3 Bab 3

Translator: Atlas Studios Editor: Atlas Studios

Sebetulnya, Xu Juan salah dalam satu hal, Xu Xu bukannya sama sekali tidak berpengalaman dalam berpacaran. Jantungnya pernah melompat sekali karena seseorang, tetapi hal itu tidak berarti.

Saat Xu Xu berada di tahun ketiga di perguruan tinggi, dia telah menjadi seorang asisten profesor. Dia sering berpartisipasi di analisa kasus dan kadang-kadang memberikan nilai untuk tugas-tugas murid tahun pertama atau kedua.

Itulah pertama kalinya dia melihat tulisan tangan laki-laki itu.

Profesor nya adalah seorang yang kuno, jadi dia meminta semua tugas untuk ditulis tangan. Di antara setumpuk coretan biru dan hitam yang menjengkelkan, hasil tulisan pria itu jika dilihat dari ilmu grafologi1 itu seperti Mozart untuk musik; tersusun dan bersahaja, dengan keberanian yang terasa mengalir di dalamnya.

Kemudian, dia bertemu laki-laki itu secara langsung. Dia memakai kemeja putih dengan celana panjang hitam dan kacamata berbingkai hitam yang tipis. Dia juga tinggi dan menarik. Apalagi dia selalu menunjukkan senyum malu-malu kepadanya setiap kali dia memanggil Xu Xu sebagai "Kakak kelas".

Xu Xu tidak pernah memikirkan tentang berkencan dengan seseorang yang lebih muda, tapi andai dia akan melakukannya, dia tahu bahwa laki-laki yang baik itu pada dasarnya edisi terbatas, jadi dia harus menangkap mereka saat mereka masih ada.

Dia bahkan membeli sejumlah buku untuk mempelajari cinta dan hubungan yang membahas seluruh faktor yang diketahui, meliputi hal-hal dari sisi fisiologi dan psikologi. Pada akhirnya, dia bergadang untuk menyusun rencana terperinci untuk mengejar laki-laki itu dan akhirnya menyiapkan diri untuk mengeksekusi rencananya secara perlahan.

Ini lah pertama kalinya Xu Xu merasakan kekalahan pertama di dalam hidupnya.

Ternyata laki-laki itu sadar betul akan pesona dan daya tariknya sendiri, karena dia ternyata seorang mata keranjang. Xu Xu hanya perlu mengamati lebih dalam untuk menemukan bahwa dia sudah pernah memiliki tiga pacar hanya dalam satu semester. Kebanyakan dari mereka adalah gadis-gadis dari akademi seni rupa di sebelah. Gadis-gadis cantik dengan kaki jenjang dan rambut panjang. Belum lagi, dia juga pernah berkencan dengan kakak kelas maupun adik kelas.

Xu Xu telah membuat pengorbanan untuk mencapai kemenangan tapi terpaksa untuk menyerah dalam diam. Satu-satunya reaksi drastis yang dia buat adalah ketika dia mendonasikan seluruh buku tentang cinta dan hubungan ke perpustakaan di malam yang sama. Saat dia bertemu dengan laki-laki itu lagi di lingkungan universitas, dia hanya menganggukkan kepalanya sedikit sebelum mundur pergi.

Pernah ada orang yang menyukainya juga. Ada seorang kakak kelas peneliti yang dua tahun lebih tua dari Xu Xu. Dia laki-laki yang elegan dan jujur dengan catatan rekor akademis yang sangat baik juga. Akan tetapi, dia lebih pendiam daripada Xu Xu. Pada hari menjelang kelulusan mereka, dia tiba-tiba menghampiri Xu Xu dari belakang dan meletakkan tangan di bahunya sambil berkata lembut, "Bagiku, kamu berbeda."

Pada saat itu, Xu Xu sedang sibuk mendiskusikan beberapa data yang sangat penting dengan kelompok murid dari Amerika, jadi meskipun suaranya yang gemetaran sampai di telinga Xu Xu, otaknya sudah beroperasi dalam kekuatan penuh, jadi dia tidak bisa memproses kata-kata lelaki itu.

