16 enam belas

Keadaan kelas sangat menyesakkan, bahkan Suara komplotan teman-teman lama Bella yang suka sekali berteriak-teriak jika berbeda pendapat begitu menusuk telinga. Dulu Bella salah satu dari mereka tapi sekarang tidak lagi. Gadis itu lebih memilih untuk meninggalkan mereka karena menurutnya, jika dia tetap bergabung statusnya yang bukan manusia lagi bisa terbongkar habis.

"kalian, apa kalian tidak ke kantin? Ayo kita ke kantin bersama." Suara di ambang pintu membuat kelas menjadi hening. Semuanya menjatuhkan pandangan ke arah sosok yang berdiri cool sambil memasukkan tangannya ke kantong celana.

Farhel, dialah sosok yang di ambang pintu itu. Ucapannya tadi ia lontarkan untuk Bella dan R5. Dia tadi teringat saran Bella untuk datang ke kelasnya, jadi dia langsung pergi saat Bel istirahat berbunyi.

Suasana kelas yang hening karena kehadiran Farhel tadi, kini berubah menjadi suara bisik-bisik yang menyemak. Mereka merasa tidak percaya Farhel datang lagi ke kelas mereka setelah kejadian waktu kelas satu dulu. Sosok yang sangat shock pastilah Alona, bahkan dia membeku seketika di tempatnya.

Bella langsung membereskan mejanya, begitu juga dengan Rawzora, Ruxe, Rayyora, dan Rayyen. Kali ini Rayyen dengan senang hati menerima ajakan, karena sedari tadi dia sangat tak nyaman dengan kebisingan yang membuat telinganya sakit. Ryder? Dia bingung dan tak kenal Farhel, tapi karena melihat Rayyen dengan senang hati menerima ajakan, dia ikut-ikutan menyusun bukunya.

Alona yang membeku tadi dengan wajah tak percayanya datang mendekati Farhel. "Kau? Bagaimana mungkin?"

Farhel menatap jijik gadis itu. "menjauhlah dariku, aku tidak mau kau mendekatiku." Dia melangkah mundur karena Alona terus mendekatinya.

Rawzora menarik tangan Alona pelan agar gadis itu berhenti mendekati Farhel, dia tau bahwa saat ini Farhel berniat lari jika Alona terus mendekatinya.

Alona menatap marah ke arah Rawzora, dia benci ada orang yang menghalanginya. "Kau pergilah. jangan ikut campur, aku hanya ingin berbicara dengannya."

"Dia tidak mau berbicara denganmu jadi kau harus mengerti."

"Aku tidak ada urusan denganmu anak baru. Jangan halangi aku, aku bisa membencimu."

"Sekarang, ini adalah urusanku juga. Jika kau mau membenciku, maka bencilah. Menjauhlah dari Farhel, aku juga bisa membencimu." Tadinya Rawzora ingin lembut, tapi dia menangkap hati yang busuk dari mata Alona. Itu membuatnya mual.

Alona menyunggingkan senyum kecil penuh ejekan. "Kau pikir kau siapa? Kenapa ini menjadi urusanmu?"

Rawzora tertawa mengejek. "Kau tidak tau? Kasian sekali. Kau menyebut dirimu Ratu gosip, tapi kenapa kau tidak tau gosip tentang diriku yang sekarang sudah menjadi kekasihnya Farhel?"

Alona menggeleng pahit, mata cantiknya berkaca-kaca dengan sendirinya. Lidahnya keluh saat ingin mengatakan, Farhel-nya tak mungkin pacaran dengan gadis pirang di depannyap itu, Farhel-nya tak mungkin mencintai gadis selain Bella, dia ingin mengatakan itu, tapi hanya kata. "kau pembohong." Yang keluar dari mulutnya.

"Apa aku terlihat seperti pembohong?" Tanya Rawzora. Dia sebenarnya tidak yakin tentang ucapannya, dia takut Farhel marah, tapi mau bagaimana lagi, dia sangat tidak suka gadis di depannya itu.

