6 Chapter 6 - Perjalanan

Tidak terasa waktu berjalan cukup cepat. Sudah setahun berlalu sejak Aji berlatih dengan bu Ratih untuk mempersiapkan keberangkatan Aji menuju ke Padepokan Geni. Selama setahun tersebut, Aji selalu berlatih tiap hari. Dari pagi hingga malam. Begitu banyak luka yang telah ia dapat. Semua tetap Aji lakukan demi menjadi lebih kuat lagi.

Kini Aji sudah terbiasa menggunakan pedangnya. Pedang yang ia dapatkan setelah menahan serangan Geni Jalu tersebut ia beri nama Pedang Karma, sesuai dengan aliran pedang yang ia kembangkan yaitu aliran Karma. Walaupun ukuran pedang tersebut terlihat tidak cocok dengan badan kecilnya yang masih berusia 10 tahun, ia terlihat sangat lihai mengayunkannya.

Aji menyadari ia akan kesulitan mengalahkan lawan-lawannya tanpa memiliki kesagtian. Selama setahun berlatih bersama bu Ratih, tidak sekalipun ia berhasil melukai bu Ratih yang sudah menggunakan mode sagti penuh. Ketika bu Ratih menggunakan kesagtian watunya, seluruh tubuhnya akan mengeras seperti batu. Aji yang hanya bermodalkan pedang tidak akan pernah bisa mengalahkannya. Oleh karena itu ia sangat berambisi untuk memasuki Padepokan Geni agar dapat menjadi lebih kuat lagi.

"Tidak terasa ya Ji sudah setahun." Ucap bu Ratih sambil duduk di halaman depan rumahnya.

"Iya sudah setahun dan aku belum bisa mengalahkan ibu sekalipun." Jawab Aji dengan kecewa.

"Memang itulah perbedaan seseorang yang memiliki kesagtian dan tidak Ji. Untuk ukuran orang yang tidak memiliki sagti, kamu sudah cukup kuat." Ucap bu Ratih sambil mengelus kepala murid satu-satunya tersebut.

"Setelah aku masuk ke Padepokan Geni, aku akan berusaha menjadi lebih kuat lagi. Aku ingin merubah kerajaan ini menjadi lebih baik." Ucap bocah yang masih berusia 10 tahun tersebut.

"Haha akan kunantikan impianmu tersebut terwujud." Jawab bu Ratih setelah mendengar ucapan Aji.

"Makan malam dulu yuk Ji. Kamu rencana akan berangkat besok kan?" Lanjut bu Ratih.

"Iya bu, besok aku akan berangkat bersama paman Bima." Jawab Aji.

Mereka berdua pun masuk ke rumah. Bu Ratih kemudian memanggil Susi dan memintanya untuk membantu menyiapkan makanan. Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya makanan pun sudah siap. Tidak lama kemudian suami bu Ratih, pak Handoko pun tiba. Seorang pria tinggi dan kekar dengan kulitnya yang bewarna sawo matang.

"Eh ada Aji. Sudah selesai latihannya?" Tanya pak Handoko yang memasuki rumah sambil meletakkan peralatannya.

"Iya pak sudah." Jawab Aji. Aji sangat jarang sekali bertemu dengan pak Handoko karena beliau berangkat pagi-pagi dan pulang di malam hari. Pak Handoko bekerja sangat keras sebagai petani dan pekerja serabutan demi mendapatkan uang. Hal tersebut karena pak Handoko adalah seorang Sudra yang tidak memiliki sagti.

Setelah mencuci tangannya, Susi menghampiri bapaknya tersebut dan mencium tangannya. Begitu pula dengan bu Ratih. Sungguh keluarga harmonis. Setelah itu pak Handoko pun ikut untuk makan malam. Mereka berbincang-bincang mengenai persiapan Aji ke Padepokan Geni.

��Ya semoga kamu menjadi orang hebat ya Ji agar bisa merubah keadaan kerajaan ini." Ucap pak Handoko.

"Iya pak. Aku ingin menjadikan kerajaan ini damai dan tidak lagi memandang berdasarkan kasta." Jawab Aji.