Beberapa hari kemudian, kakak kelasnya pergi bekerja di sebuah kota di bagian utara dan pekerjaan Xu Xu juga berakhir. Hanya beberapa waktu setelah dia melihat tumpukan buku yang kakak kelasnya hadiahkan kepadanya baru dia tiba-tiba menyadari, 'Apakah dia menyatakan perasaannya padaku hari itu?'

....

Saat Xu Xu mengenang masa lalu, dia semakin yakin bahwa dia memang bukan ahli dalam hubungan pria dan wanita. Dia juga tahu bahwa dia harus lebih aktif dalam bidang berkencan.

Tetapi, karena dia telah menyerahkan tugas untuk mencari pasangan kepada Xu Juan, dia tentu saja langsung mengesampingkan masalah itu.

Wakil Kepala Kepolisian Liu Zijiuan merupakan orang yang memegang jabatan sebagai Kapten dari Unit Kriminal Kepolisian. Kantornya ada di lantai paling atas. Ji Bai adalah satu-satunya orang yang mempunyai kantor pribadi di Unit Kriminal Kepolisian, sedangkan semuanya berada di satu bangunan besar. Xu Xu dan Yao Meng duduk berhadapan dengan satu sama lain di dua meja yang baru saja ditambahkan di dekat pintu.

Hari kedua magang mereka tenang dan damai, tanpa adanya kasus yang berjalan untuk ditangani juga. Ketika Xu Xu menyalakan komputernya, dia menerima e-mail dari Ji Bai yang bertanya kapan dia akan menyerahkan laporan pertamanya.

Bagi orang biasa, menyelesaikan sebuah laporan dalam waktu satu hari bisa dianggap cukup kejam, tapi Xu Xu menikmati tekanan seperti ini. Setelah dia memperkirakan beban kerja, dia memberitahu Ji Bai bahwa dia akan menyelesaikannya di jam sebelas malam itu, yang mana Ji Bai memberikan satu kata balasan. "Baiklah."

Mereka berdua terlihat memiliki kesamaan dalam hal bahwa mereka menganggap kerja lembur sebagai prasyarat dari pekerjaan ini.

Xu Xu mulai menyibukkan diri dalam pekerjaannya. Sedangkan untuk Meng yang duduk di seberangnya, selain menelusuri data, dia tidak memiliki hal lain untuk dilakukan. Yao Meng menahannya selama beberapa waktu sebelum akhirnya berjalan ke arah meja Zhao Han. "Senior Zhao, bisakah kamu menugaskan sesuatu untuk aku lakukan."

"Ini semua adalah tugas individu milikku, jadi mana bisa aku menugaskan mereka untukmu?" kata Zhao Han sambil tersenyum. "Kamu bisa pergi memeriksa data."

Yao Meng mengerutkan kening dan kembali bertanya, "Kasus apa yang sedang sibuk kamu kerjakan sekarang?"

"Beberapa kasus yang dilaporkan ke kantor cabang." Zhao Han menelusuri sambil lalu data di tangannya ketika dia melanjutkan, "Ada kasus perampokan di rumah warga di sisi selatan kota, ada seorang warga yang terluka karena pisau cukur yang ditinggalkan di bangku Taman Ruiying, dan kasus serangan tidak sengaja di pabrik mobil ... bagaimanapun juga, aku harus pergi untuk rapat." lalu dia berdiri untuk menuju ke ruang konferensi.

Yao Meng tersenyum kepada Xu Xu, lalu dia kembali ke tempat duduknya untuk melanjutkan pemeriksaan data.

Di tengah hari, Xu Xu sudah bekerja secara terus menerus selama beberapa jam, jadi dia merasa agak lelah. Dia pergi menuangkan secangkir kopi namun dengan cepat menyadari bahwa tidak ada orang lain di dalam gedung. Sementara itu, pintu ruang konferensi tertutup rapat, jadi dia tahu bahwa mereka mungkin sedang mengadakan rapat di dalam sana.

Karena mereka masih belum berpartisipasi di kasus resmi, baik dia dan Yao Meng tidak dapat mengikuti rapat tersebut. Xu Xu berjalan mondar-mandir di kantor yang kosong itu sebelum melihat pintu kantor Ji Bai yang dibiarkan sedikit terbuka. Dia bisa melihat secara samar sosok yang ramping sedang bergerak di dalam ruangan.

