39 Last Chapter. Agents of S.A.G.I.T.A.R.I.U.S

Di rumah Aisyah sudah mengadakan tahlilan. Lantunan surat Yaasin terus menggema di telinga para takziyah. Baik laki-laki atau perempuan, mereka terus melantunkan tanpa henti. Sampai di ayat terakhir, Ustadz langsung membacakan doa untuk almarhum. Tentu saja ditunjukkan kepada Hartoyo. Di samping sebelah kiri, Ratih tidak kuasa menahan tangisan kepergian suaminya untuk selamanya. Beberapa rekan dan sahabat berusaha menenangkannya. Aisyah memejamkan kedua mata. Tidak mengatakan sepatah kata pun. Rachel, Florensia dan Fanesya menundukkan kepala. Tidak bisa menyembunyikan kekesalannya sekaligus menyalahkan diri sendiri.

Setelah berhasil mengalahkan Orion, Aisyah membawa jasad ayah tirinya untuk dibawa ke rumah Ratih. Meminta maaf karena terlambat menyelamatkannya. Dia pasti tidak akan pernah dimaafkan olehnya. Apapun tindakannya. Tangisan pun pecah. Air mata terus menitikkan, mengalir deras dan jeritan kesedihan mendalam. Alternate Rina Shirasaki menundukkan kepala. Sedangkan Fanesya menghampiri sahabatnya. Pelukannya semakin erat. Diikuti Florensia dan Rachel. Suara sirene polisi telah menggema di sana. Alternate Rina Shirasaki membersihkan semua yang ada. Serta menyembunyikan mayat Orion.

Beberapa polisi datang untuk menginterogasi keempat orang tersebut. Pakaian mereka masih seragam SMA. Mereka juga bertanya kepada Alternate Rina Shirasaki mengenai situasi ini. Dia menjelaskan bahwa korban telah dibunuh dan disiksa terlebih dahulu. Alternate Rina Shirasaki menunjukkan bukti visum kepada polisi. Di sana, terdapat seorang laki-laki terbujur kaku. Alternate Rina Shirasaki menjelaskan bahwa pelakunya telah berhasil diringkus.

"Lalu siapa yang membunuh dia?"

"Aku yang membunuhnya. Karena dia menyerang keempat orang ini. Jika tidak, korban akan berjatuhan bukan?"

Polisi yang mau bilang, hanya bisa terdiam. Apalagi ada bukti anak panah yang menancap di sana. Alternate Rina Shirasaki menyiasati tubuh tersebut. Setelah itu, dia menyerahkan semua kepada kepolisian sambil pergi membawa mayat Orion.

Setelah didoakan, langsung memandikan jenazah. Ketika dimandikan, Alternate Rina Shirasaki melihat Ash dalam kondisi pincang. Sepertinya, pertarungan Ash melawan Alfred berakhir menang dirinya. Dan dia sudah memenuhi janjinya untuk bertemu dengan Aisyah.

Beberapa jam sebelumnya ...

Tepat ketika Alternatif Rina Shirasaki menghampirinya, dia terluka cukup parah. Dia menyembuhkan dalam [Elf Mode]. Setelah itu, luka tersebut sembuh walau memakan waktu lama. Terutama patah tulang. Terlihat Aisyah dkk ditenangkan oleh petugas ambulans. Setelah itu jasad Hartoyo ditutupi tas kantung mayat. Lalu sirene ambulans dan mobil polisi mulai menjauh. Sisanya para polisi yang bertugas, sedang berjaga sambil menyelidiki kasus itu. Alternate Rina Shirasaki menadahkan tangann kirinya. Ke bagian tubuh Ash yang terluka.

"Apa kau yakin tidak ingin bertemu dengannya?"

"Kurasa tidak. Bagiku, melihat dari kejauhan saja sudah cukup. Ditambah lagi, aku sudah bertemu dengan Ratih. Ketika kujelaskan mengenai situasinya, dia paham. Bahkan Ratih berkata, 'Seandainya saja kami diserang oleh monster itu, kami pasti meminta bantuan kepada Gufron untuk merawat anak itu. Tapi Tuhan memberikan kami kesempatan untuk meminang anak.' begitu katanya," lirih Ash.

"Begitu ya jawabannya," kata Alternate Rina Shirasaki.

Meski demikian, Alternate Rina Shirasaki akan menyimpan jasad Orion. Secara kasat mata, yang mereka lihat hanyalah karung makanan. Isinya mereka yakin cukup berat. Bahkan beberapa orang menawarkan bantuan untuk menggotongnya. Tapi Alternate Rina Shirasaki menolaknya.

"Rina ... apa kau baik-baik saja? Daritadi kau melamun terus?" bisik Florensia.

