13 Masih Selamat

Masih nampak sangat jelas di dalam benak Bimo bahwa dia tadi menabrak sesuatu di depan mobilnya. Namun ketika Bimo turun dan mengecek ke depan, tidak ada apapun di sana. Bimo jadi bergidik merinding. Lalu apa yang dia lihat tadi dan sempat tertabrak mobilnya?

Bimo kembali masuk ke dalam mobil dan segera melajukan mobilnya dengan kencang.

"Kenapa lo? Kok tiba-tiba berhenti tadi?"

Bimo menoleh ke arah Rizal, karena sepertinya Rizal tidak melihat sesuatu yang tadi tertabrak oleh mobil Bimo.

"Lo tadi nggak lihat sesuatu ketabrak mobil gue?"

Rizal menggelengkan kepalanya dan mengerutkan keningnya karena dari tadi dia tidak melihat sesuatu yang aneh.

Bimo tak banyak bicara, dia harus segera mengemudikan mobilnya dengan cepat agar bisa keluar dari kawasan ini. Mereka masih di sekitar tempat rumah Ki Romo. Desa yang sangat sepi dan terlihat seram.

Namun setelah setengah jam melaju kencang, Bimo kembali berhenti di tempat yang sama seperti dia menghentikan mobilnya yang pertama tadi.

"Kok kita di sini lagi ya? Bukannya ini tempat yang tadi gue berhenti kan?" ucap Bimo mengelus tengkuknya.

Rizal celingukan melihat sekeliling yang semakin mencekam karena hanya ada suara burung berterbangan. Padahal hari masih terang karena masih menunjukkan jam 2 siang, namun entah kenapa mereka merasa seperti di dalam gua. Gelap tanpa cahaya matahari.

"Jadi kita dari tadi jalan cuma muter-muter di sini aja?" kata Rizal juga ikut bergidik merinding.

"Ya udah, kita jalan lagi ya. Perasaan gue semakin nggak enak di sini," ucap Bimo kembali menyalakan mobilnya.

Namun ketika Bimo memutar kontak mobilnya, tiba-tiba mobilnya mati dan tidak mau menyala.

"Kenapa? Jangan bilang mobil lo mogok ya..." ujar Rizal mulai curiga.

"Gue nggak tahu. Selama ini mobil gue nggak pernah mogok karena gue selalu rutin servis ke bengkel."

"Terus kenapa dong? Wah... Jangan-jangan habis bensin lagi?"

Bimo segera mengecek, dan benar saja. Bensinnya habis karena dari tadi dia mengebut dan ternyata masih berada di kawasan ini.

Bimo meremas kepalanya. Dia semakin ketakutan karena mobilnya tidak bisa jalan dalam situasi yang mencekam seperti ini.

"Gimana dong sekarang? Kita nggak bisa pulang," ucap Rizal mulai panik.

"Ya gue juga nggak tahu. Coba deh lo hubungi anak yang lain suruh jemput kita di sini."

Rizal mengangguk dan segera mengirim chat kepada seluruh teman-temannya agar bisa membantu mereka keluar dari tempat ini.

Bimo dan Rizal masih menunggu bantuan datang di dalam mobil. Mereka tidak berani keluar mobil karena suasana di luar terlalu mengerikan.

Gelap, sepi, dan bising suara burung hantu berterbangan.

"Gue nggak mau mati di sini. Gue masih mau hidup. Gue belum kawin..." celetuk Bimo sambil komat kamit mengucap kalimat itu berulang kali. Kakinya gemetaran dan mulai lemas.

Tok

Tok

Tok

Tiba-tiba ada suara ketukan dari kaca mobil Bimo.

Bimo kaget bukan main, dan dia menutup wajahnya dengan kedua lututnya yang dia tekuk.

Begitu pula dengan Rizal. Dia juga tidak berani untuk menoleh dan melihat siapa yang mengetuk kaca jendela mobil tadi.

Namun suara ketukan itu malah semakin kencang dan membuat mereka jadi pemasaran.

Akhirnya perlahan mereka menoleh ke sisi kanan mobil dan betapa terkejutnya mereka ketika yang mereka lihat adalah sosok wajah setengah hancur yang menempel di kaca mobil.

"Aaaa..."

Mereka berteriak histeris.

