8 Bab 8 my first love

Pagi menjelang subuh Syifa bangun dari tidurnya. Ia menoleh jam yang menempel di dinding kamarnya menunjukkan jam setengah empat pagi. Segera Ia buka pintu kamarnya dan mendapati neneknya yang lebih dulu bangun sedang mengerjakan sholat diruangan yang sengaja diperuntukkan untuk beribadah.

Tidak ketinggalan Iapun ambil air wudhu dan menyusul Neneknya.

"Syifa! sudah engkau persiapkan bekal untuk piknikmu hari ini" Tanya nenek sambil beranjak dari dipan usai sholat.

"Sudah nek tinggal beberapa saja yang belum dikemas." Jawab Syifa.

"Maafkan Nenek tidak bisa kasih tambahan uang saku untuk kamu." Kata nenek kepada Syifa.

"Hasil tabungan Syifa sudah cukup untuk bayar tiket dan sisanya buat saku, Nek." Jawab Syifa menghibur. Walau sisa tabungannya tidak seberapa setelah buat bayar tiket bus.

"Jadi kamu ke Bali hari ini?" Tanya Ny Indah kepada Sabda.

"Jadi Ma!" Jawab Sabda singkat.

"Sudah Kamu siapkan bekalmu?" Lanjut Ny Indah menanyakan ke Sabda.

"Sudah Ma, tinggal minta tambahan uang saku saja." Jawab Sabda kembali.

"Iya, nanti Mama transfer ke rekening Kamu ya." Kata Nyonya Indah.

Beberapa Bus telah terparkir di halaman sekolah dan semua siswa sudah berkelompok sesuai rombongan masing-masing

"Syifa! Kamu ikut rombongan bis satu?" Tanya Sabda kepada syifa. Ketika hendak mencari bus rombongan.

"Iya jawab Syifa" sambil mencocokkan nomer tempat duduk.

"Ternyata Kita satu bus." Kata Sabda kepada Syifa.

Bus rombongan itu mulai bergerak melaju pelan satu persatu keluar dari halaman sekolah, setelah sebelumnya panitia melakukan pengecekan kepada seluruh pemumpang termasuk panitia dan crew bus.

Perasaan bahagia terpancar dari wajah-wajah mereka dengan gelak canda dan tawa mengiringi perjalanan mereka.

Dua jam perjalanan telah mereka lalui rasa capek dan kantuk mulai menyerang penumpang satu persatu, tidak jauh beda dengan Dodi. Wajahnya berubah pucat dan keringat dingin keluar. Dia mulai keluarkan minyak angin dan menggosok-gosokkannya kebagian perut, punggung dan leher.

Sepertinya ada yang tidak beres dengan badannya. Tidak berapa lama terdengar suara.

"Hwueeekk.... hhwueeek..." Dia muntahkan seluruh isi perutnya setelah terlebih dulu menyiapkan kantong plastik untuk tempat muntahannya. Seluruh penumpang menjadi panik. Panitia dan crew bus segera menghampiri Dodi melakukan perawatan. Dipijitnya bagian pundak, telapak kaki dan kemudian dikerok bagian punggung.

Keadaan mulai membaik namun apa yang terjadi dengan panitia dan crew bus yang merawat Dodi. Mereka berdua ganti yang muntah setelah Dodi berhasil buang angin beberapa kali. Segera mereka menjauh dari Dodi sembari menutup hidung menahan bau kentut yang membuat mereka harus muntah.

Sampai di tempat Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum bus itu berhenti sekedar mengisi bahan bakar dan istirahat sejenak bagi sopir dan penumpang yang ingin ke kamar mandi.

"Syifa! Aku ke kamar mandi dulu sekaligus mau rileks. Pantat dan punggungku terasa saki." kata Dewi kepada Syifa teman duduk satu bangkunya.

"Iya Kita sekalian turun dari bus cari udara segar di luar." Jawab Syifa.

Sementara Sabda telah lebih dulu turun dari bus menghampiri penjual cilok setelah lebih dulu ke kamar mandi. Sambil menentang dua bungkus cilok Sabda menghampiri Syifa yang duduk menyendiri tidak jauh dari parkir bus.

"Syifa! ini aku bawakan cilok masih hangat juga bumbunya tidak terlalu pedas." Kata Sabda sambil mengulurkan satu bungkus cillok untuk Syifa.

"Terima kasih..." jawab Syifa menerima satu bungkus cilok dan kemudian makan bersama Sabda.

"Sendirian Kamu di sini? mana Dewi?" Tanya Sabda mengawali obrolannya.

"Dia lagi ke kamar mandi, tumben lama." Jawab Syifa sambil menikmati satu bungkus cilok di tangannya.

"Kamar mandinya cuma ada dua sementara yang butuh banyak, jadi ya harus mengantri." Sambung Sabda dalam obrolannya.