Kantor itu dihias dengan gaya sangat minimalis dan teratur. Ada sebuah rak persegi, meja persegi, dan kursi kayu. Dalam sekilas pandang, seluruh ruangan seperti disusun dari garis-garis lurus, hanya ada warna hitam, putih, dan abu-abu. Semua ini membuat kantor itu terlihat bersih dan rapi. Akan tetapi, jika dilihat lebih dekat, bisa terlihat banyak detail yang tidak senada: pada salah satu rak di bagian terdalam rak buku ada sebuah model mobil Ferrari hitam yang sangat indah; mantel abu-abu gelap yang diletakkan secara asal di sandaran kursi; sebuah lukisan abstrak di dinding dari garis-garis yang berlebihan di atas warna yang suram. Xu Xu tidak tahu apa yang dilukiskan, apakah itu manusia atau hantu, atau gunung atau kekosongan ....

"Kelihatannya Kapten Ji adalah orang yang tunduk pada peraturan tapi juga memiliki karakternya sendiri." dari mejanya, Yao Meng menegakkan postur tubuhnya sambil mengelap mejanya dengan kain lap. Dia tersenyum sambil melihat Xu Xu.

Xu Xu mengangguk. Dia juga memikirkan hal yang sama.

Yao Meng menghela napas. "Teman-teman sekelas semua sangat iri kepada kita karena kita bisa bertugas di Unit Kriminal Kepolisian kota Lin, padahal kita bahkan tidak tahu apakah Kapten Ji akan membimbing kita. Senior Zhao bilang bahwa Kapten Ji jarang sekali mengambil bawahan."

Xu Xu langsung tahu bahwa Ji Bai belum memberitahu siapa pun bahwa dia telah menghubunginya.

Sebelumnya, mereka berdua jarang berinteraksi saat di akademi. Akan tetapi, Yao Meng sangat ramah dan berinisiatif, jadi dia adalah sebagian kecil dari teman sekelas yang bisa berbicara dengan Xu Xu. Sehingga, Xu Xu tidak memiliki perasaan buruk terhadap Yao Meng dan merasa bahwa dia wanita yang sangat cekatan.

Xu Xu dapat melihat bahwa Yao Meng sangat bersemangat untuk belajar di bawah bimbingan Ji Bai, tapi itu memang sudah seharusnya karena dia juga merasakan hal yang sama. Oleh karena itu, Xu Xu memberitahu dengan sejujurnya, "Kapten Ji meneleponku kemarin dan memberikan beberapa tugas untukku. Aku pikir sepertinya dia akan menjadi pembimbingku."

Yao Meng terkejut dan tidak dapat menyembunyikan rasa kecewa di sorotan matanya dengan baik, tapi dia segera tersenyum singkat kepada Xu Xu dengan tidak berdaya. "Baiklah, aku tahu aku tidak bisa mengalahkanmu."

Kejujurannya juga membuat Xu Xu tersenyum. Yao Meng memberikan kain lap kepada Xu Xu. "Aku berniat untuk bekerja keras untuk memanfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin, jadi ayo kita melayani dengan kemampuan terbaik kita!"

Xu Xu mengangguk sambil menerima kain lap itu dan mulai membersihkan mejanya. Saat Yao Meng melihatnya yang sedang membungkuk mengelap meja, dia tersenyum dan berkata, "Xu Xu, mari kita bekerja keras bersama. Meskipun kita akan mengikuti instruktur yang berbeda, mari kita lebih sering bekerja sama ke depannya."

"Baiklah." Xu Xu mengangguk dengan bersemangat kepada Yao Meng.

Hari itu, Xu Xu duduk tegak di depan komputernya tanpa pergi ke kamar kecil. Di sisi lain, Yao Meng tidak seramah kemarin dimana dia bekerja lembur dengan teman sekerjanya dan memesankan mereka makanan. Yao Meng pulang naik kereta bawah tanah dan segera pulang setelah jam kerja.