"Maaf. Aku sedang kelelahan," balas beserta bisikan ke telinga Florensia.

Para takziyah berbisik-bisik. Sepertinya dia menarik perhatiannya karena tidak mengenakan jilbab. Padahal dirinya bukan Islam. Kain yang menutupi rambut saja dipermasalahkan. Begitu juga dengan Rachel dan Florensia. Mereka berdua jadi sasaran bahan gosip.

"Pantas saja mereka tidak pernah punya kehidupan selain berumah tangga dan mengurus anak. Toh kerjaannya cuma gosip, gosip dan gosip. Entah kenapa tidak ada bedanya dengan tempatku," gumamnya dalam hati.

Kini dia mengerti pesan dari Gufron. Selama mereka melihat sesuatu yang terasa asing atau berita terkini, warga sekitar pada heboh. Gadis berambut panjang itu mengangguk-angguk paham.

Setelah melakukan pemandian jenazah, Alternate Rina Shirasaki berbisik ke telinga Fanesya. Dia meminta ijin untuk mencari udara segar. Ketika keluar, dirinya didatangi oleh Ash. Terlihat sedih terpancar pada wajahnya. Alternate Rina Shirasaki mengerti betul perasaannya.

"Kau ingin menemaninya?"

Namun Ash menggeleng cepat. Alternate Rina Shirasaki membiarkannya sendirian. Sebelum pergi, gadis berambut panjang itu menepuk pundaknya.

"Temani saja dia. Jika ada suatu terjadi pada Aisyah, kau harus membelanya. Karena ... dia itu putrimu satu-satunya," bisiknya.

Setelah Alternate Rina Shirasaki pergi, Ash memejamkan mata. Merasa dirinya tidak mampu berbuat apapun untuk menolongnya.

Jenazah sudah dikremasi, dimandikan dan disholatkan. Maka para takziyah mengantarkan jenazah ke liang lahat. Ditemani Aisyah dan Fanesya. Keduanya saling merangkul kedua lengan. Tangisan Aisyah tidak pernah putus. Gadis berhijab itu menccoba merelakan Hartoyo. Tapi tidak bisa. Bahkan sampai di pemakaman sekali pun, Aisyah tidak berhenti-henti untuk menangis. Lantunan Adzan yang dikumandangkan, tidak membuat dirinya reda.

Florensia mengepalkan kedua tangannya. Rachel yang melihat sikapnya, memegang tangannya. Kini genggaman lebih erat.

"Jika ingin marah, marah saja. Aku siap dijadikan pelampiasan," ucapnya bergetar.

Namun gadis bandana merah polkadot itu menggeleng. Alternate Rina Shirasaki memilih menjauh dari pusat keramaian. Florensia dan Rachel menyusul ke arahnya. Gadis berambut panjang membungkam mulutnya sejenak. Angin berhembus kencang. Burung-burung bercicit, tengger di atas pohon. Serangga seperti semut mengeremuni kaki Florensia. Sehingga dia mengalami gatal. Dia menggaruknya sangat kasar.

"Bukan apa-apa. Ngomong-ngomong, bagaimana dengan kasusnya?" tanya Florensia.

"Kasus apa yang kaubicarakan?"

"Jangan pura-pura bodoh. Aku sudah menyelidikinya. Kau menukar mayat Orion dengan orang lain. Sehingga kepolisian tidak curiga terhadapmu. Ditambah lagi, kau menyogok uang sejumlah 10 Milyar untuk para polisi hingga dipaksa pensiun dini. Apa itu benar?" kata Florensia menatap tajam ke Altenate Rina Shirasaki.

Gadis berambut panjang itu tersenyum simpul. Dia menepuk kedua pundaknya. Mencengkramnya lebih kuat dari biasanya. Rasanya Rachel merasakan firasat buruk mengenai hal ini.

"Kau benar,"

"Apanya benar? Aku tidak mengerti!" bentak Florensia.

"Memang kuakui kalau aku menyuap mereka supaya tutup mulut. Selain itu, aku juga memberikan keterangan dan bukti palsu supaya kasus ini cepat selesai. Bukan berarti pelakunya Owen. Kucoba untuk mencari pelaku yang sudah bersimbah darah. Dan voila ... jadilah pelaku 'palsu',"

"Pelaku palsu ... katamu bilang?" gumam Florensia.

Rachel menggangguk paham. Karena ada beberapa hal kasus yang tidak bisa diselesaikan oleh hukum. Karena itulah, dia membuat crime scene fiktif. Supaya orang-orang percaya dengan kepolisian.

"Tapi bukannya itu akan menimbulkan pertanyaan?" tanya Rachel.

