5 lima

Rawzora, Ruxe, Ryder, dan Rayyora sedang menunggu Rayyen di parkiran. Tadi mereka melihat Rayyen di tarik paksa oleh Bella, Jadi yang mereka bisa lakukan hanya menunggu sambil khawatir, khawatir hal yang tidak di inginkan terjadi, apapun itu.

Tidak lama kemudian Rayyen datang dengan wajah kusut yang aneh seperti antara sedang takut, bingung, marah, dan sedih intinya campur aduk.

Rayyora yang pertama kali menyadari kehadiran Rayyen dengan cepat langsung bertanya. "Kenapa wajahmu begitu?" Tanyanya takut telah terjadi sesuatu karena wajah Rayyen tidak seperti biasanya.

Ruxe mengangguk setuju. "Tumben wajahmu kusut begitu? Biasanya kau selalu tampak berkelas."

Rayyen menatap datar Rayyora dan Ruxe. "yang kalian pertanyakan itu tidak penting." Setelah berbicara seperti itu dia langsung membuka pintu mobil kemudian masuk tanpa memperdulikan wajah panik teman-temannya.

"Kenapa dia?" Tanya Ryder pada 3 temannya yang belum masuk ke mobil. Mereka hanya membalas dengan gelengan tidak tahu.

Saat dalam perjalanan pulang suasana di dalam mobil mewah itu sangatlah sepi, Tidak ada yang berani bersuara kalau sang pangeran mereka dalam keadaan aneh begitu, pasti ada sesuatu yang sedang di pikirkannya.

"Dia bukan manusia." ucap Rayyen tiba-tiba memecahkan keheningan diantara mereka.

Mereka semua mengerutkan dahi, namun Rawzora dengan cepat menanggapinya. "Maksudnya Victoria Bella?" Tanya Gadis itu dan hanya di tanggapi dengan anggukkan pelan oleh Rayyen.

"Bagaimana bisa kau mengetahuinya?" Tanya Rayyora bingung.

"Tadi saat aku berbicara dengannya aku benar-benar tidak bisa membaca pikirannya. Lalu saat dia menarik tanganku aku merasakan bahwa dia benar-benar bukan manusia, dia adalah Ruzh." Ucap Rayyen sedikit berbohong. Dia berbicara tanpa menoleh pada siapapun. Pandangannya kosong ke arah luar jendela mobil.

"Bukannya kaum Ruzh sudah punah?" Tanya Rayyora lagi.

"Mereka tidak punah, Mereka hanya bersembunyi, menjalankan hidup sendiri- sendiri. Jumlah mereka yang sedikit memudahkan mereka untuk berpencar." kali ini Ruxe yang menjawab.

"Tunggu dulu, kalau Bella adalah Ruzh pastinya dia mempunyai pertumbuhan yang lambat Sama seperti kita. Tapi kenapa dulu pertama kali aku bertemu dengannya dia masih anak-anak dan sekarang dia sudah remaja?" Tanya Ryder bingung.

Rawzora mengangguk mengiakan "Iya juga." Ucapnya setuju.

"Mungkin saja karena dia lahir di Bumi dan besar di Bumi, Atau salah satu orang tuanya adalah Manusia. Aku tidak tau pasti bagaimana dan seperti apa jalan pikiran bangsa Ruzh itu. Mereka sangat misterius. Buktinya Ratu Damova membangun dunia peri perak itu di Negri Kita di tempat yang tidak terlihat, kenapa tidak di Negri lain saja? Di Bumi atau dimana. hanya mereka yang tau jalan pikiran mereka." Jawab Rayyen. Teman-temannya hanya mengangguk mengerti .

*****

Bella POV:

Setelah tadi aku berlari dari Rayyen, aku langsung menuju parkiran mencari mobilku. Setelah dapat aku langsung menjalankannya dengan kecepatan tinggi. Aku merasa tidak enak, Ada sesuatu hal buruk yang telah terjadi. Ada sesuatu yang terus menerus menyuruhku untuk cepat pulang dan aku merasakan perasaan yang tidak enak.

Sesampainya aku di rumah aku mendapati kak Zio di ruang keluarga, ternyata dia sudah pulang dari luar Negeri. Dia kaget melihatku masuk terbu-buru tanpa mengucap salam seperti biasanya. "apa kabar, Bella?" sapanya. Dia sedang berdiri di depan akuarium ruang keluarga, sepertinya dia baru membeli ikan hias yang baru.

"Baik kak." Jawabku tersenyum membalas senyumannya.

"Kemana Farhel?" Tanyanya.

"Aku tidak tau kak. Kami tadi tidak bertemu di sekolah." Kataku dan aku baru tersadar bahwa perasaan tidak enak ini tertuju pada Farhel.

Kak Zio mengangguk mengerti. "yasudah, pergilah ganti baju dan makan."

"Iya kak." jawabku lalu segera melangkah pergi berjalan masuk ke kamar.

