15 lima belas

Farhel dan Zora berhenti ditempat makan setelah tadi mereka berkeliiling dan membeli barang-barang yang mereka inginkan. Tadi Farhel sempat melihat Bella dan Rayyen sangat akrab di toko topeng, pemandangan itu membuat moodnya terkuras habis. Untung saja Zora mengerti, gadis itu langsung menghiburnya dengan cara mengajaknya melihat-lihat perlengkapan olahraga.

"Kenapa kau tidak makan?" Tanya Farhel bingung.

"Aku sudah kenyang, Jadi makanlah dengan baik. Jangan berbicara saat makan." Ucap Zora sambil tersenyum.

Farhel melanjutkan makannya tanpa memperdulikan lagi gadis yang ada di depannya. Rawzora hanya memperhatikan lelaki itu tanpa terlewatkan sedetikpun.

"Aku tidak mengerti kenapa kalian berempat terlihat berbeda." Ucap Farhel memecahkan keheningan.

"Yah begitu, banyak orang yang berkata seperti itu." Jawab Zora.

"Apa kalian saudara? Nama kalian hampir sama semua."

"Kami tidak saudara sedarah, tapi sejak kecil kami hidup dan di besarkan di tempat yang sama."

"Ah entahlah, banyak hal yang mengganjal di kepalaku tentang kalian, mungkin karna aku suka menganalisis. Tapi aku pikir lagi untuk apa aku mau tau tentang kehidupan orang lain, selagi kalian baik pada Bella, aku juga akan ikut baik pada kalian. Sekarang aku lebih suka Bella berteman denganmu daripada teman-temannya yang dulu."

Lagi Rawzora tersenyum. "Memang ingin tahu urusan orang lain tidak baik, tapi kalau mau mengintip sedikit untuk memenuhi hasrat keingin tahuan itu tidak masalahkan? Pada dasarnya memang setiap manusia memiliki rasa yang namanya, kepo. Asal informasi yang ia dapat hanya untuk dirinya sendiri."

Farhel menatap gadis itu. "Kau.." dia berhenti. "ah sudahlah, aku tidak yakin atas pertanyaanku. Semuanya terasa tidak masuk akal." Lanjutnya.

Rawzora melihat Farhel sudah menyelesaikan makannya, dia bergegas pergi ke kasir untuk membayar, mereka harus buru-buru karena yang lainnya sudah menunggu di pintu belakang yang langsung menuju parkiran mobil.

"Kenapa kau yang bayar? Aku tidak mau." Ucap Farhel yang langsung mengeluarkan uang dari dompetnya.

Dengan cepat Zora menahannya. "Tidak usah. Aku tadi senang sekali melihatmu makan, jadi aku ingin sekali membayar makananmu. Anggap saja ini hadiah karena kau sudah mau jalan berdua denganku." Ucap Zora dengan mimik wajah ceria.

Gadis ini kenapa? Dia terlihat bahagia.

Zora tersenyum geli saat ia mendengar isi pikiran Farhel tentang dirinya.

Mereka semua bertemu di dekat pintu keluar yang sudah ada Bella dan Rayyen, Ruxe dan Rayyora.

Rawzora melirik Bella sambil menyipitkan matanya. "Apa yang kau lakukan tadi? Aku melihatmu berlarian seperti anak kecil, menabrak orang tapi tidak minta maaf."

Bella nyengir dan merasa bersalah pada ibu-ibu yang tidak sengaja dia tabrak tadi. "Kau tau Zora? Rayyen membuatku seperti anjing peliharaan, dia menyuruhku mengikutinya kemanapun dia pergi tapi aku tidak di bolehkan membeli apa-apa. Dia mengataiku seperti BABI. Jadi, aku melarikan diri setelah mengatainya monyet. Aku berniat meninggalkannya pulang."

Ruxe tertawa. "tapi kau tidak berhasil pulang?" Tanyanya.

Dengan cepat gadis itu mengangguk. "dia menemukanku dengan cara menyeramkan seperti hantu."

Kekehan kecil Farhel membuat semuanya menoleh padanya. Cowok itu terkekeh geli. "Babi? Kau sangat benci binatang itu, bukan?"

Bella mengangguk lagi. "Makanya aku ingin pulang setelah membalasnya dengan mengatainya monyet." Gadis itu melotot pada Rayyen, tanda dia tidak terima dikatain Babi, yang di lotototi hanya menatapnya datar, malas menanggapi tingkah gadis itu.

Bella menoleh cepat ke arah Farhel lagi. "tunggu dulu, kau tadi di kasih makan apa sama Zora? Sudah lama aku tidak melihatmu menunjukkan lesung pipimu itu." Katanya tidak percaya. Farhel hanya membalas dengan senyuman kecilnya.

