12 Masih Menjadi Misteri

Ki Romo membuka matanya.

Dia mengedarkan pandangannya ke arah Rizal dan Bimo.

Matanya hitam, melotot dan sangat menakutkan.

Bimo yang sudah ketakutan dari tadi, semakin bergidik merinding.

"Siapa namanya?"

"Nama teman kami yang meninggal dunia itu adalah Yoga," kata Rizal pelan sambil sesekali memejamkan matanya karena tak tahan melihat mata Ki Romo yang hitam itu.

"Ada suatu kejadian yang kalian tidak tahu. Teman kalian mati karena ulah seseorang. Dan dia menuntut dendam kepadanya agar bisa ikut mari bersamanya."

Rizal dan Bimo saling menatap. Mereka saling memandang karena sama-sama bingung dengan ucapan Ki Romo.

Kejadian apa yang dimaksudnya tadi?

Karena tak mendapat jawaban yang pasti, mereka pun memilih untuk keluar dari tempat itu.

Mereka kembali ke rumah masing-masing dengan hati yang dipenuhi rasa penasaran akibat ucapan dukun tadi.

Rizal segera masuk ke kamar. Dia melirik ke arah jam dindingnya sudah menunjukkan pukul enam sore. Sebentar lagi maghrib, dia lalu mengambil handuk dan segera melangkah masuk ke kamar mandi.

Sedang asik mandi, tiba-tiba lampu kamar mandinya mati nyala sendiri.

Perasaan Rizal jadi tidak enak sekarang. Dia mengelus tengkuknya yang dingin.

Mana badan dan kepala masih penuh dengan busa.

"Ya Allah, ada apa lagi ini? Please... Jangan datang lagi. Jangan ganggu gue!" kata Rizal sambil menyelesaikan mandinya.

Akhirnya lampu kembali menyala. Namun Rizal kembali dikejutkan dengan sebuah tulisan di cermin kamar mandinya.

'Pembunuh harus mati!'

Tulisan itu berwarna merah dan masih menetes.

Seperti darah yang segar yang baru mengalir dari tubuh.

Rizal mempercepat mandinya dia sampai lupa kalau belum menggosok gigi.

Dengan cepat Rizal keluar dari kamar mandi dan kembali ke kamarnya.

Nafas Rizal terputus-putus. Dia menekan dadanya yang sempat deg degan tadi akibat tulisan itu.

"Siapa yang menulis itu? Apa jangan-jangan arwah Yoga datang lagi? Apa sebenarnya mau dia? Kenapa dia selalu menghantui gue?" Rizal bergegas memakai bajunya dan keluar ke lantai bawah.

Dia duduk di depan TV untuk sedikit mengusir rasa takutnya.

Rizal juga sengaja mengencangkan suara TV nya agar dia bisa sedikit lebih tenang.

Namun tiba-tiba lampu kembali padam.

Rizal meloncat kaget dan segera menutup wajahnya dengan bantal sofa.

Ketika dia membuka bantalnya, sosok Yoga sudah berdiri di hadapannya.

Sontak Rizal terkejut dan berteriak sekuat tenaga.

Rizal berlari kembali menuju ke kamarnya. Namun kakinya tersandung dan dia jatuh dari anak tangga rumahnya.

Rizal pingsan tak sadarkan diri, dan dengan cepat arwah Yoga menghilang begitu saja.

***

Keesokan paginya.

Rizal kembali bersiap untuk pergi ke kampus.

Ketika dia mandi dan melihat ke arah cermin, tulisnya yang dia lihatnya kemarin sudah tidak ada lagi.

Bahkan tidak ada lagi bercak darah sedikit pun yang menempel di cermin itu.

Padahal sudah sangat jelas kalau tulisan itu dibuat dengan darah yang masih segar.

Rizal jadi bergidik merinding, dia cepat cepat mandi sebelum kejadian itu terulang kembali.

Selesai mandi, Rizal bersiap untuk pergi ke kampus.

Di depan rumah, sudah ada mobil Bimo yang datang untuk menjemput Rizal pagi ini.

"Tumben lo jemput gue, ada apa?" tanya Rizal pada Bimo yang terlihat seperti orang ketakutan.

