10 Sumur Tua

Sepulang sekolah, Bimo dan teman-teman lainnya langsung pergi menuju ke rumah Dani.

Mereka tidak lupa juga untuk mampir membeli buah-buahan.

Setibanya mereka di rumah Dani, mereka langsung masuk ke kamar Dani.

"Lo udah baikan sekarang Dan?" tanya Bimo mengedarkan pandangannya ke seluruh kamar Dani.

"Seperti yang lo lihat lah. Udah baikan kok, besok juga udah mulai masuk kuliah lagi."

"Bagus deh kalau gitu. Btw, gimana sih kejadiannya? Kok lo bisa ketabrak gitu?" tanya Bimo mulai penasaran.

"Gue juga nggak tahu. Gue itu lagu tidur, terus gue ngelindur kali ya, sampai ke jalan raya. Tahu tahu gue udah tergeletak aja di pinggir jalan."

Dani terpaksa harus kembali berbohong karena dia tidak mau arwah Yoga akan semakin mengganggunya jika Dani menceritakan kejadian yang sebenarnya kepada teman-temannya.

"Ya ampun... Ngelindur kok bisa sampai ke jalan raya? Oh iya, tadi Rizal juga cerita sama kita. Kalau akhir-akhir ini dia jadi lebih sering didatangi arwah Yoga," ucap Bimo pelan.

Mendengar kalimat Bimo tadi, keringat dingin Dani jadi mulai mengucur. Bulu kuduknya mulai berdiri dan tengkuknya kembali terasa dingin.

Ternyata bukan hanya dirinya saja yang didatangi eh arwah Yoga, namun Rizal juga kerap dihantui arwah berwajah hancur itu.

Dani terdiam sejenak, lalu mengerutkan keningnya seakan tidak pernah terjadi sesuatu pada dirinya.

"Mungkin itu hanya halusinasi Rizal aja, kebanyakan nonton film horor dia," cetus Dani tersenyum.

"Tapi kelihatannya dia serius Dan. Dia aja sampai ketakutan gitu," Bimo tetap kekeh.

"Cuma perasaan kalian aja kali. Rizal kan memang gitu orangnya."

"Kalau lo sendiri gimana? Lo nggak pernah didatangi arwah Yoga? Secara kan lo sahabatnya?" tanya Bimo menatap mata Dani yang mulai terlihat gugup.

"Nggak lah. Mana mungkin dia datangi gue. Orang yang udah mati tuh nggak mungkin bisa hidup kembali terus gentayangan ke sana kemari," kata Dani untuk meyakinkan teman-temannya.

Bimo memilih diam dan mengalah, daripada harus memperpanjang perdebatan ini.

"Ya udah deh, gue sama teman-teman mau balik dulu deh. Kita tunggu besok di kampus ya. Jangan lupa tuh buahnya juga dimakan."

Dani mengangguk dan menjabat tangan mereka satu per satu.

Sebenarnya Dani masih ingin mereka tetap berada di sini untuk menemaninya di kamar ini. Karena semenjak kedatangan Yoga di kamar ini, Dani jadi mulai sering parno dan ketakutan sendiri.

Semua teman temannya pun pulang meninggalkan Dani di dalam kamarnya sendirian. Dia mulai kembali merasakan aura mistis di ruangan ini.

Dani mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut kamarnya itu. Namun tidak ada hal yang aneh di sana.

Dani lalu mencoba untuk mengambil satu buah jeruk yang ada di atas mejanya. Namun tangan Dani tak sampai karena jaraknya yang terlalu jauh dan tangan Dani juga masih sakit akibat kecelakaan itu.

Ketika tangan Dani mulai menjulur ke meja itu, tiba-tiba satu buah jeruk ada di atas telapak tangannya. Padahal Dani merasa kalau tangannya belum sampai di meja tersebut.

Dani mulai merasa ada yang aneh di ruangan ini. Lalu dia perlahan menoleh ke arah meja itu, dan benar saja.

Ada sosok Yoga yang sedang duduk di sebelah kanannya, dia juga yang sudah mengambilkan buah jeruk itu dan meletakkannya ke atas telapak tangan Dani.

