20 Bab 20. Serpihan Hati Yang Hilang(6)

Sudah satu minggu lebih Raja masih terbaring di tempat tidur rumah sakit. Ia mulai sadar dengan apa yang terjadi pada dirinya. Namun anggota tubuhnya terasa berat untuk digerakkan bahkan mati rasa. Bahkan makan dan minum harus ada yang membantunya.

"Bagaimana Dok keadaannya?" Tanya Pak Karta kepada dokter yang baru saja memberikan pemeriksaan rutin kepada Raja.

"Keadaan Raja setiap hari semakin membaik. Hanya saja saya tidak bisa memberikan jawaban yang memuaskan kepada Bapak. Ada saluran syaraf menuju ke otak yang rusak. Jadi bisa berakibat kelumpuhan atau strok kepada penderitanya." Terang dokter kepada Pak Karta.

"Apa tidak ada cara lain untuk memulihkan lukanya dok?" Tanya Pak Karta

"Lukanya mungkin bisa pulih Pak, tetapi kerusakan syaraf yang menimpa Raja sangatlah fatal. Mungkin besok atau lusa Raja bisa pulang. Lanjut rawat jalan di rumah." Terang dokter.

Di lain waktu dalam suasana yang sedih Syifa tinggal sendiri di rumah. Tidak ada yang bisa diajak ngobrol atau apalah. Kesepian yang harus dijalani membuatnya kian tersiksa.

"Syifa bersabarlah Nak, semua orang punya jalan hidup dengan takdir masing-masing. Pesan Bibi, jadilah pemenang sebagai manusia yang punya harapan dan ridho dengan takdir yang telah digariskan oleh yang maha kuasa." Kata Bi Jum menasehati.

"Iya Bi, tetapi berat sekali terasa hidup ini tidak ada orang tua dan keluarga." Kata Syifa sambil nangis sesenggukan.

"Setidaknya kamu masih punya tetangga dan teman-teman yang bisa menemani dalam hidup kamu sehingga kamu tidak merasa kesepian." Tukas Bi Jum dan berjalan pulang hendak mengambil sesuatu.

"Syifa, hari ini Bibi masak ikan cukup banyak hasil panen dari kolam belakang rumah dan ini sengaja bibi sisihkan untuk Syifa." Kata Bi Jum kepada Syifa sembari menghiburnya.

"Terima kasih Bi, jadi merepotkan Bibi." Kata Syifa.

"Tidak Syifa, justru bibi senang kamu kembali riang tidak murung lagi. Sudah ya Syifa Bibi tinggal dulu mau pergi bantu paman ke sawah." Kata Bi Jum sambil meninggalkan Syifa sendiri di rumah.

Sementara Pak Karta dan Ny Indah pagi itu sudah berada di rumah sakit untuk menjemput Raja yang dijadwalkan akan pulang hari ini.

"Bagaimana dok, bisa diizinkan pulang hari ini." Kata Pak Karta untuk meyakinkan.

"Tentu bisa pak, kesehatannya pun semakin membaik. Hari ini sudah bisa diajak ngobrol sedikit-sedikit. Setelah di rumah nanti jangan lupa kontrol yang sudah dijadwalkan dan juga obatnya harus diminum sampai habis." Kata dokter kepada Pak Karta.

Setelah beberapa waktu mengurus adminiatrasi rumah sakit Raja yang berkursi roda dan didampingi kedua orang tuanya bertolak dari ruang perawatan dan berjalan keluar melewati lobi ruang tunggu hingga sampai pada pintu keluar rumah sakit.

"Ma, Aku ambil mobil dulu di parkiran, Mama jagain Raja dulu di sini." Kata Pak Karta kepada Ny Indah.

"Iya Pa, jangan lama-lama, nggak nyaman nunggu di pintu keluar dengan kondisi Raja seperti ini." Terang Ny Indah kepada Pak Karta.

Pak karta segera bergegas menuju mobil di tempat parkir tidak jauh dari pintu keluar rumah sakit. Tidak berapa lama mobil sudah berada disamping Ny Indah dan Raja. Merekapun segera masuk ke mobil dan berjalan pulang.

Tidak banyak obrolan diantara mereka kecuali agar cepat sampai di rumah dengan harapan Raja bisa istirahat lebih nyaman di rumah. "Jangan ngebut Pa! hati-hati lagian sebentar lagi juga sampai di rumah."

"Iya ma." Jawab Pak Karta kepada Ny Indah.

Dan kemudian sampailah mereka di depan rumah. Segera Bi Inah datang menghampiri mereka.