"Yo... Yoga... Dia datangi gue lagi tadi malam. Gue nggak tahan lagi deh kaya gini. Kayanya kita harus kembali ke dukun itu lagi dan kita tanyakan dengan jelas sejelas-jelasnya, kejadian apa yang sebenarnya dia maksud kemarin itu."

Rizal mengangguk-anggukan kepalanya.

"Gue juga kemarin didatangi lagi. Kaki gue sampai memar karena jatuh dari tangga. Terus kita mau langsung ke sana apa kuliah dulu nih?"

ujar Rizal sambil melangkah masuk ke dalam mobil Bimo.

"Pulang kuliah aja. Sekalian gue juga mau tanya ini sama Dani. Dia kan orang yang ada di saat kejadian kecelakaan itu terjadi. Dia pasti tahu kronologi yang sebenarnya. Siapa tahu kita dapat jawabannya dari penjelasan Dani."

Rizal setuju dan mereka pun langsung pergi menuju ke kampus.

Setibanya di kampus, Bimo dan Rizal segera mendekat ke arah Dani.

Perasaan Dani sudah tidak enak.

'Apa mereka sudah tahu kejadian yang sebenarnya sekarang?' gumam Dani di dalam hatinya.

"Mau apa kalian?"

tanya Dani dengan ketus sambil melirik.

"Kita udah pergi ke dukun kemarin. Dan dukun itu bilang kalau kecelakaan yang menyebabkan Yoga mati itu adalah karena ada kejadian yang belum terungkap. Arwah yoga gentayangan karena dia mau menuntut dendam sama orang yang berkaitan dengan kejadian itu. Dan kita mau tanya sama lo, sebenarnya gimana sih kronologi kejadian yang terjadi pada hari itu? Lo kan ada di sana, lo juga yang membonceng dia pada saat itu. Jadi lo pasti tau persis gimana kejadiannya."

Dani menelan saliva, dia tidak mungkin menceritakan kejadian yang sebenarnya kepada mereka.

"Nggak usah percaya sama dukun. Kita musyrik kalau percaya sama orang pintar kaya gitu. Lagian Yoga itu udah tenang, nggak usah lagi lah diungkit ungkit masalah itu," ucap Dani mencoba tetap santai meskipun hatinya merasa tidak tenang.

"Tapi nggak mungkin dia terus-terusan datang menghantui kita kalau dia nggak punya tujuan. Siapa tahu kan memang benar ucapan dukun itu?" sahut Rizal sambil mengangkat kedua bahunya.

Rizal dan Bimo sudah mencoba untuk mendesak Dani agar menceritakan kejadian yang sebenarnya, namun Dani tetap tidak mau mengatakannya.

Karena belum mendapat jawabannya, akhirnya Bimo dan Rizal kembali ke tempat praktik dukun tersebut.

Mereka ingin kembali menanyakan tentang kejadian yang sebenarnya terjadi pada Yoga hari itu.

Mereka langsung masuk begitu pintu rumah Ki Romo terbuka dengan sendirinya.

"Ada apa lagi?"

"Maaf Ki, kami datang ke sini lagi karena mau menanyakan tentang ucapan Ki Romo kemarin. Kami tidak tahu maksud Ki Romo tentang kejadian yang belum terungkap. Apa bisa Ki Romo menjelaskan lagi soal kejadian itu?" tanya Rizal dengan pelan.

'Braaakk'

Ki Romo nampak marah dan menggebrak mejanya hingga semua bunga yang ada di atas mejanya itu berserakan ke lantai.

Bimo langsung meloncat kaget, dia berlindung di belakang punggung Rizal.

"Kalian tanyakan saja sama orangnya langsung!" bentak Ki Romo semakin membuat mereka jadi kebingungan.

"Tanyakan pada orang yang paling dekat dengan dia. Dia tahu semuanya!" katanya lagi.

Rizal dan Bimo saling menatap, mereka pun pergi meninggalkan rumah itu karena tak tahan lagi melihat mata Ki Romo yang melotot.

"Lo ngerti nggak sih maksudnya?" tanya Bimo pelan sambil menyetir mobilnya kembali ke arah jalan pulang.

Rizal menggelengkan kepalanya karena dia juga bingung apa maksud dari dukun itu.

Di tengah perjalanan, mobil Bimo menabrak sesuatu. Bimo pun menghentikan sejenak mobilnya dan mengecek ke depan apa yang sudah dia tabrak tadi.

avataravatar
Next chapter