"Tenang saja. Ada kok bukti-bukti yang sudah kukumpulkan. Lalu petunjuk disitu sudah ada. Tinggal mereka beri keterangan saja ditambah uang 10 Milyar," balas Alternate Rina Shirasaki.

Namun bagi Alternate Rina Shirasaki, yag jadi masalah utamanya adalah setelah ini. Gadis berambut panjang itu mendapatkan informasi dari temannya, bahwa Aisyah diskors akibat indisipliner.

"Seandainya saja Ivan ada di sini, dia pasti menghibur Aisyah," kata Florensia.

"Menghiburnya?"

"Dia menyukai Aisyah. Tapi dia tidak peka terhadap perasaannya sendiri,"

"Belum lagi keberadaannya menghilang. Banyak orang mencarinya kemana-mana. Yang membuatku terkejut adalah Orang Tua Ivan yang tidak peduli dengannya. Mereka itu sebenarnya orang tua atau bukan sih?" gerutu Rachel.

"Mereka memang orang tuanya. Tapi mereka adalah keluarga Cartel,"

Alternate Rina Shirasaki, Florensia dan Rachel menoleh ke asal suara tersebut. Terlihat ketiga laki-laki berbadan kekar berada di depannya. Walau demikian, wajahnya sudah melewati umur 30 tahun.

"Rina Shirasaki ya? Sudah lama tidak jumpa,"

"Ini pasti ulah Dewi Cahaya, bukan?" gerutu Alternate Rina Shirasaki.

"Kau tahu dia?"

"Jangan blak-blakan begitu, Suryadi. Mereka masih anak kecil. Tampangmu perlu diperbaiki!"

"Diam kau, Faris!" ancam Suryadi

Aura yang terpancar bukan orang biasa. Florensia dan Rachel terkejut bisa merasakan hal itu. Walau Rachel baru bergabung, dia merasa spirits dalam dirinya ikut berkembang. Tubuhnya terasa panas dan energi dalam diri mengalir.

"Mau apa kau kemari Jimmy Suherman?" katanya bernada dingin.

"Aku kemari untuk berbincang dengan Aisyah. Dia adalah satu-satunya tahu mengenai keberadaan pintu Gate of Truth dan Cintamani itu sendiri. Apabila Cintamani jatuh ke tangan orang yang salah, maka—"

"Cukup. Kalau kau bicara lebih dari ini, aku akan menghajarmu sampai babak belur!" kata Alternate Rina Shirasaki dingin.

Jimmy, Faris dan Suryadi merasakan bahwa Alternate Rina Shirasaki tidak main-main dengan ucapannya. Memang gadis berambut panjang itu mengetahui keberadaan kedua benda tersebut. Tapi bukan berarti memberitahukan kepada mereka bertiga. Ada firasat mengatakan mereka mengungkapkan kebenaran, tapi tidak bisa dipercaya. Terutama ketiga orang ini merupakan afiliasi dari Dewi Cahaya.

"Apa ada kaitannya dengan peperangan selanjutnya?" tanya Alternate Rina Shirasaki.

"Peperangan selanjutnya? Apa maksudmu?" tanya Florensia.

Gadis berambut panjang menatap ke Florensia dan Rachel. Dia melirik mata mereka bertiga. Helaan napas keluar dari mulutnya.

"Perang Alam semesta semenjak 1000 tahun lalu. Antara kubu Dewa melawan Titan kembali terulang. Tapi sampai sekarang itu hanyalah rumor. Untuk mencegah itu terjadi, Para Dewa di alam masih memperkuat pertahanan. Ditambah menyeleksi orang-orang yang mengalami reinkarnasi. Entah dari pahlawan, pembunuh, atau orang biasa," kata Alternate Rina Shirasaki menjelaskan.

"Jadi kau sudah tahu hal itu ya? Jadi kami akan mempersingkat saja," ucap Faris menambahkan.

Sebelum dia berbicara, Alternate Rina Shirasaki menggunakan [Barrier] dan [Mute]. Baik Rachel dan Florensia terkejut dengan kekuatan sihir miliknya.

"Gate of Truth dipercaya berisi puluhan ribu monster akan memusnahkan umat manusia. Benda itu muncul sebelum kita semua lahir. Sampai sekarang, kami bertiga belum menemukan petunjuk mengenai pintu itu. Jika berada di dunia lain, maka kami akan menggunakan Cintamani untuk menyegelnya,"

"Menyegelnya katamu? Bukannya Cintamani itu salah satu batu keabadian dari tradisi Hindu dan Buddha. Memangnya batu itu sekuat apa?" tanya Alternate Rina Shirasaki.

"Sayangnya, kami belum menemukan manfaat batu itu. Mungkin ilmuwan bernama Owen bisa menjelaskan. Ngomong-ngomong, ke mana perginya dia?" tanya Faris.

