berharap merekalah takdir Rayyen.

"Aku Rayyen Nickbraz, putra Mahkota dari Negri Nickbraz sudah mencapai umur 18 tahun. Aku sudah pantas untuk mengetahui pasangan seumur hidupku. Aku berjanji siapapun yang sudah di takdirkan untukku, aku akan memberikan tiga detak jantungku untuknya dan hidup bahagia bersamanya. Aku meminta buku suci untuk menentukannya." Rayyen meletak telapak tangannya diatas buku suci. Cahaya emas langsung keluar dengan cepat bersamaan dengan terbukanya buku itu.

Buku itu terbuka, menampakkan tulisan pendek bertinta emas di tengah-tengah kertas. Tulisan itu adalah kata-kata yang dianggap teka-teki oleh kaum mereka.

"Ucapkan teka-teki itu pangeran." Ucap laki-laki tua itu lagi.

Rayyen tampak ragu mengucapkannya, bahkan ia mengerutkan kening. "Di bumi, terlahir sebagai Manusia, dan pemilik sandi perak."

Semua yang mendengar itu langsung ricuh. Mereka tidak menyangka bahwa putra mahkota Nickbraz di takdirkan berpasangan dengan seorang manusia, itu berarti Rayyen harus tinggal di Bumi karena manusia tidak dapat tinggal di Amoddraz.

*

Upacara penentuan pasangan selesai. Setelah memakan makanan yang di hidangkan para tamu berdansa, dan setelah itu mereka pulang.

Raja Rador, Ratu Yenla, dan Rayyen sedang berada di ruangan pribadi istana. Mereka duduk di kursi yang jumlahnya memang ada 3 dengan meja bundar.

"Ayah, apa aku harus tinggal di Bumi? Sandi perak? Aku pikir sandi perak hanyalah isu belaka." Rayyen menatap hormat ayahnya.

"Sandi perak memang benar-benar ada, awalnya ayah sempat ragu. Tadinya ayah ingin menugaskanmu pergi ke Bumi untuk mencari sandi perak, tapi ayah tidak menyangka bahwa kau di takdirkan bersama pemilik sandi perak itu."

Ratu menatap sendu suaminya. Mata biru, cara ia menatap, sifatnya yang dingin dan asal ceplos ia turunkan pada anak semata wayangnya. "apa putra kita akan tinggal di Bumi?"

"Menurut ayah tidak. Walaupun gadis itu manusia, dia tetap sosok yang memegang tanggung jawab atas peri-peri perak sekaligus menjadi pengganti Ratu Damova sebagai Ratu. Kemugkinan besar gadis itu bisa hidup di Amoddraz." Kata Raja. Ia mengelus pundak istrinya, menenangkan wanita itu. "Aku tau kau sangat menyayangi Rayyen, tapi biarkanlah dia pergi ke bumi, mencari pengalaman sebelum ia menggantikanku."

Ratu menatap suaminya. "Aku takut Rayyen memberikan detak jantungnya pada gadis Bumi yang lain. Gadis Bumi tak akan mau mengerti. Aku takut mereka menyentuh Rayyen sesuka mereka hanya karena mereka menyukainya."

"Semuanya tergantung pada Rayyen. Aku yakin dia bisa menjaga detak jantungnya." Kata Raja menenangkan istrinya.

Ratu menatap sendu anaknya. Ia memeluk Rayyen. "Gadis Bumi tak seperti gadis disini. Gadis disini akan menghindar jika bertemu dengan Rayyen karena mereka takut detak mereka hilang karena Rayyen. Tapi gadis Bumi, mereka akan mendekat, bahkan memaksa Rayyen untuk menerima mereka. Bunda takut mereka menyentuh Rayyen sesuka mereka."

Rayyen balas memeluk Ibunya. "Ibu harus percaya pada Rayyen. Bukankah kita sama?"

Ratu melepas pelukannya. Ia memegang kedua bahu anaknya. "Ibu tau bahwa Rayyen tak akan tergoda. Tapi, bagaimana jika ada salah satu diantara mereka yang tak sengaja membuat detak pertama? Ingat? Detak pertama akan segera menjadi yang kedua, dan kemungkinan besar menjadi yang ketiga pada orang yang sama. Rayyen tak akan pernah lepas pada gadis detak pertama kecuali kalian tak pernah bertemu setelahnya."

Rayyen mengangguk mengerti. "Setakut apapun ibu, Rayyen tetap harus ke Bumi."

"Ibu tau. Kali ini ibu kalah."

Flashback off

Dan apa yang ditakutkan ibuku benar-benar terjadi. Dan apa yang ia katakan benar adanya. Gadis bumi akan menyentuhku sesuka mereka, detak pertama pasti akan berlanjut ke detak kedua pada orang yang sama. Seharusnya aku pindah setelah kehilangan detak pertamaku.

Sudah lama aku di bumi. Banyak perempuan dari segala umur yang menyatakan perasaannya, memberiku hadiah, mengirimiku surat dan semacamnya. Tapi, tak ada diantara mereka yang berhasil menghilangkan detak jantungku, kecuali

Bella

Ah, gadis itu.

Dia...

Dari awal melihatnya,

Seperti aku pernah melihatnya dulu.

Mungkin bukan karna detak jantung, tapi karna aku memang ingin dia mendekat.

Ini takdir

Atau mungkin ujian....

______________________________

avataravatar
Next chapter