Makan? Bahkan aku sudah lupa rasanya seperti apa. Ruzh? Apa maksud Rayyen tadi aku adalah Ruzh? Makhluk seperti apa Ruzh itu? Sejenis Vampire? Malaikat? Iblis? Manusia serigala? Atau peri? Aku bingung. Tapi lebih baik aku pura-pura tidak tau dan bilang pada mereka bahwa aku memang terlahir menjadi Ruzh. R5 juga bukan Manusia Jadi aku punya teman, tapi mereka itu makhluk apa? sama denganku atau tidak? Aku yakin mereka tidak sama denganku soalnya instingku mengatakan begitu. Tapi yang lebih membingungkan, kenapa aku bisa menjadi Ruzh sekarang?

Sebenarnya dari dulu aku ingin sekali tinggal sendiri di sebuah apartemen, atau tinggal di rumah milik orang tuaku. Aku ingin mandiri dan lebih tepatnya ingin menjauh dari Farhel. Tentunya aku punya uang, orang tua ku meninggalkan warisan yang cukup banyak, kebetulan aku anak tunggal jadi aku bisa menikmatinya sendiri. Aku juga punya 2 rumah dan beberapa mobil, tapi mobil-mobil itu sudah ku jual karena tidak terpakai, dan uangnya aku belikan mobil baru yang sudah ku ubah menjadi warna merah dan hitam, warna kesukaanku. Kalau bukan karena wasiat papa ku yang menyuruh ku untuk tinggal bersama tante Moza, pasti dari dulu aku sudah pergi dari sini.

Farhel. Aku baru ingat akan anak itu. Sedari tadi perasaan tidak enakku tertuju padanya. Aku cepat-cepat berlari menuju kamarnya untuk melihat anak itu, tapi yang ku dapat hanya pemandangan kamar kosong dan sepi tak ada satu kehidupanpun di dalamnya. Mungkin perasaan tidak enak itu hanya sekedar rasa bersalah karna aku tadi mencium Rayyen. Hubunganku yang sangat lama dengan Farhel membuat alam bawah sadarku tanpa sengaja masih menganggap kami masih dalam suatu hubungan.

****

Hari ini aku sedang berada di Museum tengah kota. Karena tadi pas pelajaran sejarah kami di beri tugas oleh bu Hafiza, dia menyuruh kami untuk membuat beberapa kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 6 orang. Biasanya kalau ada tugas kelompok aku pasti bersama Alona, Feby, Abigail, Arga, dan Jason. Tapi sekarang aku sama Rayyen, Ruxe, Ryder, Rayyora, dan Rawzora. Tadi Rawzora memaksaku untuk sekelompok dengannya. Nama mereka keren-keren, mereka terkenal dengan sebutan R5, andai saja nama ku huruf depannya juga R pasti seru dan kami di juluki R6. -_-

Walaupun aku berada di tempat yang keren seperti ini, Pikiranku sedang nyalang entah kemana. Sudah 2 hari Farhel tidak ada di rumah. Tadi aku mencarinya ke kelas tapi dia tidak ada. Aku sempat bertanya sama teman-teman basketnya, tapi mereka bilang tidak tau. Kemana dia? Ada apa dengannya? Dia tidak pernah pergi tanpa memberitahuku. Biasanya jika dia pergi mendadak dia pasti menelpon atau memberikan surat yang di tempelkan di pintu kamarku, dengan gambar Love yang entah macam apa bentuknya, mirip setumpuk upil kucing.

Ponselku berdering ketika kami sedang menyatat beberapa deretan kalimat di jurnal. Aku melihat siapa yang menelpon, aku mengernyit bingung nama Ziovan tertera di layar. Ada apa gerangan?

"Ada apa kak?" Tanyaku setelah memberi salam terlebih dahulu.

"Bella kau dimana?" Suaranya terdengar panik dan cepat. Ziovan yang tenang akan seperti ini jika sesuatu hal buruk sedang terjadi. 

"Aku lagi berada di Museum. Ada apa kak?" Mendengar nada paniknya aku tertular panik. Dengan tangan kiri yang tersisa aku mencoba memasukkan jurnalku dan mengambil kunci mobil, siap untuk berlari ke mobil dan tancap gas jika hal buruk ini tentang Farhel.

"Cepatlah pulang. Farhel tadi pulang dengan keadaan kacau dan masuk kamar. Kakak mendengar suara barang berjatuhan di buatnya. Kakak takut terjadi apa-apa dengannya, jadi...."

Benar saja, belum sempat kak Zio selesai bicara, aku langsung memutuskan sambungan telpon dan lari tanpa pamitan dengan R5. Aku sempat mendengar Rawzora berteriak memanggil tapi aku tidak menghiraukannya. Sungguh saat ini Farhel lebih penting dari segala urusanku di muka Bumi ini.

***

avataravatar
Next chapter