Setelah dirasa cukup istirahat perjalanan mulai dilanjutkan. Bus melaju mengikuti mengikuti rute perjalanan. Dan malampun menghampiri suasana perjalalan rombongan wisata itu. Sebagian tertidur ada yang ngobrol ada yang bermain gadged dengan smartphonnya. Lain halnya dengan Syifa. Dia duduk sambil sesekali melihat keluar lewat kaca jendela. Ada kegelisahan dibalik pikirannya dan tatapan mata yang kosong.

Sementara Dewi teman sebangkunya telah tertidur karena capek dan rasa kantuk yang tidak tertahan. Dibalik bangku Syifa ada Sabda yang asyik dengan gadged ditangannya. Sesekali Ia menoleh ke arah Syifa seperti ada yang hendak dikatakannya.

"Syifa! Kamu tidak tidur?" Tanya Sabda kepada Syifa.

Syifa menoleh kearah suara yang tidak asing itu. Ia menatap ke arah Sabda dan menjawab dengan gelengan kepala.

"Kenapa?" Tanya Sabda sambil mendekat kearah Syifa.

"Aku hanya khawatirkan nenekku. Dia sendirian di rumah, pasti kesepian." Jawab Syifa.

"Selain itu?" Tanya Sabda dengan rasa ingin tahu.

"Aku merindukan Ibuku." Jawab Syifa apa adanya.

"Syifa Ibumu tidak jauh darimu, bahkan Ia selalu berdoa untukmu setiap waktu." Kata Sabda menghibur.

"Bagaimana kamu tahu keadannya.?" Kata Syifa, nalarnya mulai berontak.

"Aku bisa kenali Ibumu lewat dirimu. Kamu orang baik dan aku yakin Ibumu juga orang baik. Orang baik selalu berharap orang yang dicintainya akan selalu baik-baik saja." Kata sabda ditengah-tengah obrolannya.

"Hidup terasa asing dan sendiri manakala orang-orang yang dicintainya tidak ada di sisi." Syifa menghela napas berat.

"Syifa! Coba perhatikan lihatlah diriku.! kamu tidak sendiri. Aku ada untuk kamu." Kata Sabda dengan tatapan tajam kearah Syifa.

"Malam telah larut, kita akan sampai ke lokasi esok hari baiknya kita tidur untuk menjaga kebugaran tubuh kita." Kata Sabda menasehati Syifa. Dan dijawab Syifa dengan anggukan.

Pagi menjelang, bus dan rombongan siswa telah sampai ke Bali dan menuju hotel untuk penginapan selama berlibur.

Panitia dan crew bus memberikan arahan agar semua penumpang mempersiapkan diri turun dari bus dan beristirahat sejenak di hotel.

Setelah beberapa saat istirahat dan makan di hotel rombongan bertolak menuju pantai sanur. Rombongan dimanjakan dengan hamparan pantai dan desing ombak yang bersahabat untuk bermain.

Selepas dari pantai sanur rombongan bertolak ke tanah lot. Bukit diantara pantai yang menjulang ke lautan memberikan eksotisme pemandangan dikala sore menjelang. Hingga malam tiba rombongan diajak jalan-jalan ke pasar seni oleh tour guide.

"Syifa! kamu nggak belanja-belanja buat oleh-oleh atau apa gitu?" Tanya Dewi kepada Syifa sambil jalan-jalan di komplek pasar seni.

"Belum ada yang cocok untuk oleh-oleh Nenekku di rumah." jawab Syifa. Syifa dan Dewi berjalan beriringan sambil melihat-lihat kerajinan yang di tawarkan para pedagang.

Tiba saat rombongan kembali masuk bus dan bertolak ke hotel. Sabda dan Doni menghampiri Syifa yang berjalan kembali ke bus rombongan.

"Syifa! Aku nitip oleh-oleh untuk Nenek dirumah dan ini untuk kamu, mohon diterima.! Kata sabda sambil memberikan dua bungkusan kepada Syifa.

"Apa ini?" Tanya Syifa kepada Sabda.

"Ini selendang untuk nenek dan ini kalung dari kayu cendana untuk kamu. Buka dan pakailah." Pinta Sabda kepada Syifa. Syifa membuka bungkusan itu dan ia dapati sebuah kalung cantik dari kayu cendana sebagaimana yang dikatakan Sabda dan kemudian ia memakainya.

"Tuh kan kamu tambah cantik pakai kalung itu." Kata Sabda kepada Syifa.

"Ah, bisa aja kamu, makasih kalungnya." Kata Syifa kepada Sabda.

"Nampaknya waktu kita di sini sudah habis itu sudah ditunggu sama rombongan di parkiran bus." Kata Doni kepada Sabda dan teman-temannya.

Segera mereka bergegas menuju bus rombongan untuk kembali ke hotel.

avataravatar
Next chapter