"Kau pembohong! Farhel tidak mungkin menyukaimu!" Bantah Alona.

"Iya, dia adalah kekasihku. Aku kesini untuk menjemputnya dan kelima temanku untuk ke kantin bersama." Ucap Farhel yang berusaha sesantai mungkin, padahal tadi sempat ada sepercik rasa marah ketika Rawzora mengakuinya sebagai kekasih. Tapi, dia berpikir lagi, mungkin ada untungnya jika Alona dan yang lainnya tau bahwa dia punya kekasih baru, pastinya tak ada pengganggu, pengusik, dan stalker lagi di hidupnya.

Mereka yang ada di kelas itu melotot tak percaya atas apa yang di ucapkan Farhel. Yang sedang makan sampai ada yang terbatuk-batuk karena kesedak. Rawzora, Bella dan temannya yang lain ikut melotot. Mereka pikir ucapan Rawzora tadi semata-mata hanya untuk menolong Farhel, tapi siapa yang menyangka bahwa Farhel menyetujuinya.

Seantero sekolah juga tau siapa itu Farhel, mereka tau cowok ganteng dan manis itu hanya meletakkan hatinya untuk Bella, sepupunya sendiri. Banyak yang mengatai Farhel gila di balik wajahnya, tapi mereka semua mengakui perjuangan dan kisah cinta yang menarik itu. Bahkan cerita tentang Farhel dan Bella sering kali muncul di mading love in school milik eskul sekolah.  memang hanya untuk hiburan tapi hanya kisah mereka yang di tunggu-tunggu di mading itu, membuat pasangan lain yang kisahnya juga sering di pajang di mading itu iri.

"Kau? Berhasil membuatnya lupa pada Bella? Apa yang kau berikan padanya?" Kata Alona. Dia belum percaya tentang hal itu.

Dengan geram Farhel berkata. "Hei, Alona. aku kesini untuk menjemput mereka ke kantin, bukan untuk menghabiskan waktu denganmu." ucap Farhel kesal. "ayo kita pergi, untuk apa memperdulikan dia."

Rayyen yang sedari hanya diam dan malas ikut campur menyetujui ucapan Farhel. Dia menatap Alona. "tadi sikapmu yang  paling manis diantara teman-temanmu. Tapi tak kusangka ternyata kau sangat dramatis." Ucap Rayyen yang dapat di dengar seisi kelas, kemudian ia berjalan mendahului teman-temannya untuk pergi ke kantin. Teman-temannya mengikutinya, meninggalkan Alona yang tertohok akibat ucapannya.

Setelah tadi menghadapi drama yang tak menyenangkan, kini Rayyen hanya bisa mendengus pelan ketika mereka harus melewati koridor dan lorong sekolah yang di penuhi bisik-bisik tetangga tentang mereka. Jika dia tidak dapat mendengar itu tidak jadi masalah, tapi ini? Dia dapat mendengarnya dengan jelas.

"Wow, kak Farhel berjalan dengan R5? Mereka keren sekaliiiii." ucap salah satu adik kelas yang mulai histeris.

"Iya mereka keren sekali." sambung teman-temannya.

"Itu R5? Yang kalian bicarakan itu? Wajah mereka pasti buatan dokter (operasi)." Ucap siswi lainnya.

"Mereka semua seperti artis yang akan bermain film drama cinta."

"R5 itu, aku yakin dari ujung rambut sampai ujung kaki pasti operasi plastik. Dimana mereka oplas wajah mereka itu?"

"Gila, keren banget kak Rayyen."

"Duh, Farhelku jadi tambah ganteng bergabung dengan R5."

"Wih, lihat itu. Farhel dan Bella akur. Pasangan Pavoritku."

"Gila vroh. Cantik-cantiknya.... Rawzora... dia... ah, bidadariku."