Gadis berambut panjang itu menundukkan kepala. Dia sudah menduga karena hubungan mereka bertiga dengan Owen cukup dekat, maka tidak ada gunanya lagi menyembunyikan fakta yang sudah ada. Akhirnya Alternate Rina Shirasaki menjelaskan semua kronologinya.

"Tidak kusangka ... dia berbuat begitu,"

"Kalau aku jadi dia, bisa-bisa aku ke lubang jatuh yang sama," sesal Jimmy.

"Ini bukan salahmu, kawan. Lagipula, dia sendiri yang memilih jalan ini. Ditambah lagi ... Orion ya?"

Gumaman dari mulut Faris hanya membuat dirinya menyadari satu hal. Senjata yang dia gunakan ditambah kemampuan bertarung dan strateginya. Ini semua telah diajarkan oleh organisasi Shadows. Untuk saat ini, Faris menyembunyikan fakta ini terlebih dahulu.

"Ada apa?"

"Bukan apa-apa," balas Faris singkat. Kemudian dia mencoba mengalihkan pembicaraan. "Tapi ada sesuatu yang aneh dengannya. Terkahir kami bertemu membahas soal Cintamani. Padahal kami tidak pernah memberitahukan hal ini kepada siapapun. Bahkan Jimmy cerita kepada diriku dan Suryadi mengenai batu itu ... serasa tidak percaya begitu saja begitu kami menyelidikinya."

"Apa maksud kalian?" tanya Alternate Rina Shirasaki.

Sebuah koper yang ditentang oleh Faris, dibuka isinya. Lalu muncul replica batu Cintamani disertai ukiran yang sama.

"Darimana kau mendapatkan informasi ini?" kata Alternate Rina Shirasaki.

"Mr. Alexei ... nama samaran dari Mr. Russia itu sendiri. Setelah aku berhasil mengalahkan Agen B, batu Cintamani replika ada di ruanganku. Tapi tidak ada pemiliknya. Ketika aku meminta bantuan Suryadi dan Faris,"

Faris dan Suryadi menunjukkan bekas sidik jari dan struktur keaslian pada batu tersebut. Memang replika tapi entah kenapa tekanan batu ini tidak biasa.

"Akan kupertimbangkan perkataanmu. Tapi biarkan Aisyah yang memutuskannya,"

"Aku terima!"

Muncul Aisyah dan Fanesya berada di belakang Alternate Rina Shirasaki. Kedua matanya sembab. Wajar Aisyah masih dalam situasi berduka.

"Tapi, Aisyah! Itu terlalu berbahaya! Dunia yang kau perjuangkan di sini itu lebih penting," Alternate Rina Shirasakai menasehati Aisyah.

"Dia sudah membunuh papa! Aku tidak bisa menerimanya begitu saja kepergiannya! Biarkan aku ikut bersamamu!"

Florensia menghela napas. Diikuti Fanesya dan Rachel diselingi gelak tawa. Mereka bertiga tidak kuasa menahan tertawa.

"Apa yang lucu?" kata Alternate Rina Shirasaki kebingungan.

"Percuma saja. Apabila sudah membulatkan tekad, dia seperti ini,"

"Betul yang dikatakan Fanesya. Tenang saja ... aku dan Aisyah yang mendampingi kok. Jadi kau tidak perlu khawatir," kata Florensia menepuk kedua pundaknya.

"Tapi--"

Aisyah mendekat ke wajah Alternate Rina Shirasaki. Dia selama ini menahan amarah yang dipendam. Wajahnya mengeras dan membulatkan tekad.

"Aku tahu rasanya kehilangan orang yang kucintai. Selama tetap di sini, hidupku tidak akan pernah tenang. Bahkan terngiang-ngiang pikiran Papa akan kembali. Dan aku tidak mau hal itu. Gufron memang mempercayakan bumi ini kepadaku. Tapi aku butuh pengalaman dan meningkatkan kekuatanku! Tanpa itu, aku tidak pantas menjadi seorang Sagitarius!"

Tekad yang kuat disertai mata yang tidak ragu lagi, membuat Alternate Rina Shirasaki luluh. Dia menggaruk-garuk kepala.

"Baiklah kalau begitu. Tapi berjanjilah satu hal! Aisyah, kau harus hidup apapun yang terjadi! Jangan sampai mati! Paham?"

Gadis berhijab itu mengangguk tegas. Alternate Rina Shirasaki pergi meninggalkan Aisyah dkk. Sejak itulah, Aisyah dan Florensia ikut dalam ekspedisi bersama Jimmy Suherman dkk.

Tamat

avataravatar