Sosok itu terus mengetuk pintu mobil Bimo yang terkunci.

"Jangan ganggu kami please! Jangan sakiti kami!" teriak Rizal semakin panik dan gemetaran.

Yoga akhirnya membuka pintu mobil yang tadi terkunci.

Dia menarik tangan Rizal keluar dari mobil itu.

"Bimo..." teriak Rizal mencoba meminta pertolongan.

"Zal..."

Yoga terus menarik hingga tubuh Rizal terjatuh ke tanah. Lalu Yoga menyeret tubuh Rizal yang sudah tidak sadarkan diri itu.

Bimo ketakutan, dia tidak berani menolong temannya dan hanya bisa melihat kejadian itu dari dalam mobil sambil berdoa agar bantuan segera datang ke tempat itu.

Yoga terus menyeret tubuh Rizal hingga mereka sampai di tepi jurang yang curam.

"Jangan... Jangan... Please jangan lakukan itu!" Bimo terus memohon dari dalam mobilnya.

Ketika Yoga hendak melempar tubuh Rizal, sorotan lampu mobil tiba-tiba datang menyinari tempat itu.

"Dani, Rio, Fahri... Mereka datang? Syukurlah," ucap Bimo bisa bernafas lega sekarang.

Bimo menoleh ke arah Rizal, dan dia melihat sosok Yoga sudah tidak ada lagi di sana.

Yoga meninggalkan tubuh Rizal di tepi jurang.

Beruntung teman-temannya datang tepat waktu, sehingga Rizal masih bisa selamat dari Yoga yang sempat ingin melemparnya ke jurang.

"Bimo... Rizal mana? Kalian nggak papa?" tanya Dani yang panik ketika mendapat broadcast dari Rizal tadi.

"Rizal ada di sana... Dia pingsan. Syukurlah kalian tepat waktu datang."

Bimo yang sudah gemetaran itu sampai tidak bisa berkata kata lagi. Keringat dingin mengucur deras dari tubuhnya.

Mereka segera mengangkat tubuh Rizal dan membawanya ke dalam mobil.

Rio dan Fahri menaiki mobil hitam milik Rio, sementara Dani ikut dengan mobil Bimo. Mereka akhirnya bisa keluar dari tempat itu.

"Kalian ngapain sih di sini? Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Dani yang masih berusaha untuk menyadarkan Rizal.

Bimo yang masih sangat ketakutan itu mencoba menceritakan semuanya kepada Dani. Namun Dani justru marah karena tahu mereka masih nekat pergi ke dukun.

"Kan gue sudah bilang jangan ke dukun. Dukun nggak akan membantu kalian malah menambah masalah kalian."

"Gue dan Rizal cuma penasaran dengan ucapan dukun itu."

"Ucapan apa itu?" tanya Dani sambil terus menempelkan minyak angin ke hidung Rizal.

"Dukun itu bilang kalau di balik kecelakaan yang menimpa Yoga kemarin, ada kejadian yang masih belum terungkap. Kejadian itu berkaitan dengan orang terdekat Yoga. Gue dan Rizal coba tanyakan lagi ke dukun itu, maksud dari kata-katanya tadi. Tapi dia tetap nggak mau mengatakannya."

Mata Dani terbelalak ketika mendengar ucapan Bimo.

'Apa yang dimaksud orang terdekat Yoga adalah gue?' gumam Dani di dalam hatinya.

"Kira-kira lo tahu nggak sih maksudnya Dan? Kan lo sahabat Yoga yang paling dekat sama dia. Masa lo nggak tahu kejadian apa yang dukun itu maksud."

Dani mencoba untuk tenang dan tidak terlihat panik.

"Gue nggak tahu. Dan gue nggak pernah percaya sama yang namanya dukun."

"Gimana kalau kita tanyakan sama keluarga Yoga? Lo tahu kan rumah Yoga dimana?" ucap Bimo menoleh ke belakang ketika Rizal sudah mulai sadarkan diri.

"Yo... Yoga... Gue lihat Yoga tadi. Dia mau bunuh gue!" ucap Rizal baru tersadar dan masih terbayang wajah Yoga yang menyeramkan ketika tubuhnya diseret ke tepi jurang tadi.

avataravatar
Next chapter