"Kak Rayyen.... yaampun matanya, Bibirnya, hidungnya, asli gak sih? Gantengnya kelewatan. Bisa masuk penjara mereka, atas tuduhan menyengsarakan orang jelek. Hahahah"

"Ryder kek cewe ya? Imut kali. Oplas pasti itu."

"Ruxe ramah lo. Aku kemarin nyapa dia, dia senyum. Jantungan aku."

"Rayyora serem tapi cantik. Bikin penasaran. Tapi aku takut deketinnya, aku ini apalah, hanya sebongkah upil."

Rayyen dapat mendengar semua omongan mereka, sampai seseorang mengusik perjalan yang penuh bisik-bisik itu. Rendy, mantan kekasih Bella muncul tepat di depan gadis itu, mau tak mau R5 dan Farhel ikut berhenti.

"Bell aku ingin bicara denganmu." Ucap Rendy setelah tadi dia menarik napas panjang.

"Bicara? Bicara tentang apa?" Tanya Bella.

"Tapi tidak disini. Ayo ikut aku." Rendy meraih tangan Bella, lalu menarik tangan itu.

"Tidak boleh. Dia akan ikut kami ke kantin, kau tidak boleh bawa dia pergi, sekarang dan selamanya. Apa kau sudah lupa?" Ucap Farhel ketus sambil menarik Bella agar genggaman Rendy terlepas.

Randy menggeram. "Aku tidak peduli, Kau dan gadis bernama Rawzora ini sudah jadian'kan? Berarti kau tidak ada hak lagi untuk melarangku bersama dengan Bella. Jangan jadi laki-laki yang serakah."

"Bagaimana bisa? Cepat sekali berita itu tersebar." Gerutu Farhel.

"Semua sosial media heboh karenamu. Jadi jangan halangi aku lagi." Rendy menarik tangan kiri Bella lagi dan hendak cepat-cepat membawa gadis itu pergi. Tapi, tiba-tiba tangan kanan gadis itu di tarik Rayyen cepat, cowok itu menahan Bella tanpa berkata sedikitpun, tapi matanya melemparkan tatapan tajam pada Rendy.

"Rayyen lepaskan, biarkan dia pergi. Ini bukan urusanmu." Ucap Rayyora cepat, kemudian Rayyen langsung melepas tangannya dari Bella. Dengan senyum penuh menang Randy langsung cepat-cepat menarik Bella pergi.

Kepergian Bella membuat Rayyen menatap tangannya. Dia tidak percaya tangannya menarik tangan gadis itu.

Keadaan di sekeliling mereka jadi pada ricuh. Semua murid pada berdatangan ingin melihat kejadian itu. Mereka hendak pergi ke kantin tanpa Bella, tapi tiba-tiba pak Sadan pembimbing eskul basket datang menemui Farhel untuk meminta cowok itu agar ikut dengannya ke ruang eskul basket. Dengan berat hati Farhel terpaksa meninggalkan R5. Dan akhirnya hanya R5 yang tersisa.

Di sisi lain●●

"Rendy! lepaskan aku! Sakit!" Bella berusaha melepaskan genggaman Rendy dari pergelangan tangannya tapi tidak bisa.

Rendy menghentikan langkahnya, dan melepaskan genggaman tangannya dari pergelangan tangan gadis itu. "Bell, maafkan aku. Aku ingin kita balikan lagi. Aku senang sekali saat tau bahwa Farhel sudah melepaskanmu."

"Aku tidak mau. Kau sudah meninggalkanku tanpa alasan."

"Itu karena aku harus melakukannya. Aku diancam sama geng si Farhel. kau tidak tau apa yang kurasakan saat itu."

"Kau juga tidak tau apa yang kurasakan saat itu. Aku membutuhkanmu untuk menjadi pelindungku saat Farhel menggila, tapi apa yang kau lakukan? Kau malah pergi dariku? Kalau memang kau mencitaiku kau pasti akan mempertahankanku."