"Nak Raja diajak pulang sekarang Bu? Syukurlah." Sapa Bi Inah kepada Ny Indah ketika bertemu di pintu masuk gerbang rumah.

"Iya Bi." Jawab Ny Indah singkat.

Pak Karta berhentikan mobil didepan pintu rumah dengan maksud mempermudah Raja turun dari mobil dan bisa langsung masuk rumah baru memarkirkan mobilnya di carport yang berada disamping rumah.

Bi Inah kembali datang dan menghampiri Raja dengan membantu mendorong kursi roda agar berjalan masuk rumah.

"Mau Mama antar sampai ke kamar atau mau bersantai di ruang tengah dulu Raja?" Tanya Ny Indah kepada Raja.

"Raja pengen disini dulu Ma." Jawab raja dengan suara lemah kurang jelas.

"Bu Nak Raja buatkan makanan apa?" Tanya Bi Inah kepada Ny Indah.

"Buatkan bubur saja dulu Bi dikasih sayur sama telur rebus." Jawab Ny Indah.

Sementara Syifa dalam malam yang semakin larut masih membaca buku pelajarannya. Dia tidak mau menyianyiakan kesempatan agar lulus ujian dengan nilai yang memuaskan. Berharap bisa mendapat beasiswa untuk masuk perguruan ringgi. Tidak ada pilihan lain untuk bisa lanjut kuliah kecuali dengan beasiswa karena tidak ada biaya.

Tidak Jauh beda dengan Sabda, dia harus kerja keras agar mendapatkan nilai yang memuaskan. Dia tidak ingin mengecewakan hati kedua orang tuanya yang mengharapkan dirinya bisa kuliah ke luar negeri sebagaimana kakaknya.

"Sabda, sudah larut malam tidurlah! Besok kamu ada ujian." Nyonya Indah memperingatkan putranya.

"Iya, Ma." Jawab Sabda sambil membereskan buku-buku pelajarannya.

Ny Indah berjalan menuju tempat tidur Raja yang berada diruang tengah. Hal itu lebih memudahkan bagi keluarga untuk mengawasi dan menjaganya.

Menjadi kesibukan yang baru bagi Ny Indah dan keluarga untuk menjaga Raja. Bi Inah sudah sibuk dengan pekerjaan sehari-hari. Sepertinya kasihan jika ditambah dengan menjaga Raja sehari-hari.

"Nak Raja Ingin Bibi masakan apa hari ini" Tanya Bi Inah kepada Raja.

"Apa aja Bi asal jangan yang keras-keras, kepala terasa nyeri jika untuk mengunyah makanan sedikit keras." Kata Raja kepada Bi Inah.

"Baiklah Bibi masakan bubur aja sama sayur dan telur rebus seperti biasanya." Bi Inah baru akan beranjak ketika Raja menjawab pertanyaannya.

"Sekali-kali jangan bubur Bi, Raja bosen sehari-hari makan bubur." Jawab Raja.

"Bagaimana kalau Bibi bikinkan nasi tim sama bandeng presto." Lanjut Bi Inah menawarkan.

"Bolehlah Bi jangan lupa kasih sayur tapi tidak pedas." Jawab Raja.

Hari demi hari Raja lalui diatas kursi roda dengan tubuh yang lemas tidak berdaya. Satu persatu anggota tubuhnya dicoba untuk digerakkan namun berat terasa.

"Nak Raja, mau Bibi antar ke teras depan untuk dapatkan udara segar di sana?" Bujuk Bi Inah yang melihat Raja tampak murung di atas kursi rodanya.

"Apa Bibi tidak capek urus semua kerjaan rumah masih ditambah urus saya yang malang ini." Kata Raja dengan nada kesal.

"Jangan begitu Nak Raja, apa yang menurut kita buruk belum tentu bagi Tuhan sebuah keburukan dan sebaliknya apa yang menurut kita baik belum tentu baik menurut Tuhan." Kata Bi Inah menasehatkan.

"Tetapi apa yang bisa diperbuat dengan tubuh di atas kursi roda." Bantah Raja dengan nada putus asa.

"Nak Raja, Dulu ketika Bi Inah kehilangan keluarga dan hidup seorang diri Bibi seperti manusia yang rapuh, tidak berguna dan tiada arti. Namun setelah Bibi merenung dan menyerahkan semuanya kepada Tuhan bahwa

Semua hanya titipan dariNya kapan datang dan kapan pergi kita tidak pernah tahu maka beban hidup menjadi ringan." Kata Bi Inah menasehati Raja.

avataravatar
Next chapter