1 Prolog

"Apa kau percaya dengan harapan?."

***

Heian-kyo.

Seorang pria nampak kehabisan nafas-ia berjalan perlahan menggunakan bantuan dari pedangnya, perlahan ia juga merangkak pada rerumputan yang hijau bercahaya terkena terpaan cahaya rembulan. Tangannya perlahan meraba dahan besar pohon sakura yang berdiri dengan kokoh dan anggun yang berada di depannya.

Angin berhembus lembut menggugurkan kelopak-kelopak bunga sakura yang berwarna merah muda cerah itu.

Sosok pria dengan pakaian suikan berwarna putih dengan karaginu yang di bagian kerahnya berbentuk bundar, atau sering disebut dengan agekubi di zaman Heian itu bersandar lelah pada dahan pohon sakura.

Nafasnya cepat dan berat. Beberapa noda hitam menyelimuti bagian bagian tertentu di tubuhnya dan pakaiannya yang sobek di beberapa bagian, namun noda hitam yang menempel itu bukanlah noda yang berasal dari lumpur ataupun tanah. Noda merah pekat pun ikut andil mewarnai pakaian berwarna biru cerahnya-meninggalkan bercak bercak noda yang membuat orang yang melihatnya bergidik ngeri.

Ia menghela nafas ringan mencoba tenang, matanya yang mulai memburam terpejam sesaat menikmati setiap hembusan angin musim semi yang melewatinya. Kemudian ia Kembali membuka matanya Kembali hanya untuk melihat kelopak sakura yang behasil ia tangkap di tangannya.

Pria itu kemudian tersenyum lembut dengan segala kerumitan di baliknya.

Sinar rembulan malam itu pun begitu lembut menyinari senyum menawan pria tersebut.

"Aku sudah mencapai batasku ya?," pria tersebut berguman pelan dengan tetap tersenyum dan kembali memejamkan matanya yang meredup.

"Maaf ya, hanya sampai saat ini saja," pria itu masih berguman, kali ini matanya terbuka lagi sebentar hanya untuk menatap rembulan, dengan banyak kelopak sakura yang menari bersama hembusan angin malam.

Pria tersebut kembali menutup matanya setelah dirasa cukup untuk melihat pemandangan malam ini tanpa menghilangkan senyum lembutnya dan ia berbisik pada angin,"Terimakasih…"

Pria itupun tertidur dan memejamkan matanya untuk selamanya dibawah pohon sakura yang berguguran dengan bermandikan cahaya bulan. Meninggalkan jejak cahaya kemerahan yang menyelimuti seluruh tubuhnya lalu cahaya itu lenyap bersamaan dengan dirinya yang juga menghilang dan pergi meninggalkan hidupnya.

"Sakura yang mudah berguguran, dan Manusia yang mudah mati. Bukankah keduanya sama-sama Rapuh..?" guman seseorang yang hanya bisa memperhatikan pria yang tertidur dalam damai itu setelah mempertaruhkan nyawanya lalu menghilang Bersama hembusan angin musim semi yang tidak akan pernah ia lupakan.

***

16 abad telah berlalu…

Kyoto – Jepang.

"Mei!. Melamun lagi… pasti mikirin Haru senpai!. Ayo ngaku!, kalian bertemu pagi ini di gerbang sekolah kan…" ucap Makoto.

Gadis dengan rambut panjangnya yang berwarna merah muda cerah hanya tersenyum mendengarkan perilaku salah satu teman sekelasnya yang akrab dengannya, yaitu Makoto Yorimitsu. Saat mengetahui nama belakang Makoto, fikiran gadis yang bernama Somei Yoshino dengan panggilan nama Mei itu melayang ke suatu masa dan kejadian yang baru saja terjadi pagi ini dimana ia bertemu dengan Ichiru Haru, kakak kelasnya yang berada di kelas 3-A dimana kelasnya tepat di samping kelasnya Somei dimana ia kelas 2-B.

"Sakura artinya harapan. Dan tali merah ini adalah penghubung harapan kita berdua, jadi jangan sampai talinya putus ya."

Somei menyentuh jepit rambutnya yang berbentuk bunga sakura berwarna senada dengan rambutnya dengan dua tali berwarna merah menggantung disana. Somei masih dapat mengingat suara dan kata-kata seseorang yang memberikannya jepit rambut sakuranya itu. Sebuah ingatannya mengingat sesuatu dimana dua jari kelingking mereka saling tertaut dan mereka saling membuat janji dimana janji itu tidak pernah terpenuhi.

Somei ingat pertemuan pertamanya dengan pria itu. Dibawah pohon sakura yang bermekaran saat Somei kehilangan kucingnya yang sangat Somei sayang dan ia menguburkannya di bawah pohon sakura, dan saat itulah ia datang menghampiri Somei dan menghibur dirinya yang sehabis menangis dengan mengatakan beberapa perkataan yang menurutnya konyol namun dengan bodohnya Somei ingin mempercayai itu.

"Jika kau dapat mendapatkan tiga kelopak sakura yang gugur saat angin berhembus, dan kau tepat berada di bawah pohon sakura itu. Buatlah permohonan, dan harapanmu akan terkabulkan lho… jangan sedih dan buatlah harapan baru, ya."

Somei mendongak ke atas karena ia duduk untuk makan siang di jam istirahatnya tepat dibawah pohon sakura. Angin pun berhembus dan menggugurkan banyak kelopak sakura, dan ia pun menangkap tiga kelopak sakura yang berguguran itu lalu menggenggamnya dengan erat dan membuat harapan.