"Kau tidak tau apa yang sedang terjadi padaku waktu itu, Bella. kau tidak mengerti."

"Tidak mengerti ya? Tidak mengerti bagaimana maksudmu? Tidak mengerti bahwa waktu itu kau tergiur dengan uang yang Farhel tawarkan padamu agar kau meninggalkanku? Begitu maksudmu?" Kata Bella menahan emosinya.

"Itu tidak seperti yang kau pikirkan." Bantah Rendy.

"Kalau begitu katakan! Katakan bagaimana seharusnya aku memikirkannya."

"Waktu itu aku memang lagi butuh uang yang Farhel tawarkan. Laki-laki itu membuatku membutuhkan banyak uang pada waktu itu. Tapi sekarang aku sudah mempunyai uang sebanyak yang dia berikan padaku dulu, aku ingin mengembalikan uangnya dan mengajakmu kembali padaku. Ku mohonnnn, aku masih mencintaimu."

"No, thanks you. Aku tidak membutuhkanmu lagi. Sebenarnya, dari awal aku sudah salah. Maaf, bahwa sebenarnya aku tidak pernah mencintaimu. Aku hanya membutuhkanmu untuk membuat Farhel berhenti mencintaiku. Maaf Rendy, maafkan aku." Bella menangkap rasa terpukul dari mata Rendy. Dia memanfaatkan diamnya cowok itu untuk berjalan mundur, kemudian berlari cepat untuk melarikan diri.

Di kantin●●

R5 sedang duduk dalam diam di salah satu meja yang ada di sudut kantin. Tak ada satupun yang bersuara Sedari tadi, semuanya terdiam dan hanya saling berpandangan kecuali Rayyen. Rayyen masih menatap tak percaya ke arah tangannya yang ada diatas meja.

"Jangan pernah kau melakukan hal yang salah, Rayyen. Itu membuatmu tersiksa nantinya." ucap Rayyora akhirnya.

"Aku tidak melakukan apa-apa, aku hanya menahannya. Jadi apa itu salah?" Jawab Rayyen tanpa menoleh. Matanya masih tak bisa lepas dari tangannya.

"Aku hanya memperingatkanmu. Kau belum menemukan pasanganmu yang sudah di tentukan, jadi kuharap kau tidak menaruh hati pada gadis itu." Kata Rayyora lagi.

Mendengar ucapan Rayyora membuat Rayyen menoleh ke arah gadis itu dengan tatapan tak sukanya. "Aku tidak mungkin menaruh hati padanya. Kau ini kenapa? Aku hanya menahannya agar tidak pergi tapi kau langsung menarik kesimpulan bahwa aku menaruh hati padanya? Kau gila?"

Rayyora tersenyum garing. "Aku pasti tidak salah mengartikan tatapanmu tadi. Kau tidak pernah seperti itu pada siapapun, kau tidak pernah peduli pada siapapun. Apa aku salah?"

"Rayyora benar. Kami takut kau mencintai Bella sebelum kau mencintai pasanganmu yang sudah di tentukan. Ruxe dan Rayyora sudah mencintai satu sama lain karena mereka sudah di tentukan untuk bersama di buku suci. Mereka sudah memecahkan teka-teki yang menurutku tidak sesulit taka-teki milikmu. Aku juga sudah menemukan pasanganku yang ada di Bumi." Ucap Ryder. Dia menunggu tanggapan dari teman-temannya, tapi mereka hanya memasang wajah ingin ia melanjutkan kata-katanya lagi.

