11 Pergi Ke Dukun

Ketika sampai di depan ruang laboratorium, Bimo mendengar suara hentakan kaki dari dalam. Karena semakin penasaran, maka Bimo memutuskan untuk masuk ke ruang itu namun nihil tak ada siapapun di dalam sana.

Bimo akhirnya kembali melangkah keluar, namun ketika kakinya baru sampai di depan ruang Laboratorium, tiba-tiba lampu ruangan itu mati. Lalu nyala, mati kembali dan nyala. Begitu seterusnya sampai beberapa kali.

Bulu kuduk Bimo semakin merinding, dia mengelus tengkuknya yang dingin lalu melanjutkan langkahnya untuk segera keluar dari ruangan itu.

Namun sayangnya pintu itu malah terkunci, dia tidak bisa keluar dari dalam ruangan Laboratorium yang sudah lama tidak terpakai itu.

Bimo terus mencoba membukanya namun pintu itu tetap tidak bisa dibuka.

Bimo menggedor pintunya, berharap ada seseorang yang bisa membantunya, namun nihil. Tak ada satu orang pun yang lewat di depan ruangan itu dan bisa menolong Bimo keluar dari sana.

Bimo semakin gemetaran, keringat dingin mulai mengucur membasahi semua tubuhnya.

Dia mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut ruangan itu.

Suasana semakin mencekam ketika lampu kembali padam. Tapi Bimo masih belum bisa keluar dari sana.

Kreeeek

Kreeeek

Bimo terus mencoba membuka paksa pintunya, namun tetap tidak bisa terbuka juga.

"Tolong..." suara teriakan Bimo dari dalam ruangan tersebut.

Bimo menggedor pintunya, dan lampu kembali menyala.

Namun ketika dia membalikkan badannya ke belakang, dia dikejutkan dengan sosok Yoga yang sudah berdiri tepat di belakangnya.

Sosok Yoga yang berwajah setengah hancur itu terus berjalan mendekati Bimo.

"Mati! Harus mati! Pembunuh harus mati!"

"Please... Jangan ganggu gue!" Bimo melangkah mundur hingga pintu itu bisa kembali dibuka.

Bimo langsung lari meninggalkan ruangan itu. Namun sialnya, dia malah terpeleset di anak tangga dan membuatnya terjatuh ke lantai dasar.

Sosok Yoga masih terus mengikutinya hingga turun ke anak tangga.

Bimo yang sudah kesakitan akibat terjatuh tadi tidak bisa lagi melarikan diri dari sosok menyeramkan itu.

"Tolong... Jangan ganggu gue!"

Bimo memejamkan matanya karena takut setengah mati.

Lalu tidak berselang lama, ada seseorang yang menepuk bahu Bimo dari belakang.

Sontak hal itu membuat Bimo jadi terkejut dan berteriak sambil menutup wajahnya dengan kedua tangan.

"Aaa..."

"Hei... Ini gue!" suara Dani dari belakang kembali menepuk bahu Bimo.

Bimo menoleh dan akhirnya bisa bernafas lega karena dia bisa terbebas dari gangguan sosok Yoga yang menyeramkan itu.

"Lo kenapa sih? Kok duduk di sini? Kaya orang ketakutan gitu?" tanya Dani dengan wajah yang kebingungan.

"Gue tadi didatangi sama Yoga, Dan."

"Lo serius? Siang siang begini?" tanya Dani mengernyitkan keningnya.

"Iya. Gue serius. Tadi di sumur belakang kampus, terus di dalam laboratorium ini juga dia datang lagi. Wajahnya serem, separuh wajahnya itu hancur dan penuh darah," kata Bimo bergidik merinding ketika mengingat penampakan wajah Yoga tadi.

Dani semakin mengernyitkan keningnya, dia bingung kenapa Yoga menghantui semua teman-temannya. Padahal akibat kematian Yoga itu adalah Dani. Namun Yoga tak hanya menghantui Dani tapi semua teman yang lain juga ikut didatangi oleh arwah Yoga.

Dengan wajah yang masih ketakutan, Bimo dan Dani kembali berjalan menuju ke kelasnya.

Mereka disambut oleh Rizal yang sedang mengobrol di dalam kelas.