Somei menutup matanya,"Sakura… sakura… sakura… kabulkanlah permohonanku. Aku harap bisa bertemu dengannya lagi," batin Somei sambil menyebutkan nama sakura tiga kali seperti sebuah mantra. Lantas setelah ia memohon, ia hanya tersenyum getir saat melihat kelopak sakura di tangannya telah hilanag tanpa sisa.

"Bodoh. Aku berharap apa sih?," guman Somei, "Sakura sudah menghilang. Bagaimana aku bisa membuat harapan dengan kelopak-kelopak sakura ilusi ini?," guman Somei lagi.

Somei melanjutkan makan bentonya hingga ia tersadar ia lupa membeli minum di kantin, "Makoto. Aku ke kantin dulu ya, beli minum," ucap Somei pada Makoto.

"Mei-chan, aku titip yakisoba dan melonpan!," ucap Yui Yasumasa.

"Aku titip ochaa!," ucap Tsuki Tsuna.

"Iya-iya. Kalian berisik. Aku traktir hari ini," ucap Somei pada kedua temannya yang ceria itu dimana mereka berempat selalu istirahat makan siang dibawah pohon sakura palsu yang mekar sesuai musim biasanya mekar.

"Ya, benar. Semua sakura ini adalah palsu karena semua sakura yang asli telah menghilang dan hanya menyisakan aku seorang diri," batin Somei dimana ia sendirilah yang membuat ilusi pohon sakura di seluruh dunia tanpa ada yang tau dia yang menciptakan itu agar orang-orang tidak kehilangan harapan mereka.

Mari berkenalan lagi denganku. Namaku adalah Somei Yoshino, lebih tepatnya itu adalah nama dari seorang gadis yang tubuhnya sekarang menjadi milikku juga beberapa ingatannya akan janjinya pada seorang pria yang memberikannya jepit rambut sakura padanya, dan ia mempercayakan janjinya padaku dan untuk berterimakasih padanya karena memberinya harapan di hidupnya yang singkat.

Benar, gadis bernama Somei Yoshino itu telah meninggal, dan ia dengan senang hati meminjamkan tubuhnya pada seorang roh sakura yang tidak memiliki nama itu, namun ia memiliki seseorang yang selalu merawatnya dengan baik. Dia adalah tuannya yang juga seorang onmyouji yang sangat terkenal di era ini.

Abe no Seimei adalah tuannya yang merawatnya dengan penuh kasih sayang hingga ia menjadi pohon sakura yang sangat lebat dan cantik dan menjadi tempatnya untuk berteduh dan beristirahat bahkan sampai akhir hayatnya, setelah ia membuat nyawanya menjadi segel iblis Shuten doji yang menghancurkan keseimbangan dunia, yaitu yin yang dan membuat berantakan Feng shui yang dapat memperbaiki kehidupan dengan menerima qi positif.

Namun karena keseimbangan hancur, dan feng shui berantakan membuat pohon sakura yang sebagai sumber energi qi positif menghilang. Somei merasa jika Shuten doji telah merusak segelnya, dan ia pun harus mencari reinkarnasi masternya untuk memperbaiki Kembali keseimbangan dan menyegel Kembali raja iblis shuten doji yang akan membawa kegelapan pada dunia yang telah kehilangan Sebagian besar qi positifnya.

"Aku harus cepat mencari reinkarnasi master!," batin Somei berharap penuh keyakinan dimana karena sangat bersemangat, dirinya pun tidak sadar berjalan terlalu cepat dan menabrak seseorang di depannya.

"Ah. Maaf!," ucap Somei langsung menunduk meminta maaf.

"Yoshino-san?, kita bertemu lagi…" guman orang yang ditabrak Somei yang ternyata adalah Haru dimana orang itu sudah menjadi khas di ingatan Somei karena sanagat familiar dengan orang yang harus ia temui dan menebak-nebak, apakah ia orangnya?.

"Se-senpai!?."

***

Seorang pria berjalan menyusuri jalan beraspal dimana berderet banyak pohon sakura yang bermekaran dengan indah.

"Sakura…"

"Aku tidak tau, sejak kapan aku mulai menyukainya"

"Juga, membencinya..."

Pria itu merasakan terpaan lembut angin musim semi yang berhembus menerbangkan kelopak-kelopak sakura yang kemudian ia tangkap beberapa helai di tangannya, lalu menatapnya dengan perasaan yang rumit dijelaskan, namun yang jelas ia tidak menyukai benda yang berada di tangannya itu.

"Aku menyukainya, mungkin karena ia indah…."

"Namun, aku juga membencinya karena keindahan itu tidak bertahan lama dan sangat rapuh."

"Bahkan, aku tidak bisa memetiknya ataupun meraihnya, sebelum Ia berguguran."

"Tapi… aku tidak bisa membohongi diriku bahwa aku lebih menyukainya, karena aku tau ia bisa membuat banyak orang tersenyum bahagia hanya dengan memandangnya."

Wushhh….

Angin pun Kembali menerpa dan membuat kelopak sakura di tangannya menghilang, namun bukan karena diterpa angin melainkan lenyap begitu saja karena kelopak sakura yang ia genggam bukanlah sakura yang asli, karena sakura yang asli sudah lama menghilang dari hidupnya.

"Haru senpai!," panggil seseorang dengan nafas yang terengah-engah dari belakang orang yang ia panggil karena telah berlari mengejarnya, "aku ingin bicara sesuatu…," ucapnya memberanikan dirinya.

***

avataravatar
Next chapter