"aku berhasil memecahkan teka-tekiku dan berhasil menemukannya. Pasanganku ternyata sama seperti kita, dia keturunan Trambell. Ayahnya dulu pergi ke Bumi, lalu mencintai gadis Bumi, kemudian mereka menikah. Ayahnya melakukan kesalahan karena dia mencintai seorang gadis sebelum pohon kehidupan menentukannya. Dia dipaksa kembali ke Amoddraz untuk menikah dengan gadis yang sudah di tentukan untuknya, dan dia juga di paksa untuk meninggalkan gadis Bumi itu yang sedang hamil muda. Pasti kau tau kelanjutannya, dia sudah memberikan 3 detak jantungnya pada gadis Bumi itu. Harapan hidupnya hanya satu, gadis Bumi itu harus mati maka detak jantungnya akan kembali menjadi 3 seperti semula. Trambell tak akan pernah mau yang di cintainya mati, jadi dia memilih hidup dalam kerapuhan dan akhirnya lenyap. apa kau tau, Rayyen? Farhel itu adalah pasangan yang sudah di tentukan untuk Rawzora. Kemarin malam kami memecahkan teka-tekinya."

"Apa? Kau tidak memberitahuku dan mengajakku, Zora?" Tanya Rayyen tak percaya.

"Tadi malam aku ingin memberitahu dan mengajakmu, tapi kau sangat asyik dengan permainan pianomu. Aku tidak berani mengganggu. Jadi sekarang tinggal kau yang belum menyelesaikan teka-teki itu. Jadi kuharap kau fokus." Jawab Rawzora dengan santai.

Rayyen hanya diam dan tidak berniat untuk membalas perkataan Rawzora lagi. Dia sudah lelah mencari gadis yang di tentukan untuknya. "Mungkin, pasanganku bersembunyi di dasar laut yang paling dalam." Gumamnya pelan.

Mereka saling berdiam diri, hening, seperti yang sering mereka lakukan saat sedang memikirkan masalah masing-masing. Sejenak terasa damai bagi Rayyen, tapi kedamaian itu di rusak Bella yang tiba-tiba datang menghampiri mereka berlima seperti sedang di kejar setan.

"Sudah ku duga kalian berada disini." Ucapnya legah.

"Kau kenapa, Bell?" Tanya Ruxe bingung karna melihat rambut Bella berantakan.

"Aku kabur dari si Rendy. Eh, kemana si fahrel?" Tanya Bella ketika menyadari bahwa Farhel tidak ada.

"Dia tadi di panggil sama pak guru berkumis." Jawab Ruxe.

"lalu kenapa si Rayyen suntuk begitu?" Tunjuk Bella ke arah Rayyen.

"Mungkin, kedatanganmu mengganggunya." Kata Rayyora dingin.

Tiba-tiba Rayyen bangkit dari duduknya. Dia berjalan pergi tanpa pamit pada siapapun, seolah-olah tak ada orang.

"Rayyen! mau kemana?" Ucap Bella, dia berjalan cepat menyusul Rayyen.

"Kenapa kau mengikutiku?" Ucap cowok itu tanpa menoleh. 

"Kau kenapa?"

Rayyen menghentikan langkahnya. Dia menoleh pada Bella. "Hei, bodoh. Kau pikir kau mau kemana?"

"Mengikutimu jadi mau kemana lagi?" Kata Bella enteng.

"Aku mau ke toilet. Apa kau mau ikut ke toilet bersamaku, ha?"

"Sejak kapan kau membutuhkan toilet?"

"Sejak aku mengenalmu! Aku harus menyiram kepalaku setiap kali aku berbicara denganmu! Kau selalu membuatku ingin marah. Kau tidak pernah mengerti dengan satu kali ucapan. Jangan ikuti aku lagi, kalau kau tetap keras kepala aku akan mengunci mu di toilet. Percayalah aku sedang tidak bercanda."

Bella hanya diam dan tak mengikuti cowok itu lagi, dia hanya memandangi punggung Rayyen yang menjauh meninggalkannya.

"kenapa dia? Aku cuma ingin menjadi temannya apa itu tidak boleh? Aku suka melihat ekspresi wajahnya saat kesal. Dia lucu dengan tampang wajah yang dingin, kalau marah cerewet seperti nenek-nenek." Batin Bella.

*

avataravatar
Next chapter