"Yo... Yoga?" teriak Dani mulai gemetaran.

Keringat dingin mulai mengucur membasahi seluruh tubuh Dani.

"Mau apa lo? Kenapa lo datang lagi? Mau ngapain? Apa sebenarnya yang lo inginkan Yoga?" tanya Dani sambil menutup wajahnya dengan bantal.

Dani sangat ketakutan, wajah Yoga yang setengah hancur itu membuat Dani tak berani untuk menatap ke depan.

"Pembunuh... Pembunuh harus mati bersamaku!" hanya itu kalimat yang selalu keluar dari mulut Yoga ketika dia datang.

Dani semakin ketakutan, dia berteriak dan menutupi seluruh wajahnya dengan bantal dan selimut.

Karena sudah tidak tahan lagi dengan rasa takutnya, Dani sampai jatuh pingsan di dalam kamarnya.

Dia tidak sadarkan diri hingga keesokan harinya.

***

Pagi ini, Dani berniat untuk mulai masuk kuliah setelah beberapa hari dia izin karena sakit akibat kecelakaan yang menimpanya.

Setibanya di kelas, Dani mendapati ruangan kelasnya masih kosong. Belum ada satu teman pun yang datang ke kampus pagi ini.

Untuk mengusir kesepian di dalam kelas, Dani memilih untuk mendengarkan musik dengan earphone yang menempel di telinganya itu.

Bimo duduk sendirian di taman belakang kampus, yang jaraknya sedikit jauh dari kelasnya.

Dia duduk sambil mengisap rokok di tangannya. Sesekali cowok itu menghembuskan rokoknya ke udara lalu membuang sisa batang rokoknya ke tanah dan menginjaknya sampai mati.

Ketika Bimo ingin kembali ke kelasnya, dia melihat ada sesuatu yang tertutup dengan kayu di depan sana. Taman ini memang jarang didatangi okeh mahasiswa lain karena tempatnya yang terkenal angker.

Merasa penasaran, Bimo mendekat ke arah benda itu. Lalu dia membuka penutup kayunya itu. Dan ternyata itu adalah sebuah sumur tua yang sudah lama tidak pernah digunakan lagi.

Sumur itu masih terlihat berisi air, ketika Bimo menengok ke arah dalam sumur itu, dia bisa melihat dengan jelas bayangan wajahnya yang bulat di sana.

Namun tidak berselang lama setelah Bimo membuka sumur itu, tiba-tiba buku kuduknya kembali berdiri. Dia merasa dingin di bagian tengkuknya.

"Kenapa gue merinding ya?" kata Bimo sambil mengusap tengkuknya itu.

Lalu Bimo berniat untuk menutup kembali sumur tua itu, namun betapa terkejutnya Bimo ketika ia melihat bayangan wajah yang setengah hancur di atas air sumur itu.

Sontak hal itu membuat Bimo kaget bukan main, jantungnya langsung berdetak dengan kencang.

Bimo mengucek matanya karena merasa tidak percaya dengan apa yang baru saja dia lihat di dalam sumur itu. Namun ketika kembali melihat ke dalam sumur itu, tidak ada apapun lagi di sana.

"Cuma perasaan gue aja kali ya," kata Bimo menutup kembali sumur tua itu dengan sebatang kayu tadi.

Bimo lalu melangkah kembali menuju ke kelasnya.

Suasana di taman belakang itu sudah semakin mencekam dan membuat Bimo jadi merasa takut untuk berlama lama di sana.

Bimo berjalan menyusuri ruangan demi ruangan di kampus itu.

Namun langkahnya tiba-tiba berhenti ketika dia berdiri tepat di depan sebuah ruangan laboratorium yang sudah lama sekali kosong dan tidak digunakan itu.

Bimo merasa ada yang aneh dari dalam ruangan itu.

Namun ruangan ini sudah bertahun tahun tidak digunakan lagi. Rasanya sangat mustahil jika tiba-tiba sekarang ada orang di dalam sana.

Bimo mendengar seperti ada suara gaduh dari dalam ruangan tersebut. Lalu ia mencoba untuk memberanikan diri mendekati ruangan itu dan memastikan suara apa yang dia dengar tadi.

avataravatar
Next chapter