Orang tua Yao Meng adalah pekerja pensiun dari pabrik kulit dan rumahnya terletak di asrama pabrik tua di daerah selatan kota. Sepulangnya dia ke rumah, Yao Meng kehilangan selera makan. Dia mengabaikan omelan orang tuanya dan langsung masuk ke dalam kamarnya lalu mengunci pintu.

Setelah berbaring di ranjang selama beberapa waktu, dia mengeluarkan handphone nya dan menelepon nomor yang sudah dia hafal di dalam hati.

"Halo, Kapten Ji." Dia agak gugup, tapi dia berusaha keras untuk mempertahankan suaranya untuk terdengar manis. "Aku Yao Meng, petugas magang. Aku benar-benar minta maaf karena mengganggumu, tapi ketika aku mengumpulkan informasi hari ini, aku menemukan masalah yang sulit. Aku dengar dari petugas Zhao bahwa kamu memiliki pengetahuan di bidang ini, jadi aku berharap kamu bisa memberiku beberapa petunjuk."

Yang membuat dia sangat senang adalah Ji Bai bersikap sangat bersahabat. Setelah mendengarkan pertanyaannya, pria itu memberikan penjelasan dengan sabar dan bahkan memujinya karena begitu rajin. Sikapnya itu membesarkan hati Yao Meng, jadi dia mengumpulkan keberanian dan bertanya, "Kapten Ji, aku tahu kamu jarang sekali membimbing murid magang, tapi aku benar-benar berharap bisa belajar darimu. Aku ingin tahu apakah kamu bisa memberikan aku kesempatan?"

Ji Bai tertawa dari ujung seberang sambungan telepon. "Siapa yang memberitahukan mu hal ini? Akan tetapi mengenai murid magang ini sudah diputuskan. Petugas Wu akan menjadi pembimbingmu, dia sangat berpengalaman - aku belajar banyak darinya waktu pertama kali aku tiba di Unit Kepolisian."

Yao Meng menarik napasnya sejenak sebelum membalas, "Itu bagus."

"Ada hal lain lagi yang kamu butuhkan?"

"Tidak ada lagi, terima kasih."

Setelah panggilan telepon itu, Yao Meng duduk di sudut ranjangnya dan menatap langit malam di luar jendela kamarnya. Di bawah kegelapan yang menyelimuti, asrama pabrik terlihat sangat tua, seperti reruntuhan yang ditelantarkan. Dia sangat kecewa hingga air matanya hampir pecah keluar.

Beberapa saat kemudian, dia mengambil teleponnya lagi dan mengirim sebuah pesan. "Kapten Ji, terima kasih atas nasihatmu. Aku akan belajar dengan baik dari petugas Wu dan memastikan untuk tidak mengecewakan para pemimpin di Unit Kepolisian. P.S. Jika aku menghadapi masalah di masa depan, bisakah aku menganggapmu sebagai seorang guru dan meminta petunjuk darimu juga?"

Ji Bai tidak menjawab bahkan setelah waktu yang lama. Balasan itu baru dia terima setelah ia pergi ke lantai bawah untuk makan sebentar, mencuci piring, dan mengepel lantai barulah handphonenya berbunyi. Dia membukanya dan melihat jawaban santai dari Ji Bai. "Instruktur magang mu hanyalah unsur kecil dari kesuksesanmu. Kunci dari kesuksesan adalah hasil akhirmu. Tidak ada perbedaan antara menjadi murid magang ku dengan petugas Wu. Bekerja keraslah."

Xu Xu pulang ke rumah setelah makan malam di kantor polisi. Dia tinggal di kawasan kecil yang dikenal sebagai Lingkungan Kediaman Kekaisaran. Sebuah apartemen yang Xu Juan belikan untuknya di awal tahun. Kediaman itu berlokasi di distrik keuangan, jadi itu tempat orang elit biasanya tinggal. Keamanannya bagus, dan dekat dari tempat Xu Juan bekerja.

Dia memperhitungkan hari masih cukup pagi, jadi dia berganti pakaian, mengambil handuk, memasang headset dan meninggalkan rumah. Ada taman yang baru dibangun di kawasannya yang memiliki suasana yang menyenangkan. Dia berencana untuk berlari beberapa putaran sebelum kembali pulang dan melanjutkan mengerjakan laporannya.