"Akan aku nantikan itu Ji. Suatu saat jika kamu sudah berhasil, kamu boleh menikahi Susi." Lanjut pak Handoko.

Semua orang pun terkejut mendengar perkataan pak Handoko. Sontak Susi pun berkomentar.

"Ih bapak kenapa sih?" Tanyanya setelah meneguk segelas air.

"Loh kan tidak apa-apa. Kalian kan seumuran dan sudah terbiasa bersama." Ucap pak Handoko sambil tersenyum.

"Bapak tidak perlu menggoda mereka. Tuh lihat wajah mereka berdua memerah." Ucap bu Ratih sambil tertawa melihat wajah Aji dan Susi. Sedangkan Aji dan Susi sekarang hanya terdiam.

"Sudah-sudah cepat habiskan makanannya." Lanjut bu Ratih memecah suasana. Setelah itu mereka berempat menghabiskan makanannya dan melakukan perpisahan dengan Aji.

Bu Ratih pun meneteskan air mata ketika memeluk Aji yang sudah ia anggap seperti anaknya sendiri sejak kecil.

"Jadilah orang hebat ya nak." Ucapnya sambil meneteskan air mata.

Pak Handoko pun ikut memeluk Aji.

"Jadilah orang hebat dan raihlah impianmu Ji." Pesan pak Handoko.

Suasana pun menjadi hening ketika Susi hendak mengucapkan kata perpisahan kepada Aji.

"Kamu tidak perlu mendengarkan perkataan bapak tentang pernikahan tadi. Tetapi aku akan selalu menantimu untuk kembali ke desa ini." Ucap Susi yang diikuti dengan juluran tangannya untuk menjabat tangan Aji.

"Ya aku pasti akan menjadi orang yang hebat dan akan kembali ke desa ini." Ucapnya sambil menjabat tangan Susi. Setelah itu Aji pun kembali ke rumahnya.

Sesampainya di rumahnya, paman Bima dan bibi Ijah sudah menunggunya.

"Cepat siapkan pakaian yang akan kamu bawa Ji. Besok kita akan berangkat pagi-pagi." Ucap paman Bima.

"Baik paman." Jawab Aji yang segera menyiapkan barang bawaannya. Bibi Ijah pun turut membantunya.

"Kamu nanti di Padepokan akan belajar berapa lama Ji?" Tanya bibi Ijah sambil membantu Aji mengemasi barangnya.

"Kurang tau bi. Tetapi aku mendengar sekitar 5-6 tahun dan paling cepat 4 tahun." Jawab Aji.

"Wah lama sekali." Ucap bibi Ijah dengan terkejut.

"Ya agar aku bisa menjadi kuat bi." Jawab Aji.

"Ya sudah. Kamu cepat tidur ya, besok berangkat pagi." Ucap bibi Ijah setelah membantu menyiapkan barang dan meninggalkan Aji. Setelah itu Aji pun bersiap-siap untuk tidur.

Esok hari pun tiba, hari keberangkatan pun dimulai. Aji pun sarapan untuk terakhir kalinya bersama paman Bima dan bibi Ijah. Bibi Ijah tampak sedih karena anak yang sudah ia rawat dari kecil akan segera pergi dari rumah ini. Aji pun berusaha menenangkan bibi Ijah dan berjanji akan kembali lagi ke rumah ini suatu saat nanti.

Setelah mengabiskan makanannya, Aji pun bersiap-siap untuk pergi bersama paman Bima. Bibi Ijah pun memeluk Aji dan berpesan.

"Jaga diri baik-baik ya Ji." Ucapnya sambil meneteskan air mata.

"Baik bi, bibi juga ya." Jawab Aji dengan senyuman di wajahnya.

Aji pun meninggalkan rumah tersebut untuk menuju ke Padepokan Geni bersama pamannya. Mereka menuju ke sana dengan berjalan kaki dan akan memakan waktu sekitar satu setengah hari. Perjalanan untuk menggapai impiannya pun di mulai.

avataravatar