"Kenapa lo? Pucat banget mukanya," ujar Rizal melirik ke arah Bimo yang masih kelihatan sangat ketakutan itu.

"Gue didatangi arwah Yoga," kata Bimo pelan.

"Hah? Serius lo? Ia juga datangin lo?" tanya Rizal berteriak seolah tak percaya dengan ucapan Bimo tadi.

Bimo mengangguk lalu duduk di tempat duduknya karena kalinya sudah sangat lemas.

"Dan, kayanya gue harus ke dukun deh. Gue juga udah nggak tahan kalau setiap malam harus didatangi sama arwah Yoga yang menyeramkan," ujar Rizal melirik ke arah Dani yang dari tadi hanya diam di tempat duduknya itu.

Dani tak dapat berkomentar, karena dia takut kalau Rizal datang ke dukun. Lalu dukun itu bisa melihat kejadian yang sebenarnya, dan dukun itu membongkar kepada semua orang kalau Dani adalah penyebab kecelakaan dan kematian Yoga.

"Hei, Dan. Lo setuju nggak kalau kita ke dukun?" tanya Rizal membuyarkan lamunan Dani.

"Nggak ah. Kalian aja ke sana. Gue nggak percaya sama dukun dukunan."

Rizal mendengus kan nafasnya dengan kasar.

"Ya udah, kalau gitu nanti gue sendiri aja yang akan pergi ke dukun."

"Gue ikut!" sahut Bimo dengan penuh semangat.

***

Sepulang dari kampus, Rizal dan Bimo mulai mencari rekomendasi dukun yang bisa membantu mereka mengatasi masalah ini.

Mereka pergi menuju ke sebuah desa yang katanya di desa itu tinggal seorang laki-laki paruh baya yang terkenal dengan ilmunya.

Dia biasa disebut dengan dukun.

Orang-orang biasa memanggilnya jika ada gangguan gangguan makhluk ghaib di rumah mereka.

"Lo yakin ini tempatnya?" tanya Bimo merasa tidak enak.

"Sepertinya begitu," Rizal pun tidak percaya diri namun tetap mendekat ke arah sebuah rumah tua yang nampak tidak berpenghuni itu.

"Gue kok merinding ya," kata Bimo mengelus tengkuknya.

"Udah, ayo! Masuk aja," kata Rizal pelan.

Mereka berdua pun kini sudah berdiri di depan pintu rumah tua yang menyeramkan itu.

Belum sempat tangan mereka mengetuk pintunya, tiba-tiba pintu terbuka dengan sendirinya.

"Masuk!"

Suara pria dengan nada tinggi terdengar ketika Bimo dan Rizal ingin mengetuk pintunya.

Dengan langkah pelan dan ragu-ragu, mereka pun masuk ke dalam ruangan yang gelap dan hanya ada cahaya api lilin di dalam ruangan itu.

Bimo dan Rizal mengedarkan matanya ke seluruh isi rumah tersebut.

Namun mereka tidak melihat ada orang di dalam sana.

Mereka terus berjalan. Langkah demi langkah mereka teruskan hingga bisa bertemu dengan dukun yang biasa dipanggil Ki Romo.

Sampai di ruang tengah, mereka pun akhirnya bisa menemukan keberadaan Ki Romo di sana.

Dia sedang duduk ditemani dengan cahaya lilin dan sesajen yang mengelilinginya.

"Duduk!" katanya dengan lantang.

Bimo yang ketakutan malah berlindung di balik punggung Rizal.

Melihat wajahnya yang seram, membuat Bimo rasanya ingin sekali lari dari tempat ini.

"Ada apa mencari ku?".

Rizal dan Bimo pun duduk di depan Ki Romo dengan kaki bersila dan pandangan yang tak hentinya memperhatikan wajah Ki Romo yang seram.

Mulutnya komat kamit seperti sedang membaca mantra.

"Begini Ki, kami datang kemari untuk meminta bantuan Ki Romo mengusir hantu yang belakangan ini sering menghantui kami. Dia itu teman kuliah kami. Dia meninggal dunia karena kecelakaan motor. Dan sekarang arwahnya sering gentayangan menghantui kami. Kami sudah tidak tahan lagi Ki."

Ki Romo mengangguk anggukan kepalanya sambil terus komat kamit membaca mantra yang mereka pun tidak mengerti.

avataravatar
Next chapter