Matahari yang tenggelam tersembunyi dari pandangannya, tapi taman masih terlihat hijau dan menyegarkan. Xu Xu perlahan berlari di sepanjang jalur dan mengamati lingkungan sekitarnya. Banyak orang tersebar dimana-mana. Ada orang tua paruh baya, anak-anak muda, pensiunan, dan anak-anak semua melakukan kegiatan olahraga masing-masing. Hampir semua pelari melewati Xu Xu dengan mudah, meskipun mereka anak-anak. Xu Xu menaikkan suara musik di headsetnya dan mempertahankan kecepatan yang seragam saat dia mengabaikan para pelari itu dan memusatkan perhatian dengan meresapi pemandangan sekitar melalui matanya.

Ini adalah waktu paling santai di dalam harinya, jadi kadang dia akan membiarkan perhatiannya teralihkan. Ketika dia tertarik pada sesuatu, dia akan memperhatikan orang-orang di sekitarnya dan menganalisa tingkah laku mereka sampai hatinya puas. Xu Xu gemar membayangkan orang seperti apa mereka.

Putaran pertama.

Seorang ayah, berpasangan dengan anak laki-lakinya duduk di lengkungan lenggang di sebelah kanan jalur berlari. Anak itu tertawa saat menunjuk ke arah Xu Xu yang kemudian membuat sang ayah juga tersenyum. Xu Xu melirik tak acuh kepada anak itu, tapi dia bisa menduga bahwa anak itu menertawakan kecepatan berlarinya, yang membuatnya sedikit malu.

Di sebuah pavilyun, ada seorang tua berambut putih yang memegang sebuah radio dengan mata menyipit.

Di bawah pohon palem phoenix, berdiri seorang lelaki dan perempuan yang mengobrol gembira. Perempuan itu berusia tiga puluhan, sedangkan si lelaki kelihatannya di usia dua puluhan, postur tubuh mereka menunjukkan kedekatan yang tidak intim. Kemungkinan mereka berdua bersaudara.

Putaran kedua.

Sang ayah dan anak laki-lakinya bergandengan tangan sambil berdiri. Mereka mungkin berencana untuk pulang ke rumah. Anaknya tertawa lagi saat melihat Xu Xu dan Xu Xu membuang muka untuk menghindari tatapan mereka,

Orang tua berambut putih di pavilyun sudah pergi.

Lelaki dan perempuan itu masih di tempat yang sama, tapi mereka sekarang sedang duduk.

Putaran ketiga.

Langit semakin gelap dan semakin sedikit orang yang berada di taman. Hanya ada gedung perkantoran dan bangunan kediaman mewah yang ada di sekitar, jadi ketika mendekati waktu malam, tidak banyak orang yang datang ke taman.

Hanya seorang pria dan wanita yang tertinggal di bukit berumput, Mereka menundukkan kepala mereka dan berbicara. Pria itu meletakkan tangannya di bahu wanita itu dan tertawa karena sesuatu yang dikatakannya. Wanita itu pun tertawa saat dia menyandar ke rerumputan di belakangnya dengan sikap anggun dan lembut. Dia terlihat cukup cantik di posisi itu.

Xu Xu memalingkan tatapan dengan acuh tak acuh untuk memberikan mereka privasi.

Tiba-tiba, teriakan kencang wanita itu menembus gendang telinganya.

Xu Xu berhenti dan berbalik. Dia melihat mulut wanita itu terbuka lebar dan dia mengangkat tangan kanannya ke atas. Telapak tangannya terlihat terluka parah dan ada darah yang mengucur dari pergelangan tangannya. Wajah pria di sebelahnya pun tiba-tiba berubah.

Xu Xu melepaskan headsetnya dan berlari menghampiri mereka.

Jika dia tidak salah melihat, pembuluh darah arteri wanita itu terpotong. Semua ini terjadi dalam sekejap mata.

Ketika dia sedang berlari, dia tiba-tiba mengingat apa yang dikatakan Zhao Han pagi itu. "... seorang warga tiba-tiba terpotong pisau silet yang ditinggalkan seseorang di kursi panjang Taman Ruiying ...."

Apakah ini bukan sebuah kebetulan?

avataravatar
Next chapter