Rayyora berdehem. "Sepertinya kalian melupakan kata pulang." Sindirnya.

Rawzora yang terpaku oleh lesung pipi Farhel langsung tersadar akibat deheman Rayyora. "Oiya, ayo kita pulang. Bella kau pulang dengan Farhel'kan? Kalau begitu hati-hati ya. Kapan-kapan jalan bareng lagi." ucap Zora tersenyum.

"Oke, daaaaa." Bella melambaikan tangannya. Mereka berpisah di parkiran mobil.

*

"Bagaimana? Apa kau merasa nyaman dengan Zora?" Tanya Bella ketika ia sudah duduk di samping Farhel yang sedang mengemudi.

"Biasa aja. Hanya saja aku tidak merasa jijik dengannya. Dia berbeda dengan wanita lain. Dan dia juga berbeda denganmu. Dia baik sepertimu, tapi kau ceria dan tidak bisa diam dan dia anggun seperti putri kerajaan. Cara dia  menggerakkan semua tubuhnya begitu khas." Jawab Farhel sambil fokus menyetir mobil.

Bella tersenyum. Ya bagaimana tidak, setahunya Rawzora di besarkan di Istana, dan gadis itu memang berbeda. Rasanya seperti Rawzora malaikat yang berwujud manusia. Tapi dari perkataan Rayyen saat di taman mini Mall tadi membuatnya berpikir dua kali. Kaum  seperti mereka tidak bisa hidup bersama pasangan yang tidak di tentukan untuk mereka. Lalu bagaimana jika Farhel tiba-tiba nyaman pada Rawzora dan gadis itu harus meninggalkannya lagi.

Bella melirik Farhel. "Jangan menyukainya, Rhel." Ucapnya dengan nada sedih. "Tapi jika kau ingin berteman dengannya ya silahkan." Lanjutnya lagi.

Farhel menaikkan satu alisnya keatas. "Apa ini? Beberapa jam yang lalu kau sangat mendukungku agar bisa bersamanya, tapi saat ini kau seperti kehilangan hasrat akan hal itu. Apa ada yang kau sembunyikan?"

"Tadi. Saat aku berbincang dengan Rayyen, dia berkata akan meninggalkan negara ini. Dan aku takut jika kau menyukai Zora, kau akan kehilangan untuk yang kedua kalinya."

"Begitu, ya. Lagipula aku tidak yakin akan menyukainya, kau tau itu. Jikapun iya aku harus memaksa. Tapi entah kenapa, setiap kali kau menyuruhku untuk membuka hati pada yang lain, hati ini rasanya sangat perih. Seolah kau itu sangat menginginkan aku pergi agar tidak bisa mengganggumu lagi."

Bella menggeleng cepat. "bukan itu maksudku. Ada hal-hal yang tidak bisa ku katakan. Tapi pada dasarnya suatu saat kau harus menemukan seseorang yang lain."

"Ya aku tau. Kau berkali-kali mengatakan itu." Ucap Farhel. Ada keheningan sejenak hingga lelaki itu melanjutkan perkataannya lagi. "Dulu, kau bilang kau ingin melanjutkan pendidikan ke luar negeri. Apa sekarang kau masih memiliki niat itu?" Tanyanya.

Bella mendengus. "Entahlah aku tidak yakin akan hal itu sekarang."

"Pergilah." Kata Farhel, ucapan cowok itu terdengar memerintah. "Dulu aku menghalanginya karna aku tidak bisa kalau tidak bersamamu, sedangkan aku tidak mungkin ikut bersamamu ke luar negeri karna mamaku tidak akan pernah memberi izin. Tapi sekarang aku ingin kau menghilang dan jangan pernah kembali. Kalaupun kau menikah bersama orang lain nantinya, ku harap aku tidak pernah mendengar kabar itu."

Bella terdiam, ada perasaan sedih dan sesak di dadanya. Dia memalingkan wajahnya ke kaca jendela mobil. "Sekarang terdengar seperti kau yang membuangku."

"Aku tidak membuangmu, aku hanya ingin jika kau ingin pergi, pergilah sungguh-sungguh jangan tanggung-tanggung. Dan aku juga ingin melupakanmu sungguh-sungguh." Ucap Farhel.

Setelah cowok itu mengatakan itu, terjadi keheningan diantara mereka. Bella tidak punya niat melanjutkan percakapan itu. Dan dia diam membisu sampai mereka tiba di rumah.

●●●●●

avataravatar
Next chapter