Bagaimana kalau suatu saat, kau terbangun di tempat yang tak kau kenali dan di sampingmu, lelaki cantik tertidur dengan pulas? "Tadi malam, kau mengatakan kalau kau akan menikahiku." ujarnya dengan wajah malu-malu. Aku, Elaine, sepertinya berada di dalam situasi yang cukup gawat. SEBENARNYA APA YANG TELAH AKU LAKUKAN?!
Sinar matahari pagi sangat cerah dan hangat seperti biasa. Burung-burung berkicauan, menyambut pagi hari dengan suka cita. Embun-embun di dedaunan hijau dan rerumputan masih menyeruak menyebarkan bau segar, membuat siapapun menjadi bersemangat untuk menjalani hari ini.
Ha, ha. Kecuali aku.
Aku, Elaine, entah kenapa berada di situasi yang cukup gawat.
Aku sudah terbangun sejak tiga puluh menit lalu. Matahari pagi masuk lewat celah-celah jendela dan menusuk mataku, membuatku mau tak mau harus memaksa membuka kedua mataku atau memilih untuk merubah posisi tidurku agar tak terkena pantulan sinarnya.
Aku yang awalnya lebih memilih ingin kembali melanjutkan tidurku, merubah posisi tidurku menghadap ke kanan, yang sukses membuatku mengutuk diriku sendiri.
Rasa kantukku langsung menghilang dalam sekejap saat mataku menangkap sosok lain berada di dalam selimut dan ranjang yang sama denganku.
Ia nampak tertidur dengan pulas seperti seorang bayi disaat aku merasakan darah di sekujur tubuhku mulai menguap.
INI DIMANA?!
Kenapa aku bisa berada disini?!
Aku melihat ke arah sekeliling, ruangan ini tak kukenali sama sekali!
Terlebih interior atau apapun yang berada di kamar ini terlihat tak akan pernah terjangkau dengan gajiku selama sebulan.
Aku merasa badanku mulai panas dingin.
Aku menatap sosok di depanku sekali lagi. Ia memiliki rambut berwarna hitam, bibir berwarna pink, hidung mancung, dan pipi yang memerah. Ia benar-benar memiliki wajah yang indah seperti gadis dalam lukisan.
Aku menelan air liurku. Wajahnya benar-benar tipeku.
Tanpa sadar, aku menyeringai penuh maksud. Aku ingin sekali menyentuh wajahnya dan melakukan eksperimen di sana.
A-ah!
Slap!
Aku memegangi pipiku yang perih dan menggelengkan kepalaku cepat. Hampir saja kesadaranku diambil alih, huft. Aku tak ingin masuk dalam berita di koran lokal dengan judul si mesum yang mencari kesempatan dalam kesempitan.
Aku dengan cepat menyingkap selimut dan menemukan kalau aku masih mengenakan pakaian lengkap.
Tak ada yang kurang.
Tak ada yang lebih pula.
Aku kembali menutup selimutku.
Aku mencoba mengingat-ingat kenapa aku bisa berada di sini dan akhirnya, aku tak mengingat apapun.
Ha, ha, memoriku memang seburuk itu.
"Apa aku diculik?" tanyaku pada diriku sendiri.
Tak mungkin. Tak ada keuntungan apapun bagi para penculik menculik seseorang sepertiku.
Sambil terus berpikir, aku tiba-tiba menyadari sesuatu. Karena terlalu fokus memikirkan yang tidak-tidak, aku sampai tak menyadari tangan sosok di sampingku yang memeluk perutku dengan erat.
Aku kembali membuka selimutku dan menatap tangan di atas perutku yang terlihat cukup besar untuk tangan seorang wanita, membuatku menaikkan sebelah alisku heran.
Sebelum sempat memastikan semua perkiraan super negatif dalam kepalaku, aku mendengar suara yang semanis madu berbisik menyapaku dengan senyuman manis.
"Good morning."
Aku refleks menoleh dan mendapati senyuman indah seindah senyuman bidadari dari orang super indah pula dan beruntungnya senyuman indah itu tengah ditujukan padaku.
Sangat silau, sungguh silau.
Melihat senyuman sangat indah seperti itu membuatku ingin sekali meraba-raba wajahnya, tapi akal sehatku masih bekerja dengan baik sehingga aku bisa menahan diri.
Bangun di pagi hari ditemani wanita secantik ini bagaikan dapat limited SSR dalam sekali tarik.
Huh?
Tunggu sebentar.
Aku tahu ini sangat indah atau mungkin terlalu indah untuk menjadi kenyataan. Kalau bisa, aku tak ingin mengetahuinya dan memilih tinggal dalam delusiku sendiri. Tapi, demi menjernihkan isi kepalaku, aku harus memastikannya.
Dengan cepat aku mendudukkan tubuhku dan kembali membuka selimutku dengan perlahan dan mencoba menghilangkan semua kemungkinan-kemungkinan buruk yang daritadi berhamburan di kepalaku.
Mataku mengerjap beberapa kali saat aku sukses menyibak selimut yang sedaritadi menutupi kami berdua dan melemparnya ke sembarang arah.
Aku terdiam untuk beberapa saat.
"Huh? Mungkin aku salah lihat?"
Aku mengucek mataku dengan cepat, berharap apa yang kulihat barusan bukanlah sebuah kenyataan.
"Huh?"
Aku masih menatap tak percaya.
Aku tak ingin percaya.
Tapi, benar saja...
DUA BUAH BUNTALAN LEMBUT ITU TAK ADA DI SANA!
AKU HANYA BISA MELIHAT DADA SUPER RATA DAN OTOT DIMANA-MANA!
TERLEIH- terlebih... Otot perutnya itu!
SANGAT INDAH!
Oke, bukan, maksudku, iya, itu... AKU TIDUR BERSAMA LAKI-LAKI?!
KEMANA WANITA CANTIKKU TADI?!
KENAPA BEGITU TEGA MENGHANCURKAN FANTASIKU DI PAGI HARI?!
Baik, tenang, aku harus tenang.
Untuk kedua kalinya, rasanya darahku seketika menguap dari tubuhku.
"Apa yang kulakukan disini bersama laki-laki?" tanyaku pada diriku sendiri dengan nada penuh frustasi. Harapan indahku dihancurkan begitu saja.
"Apa kau tak mengingatnya?" tanya sosok dengan suara super manis di sampingku ini. Aku menoleh kearahnya kesal, tapi ia membalasnya dengan senyuman manis.
Ia ikut mendudukkan tubuhnya dan memainkan rambutnya sambil menatapku dengan wajah memerah.
YA TUHAN! CANTIK SEKALI!
Dengan wajah blushing secantik itu, siapapun pasti akan suka cita menerkam lelaki di sampingku ini.
"Tadi malam, kau mengatakan kalau kau akan menikahiku." ujarnya dengan wajah malu-malu.
Aku menatapnya dengan kedua mata membulat, tak percaya mendengar perkataannya.
"A-apa..." tiba-tiba, aku kesulitan bicara. Aku mengambil oksigen sebanyak-banyaknya dan menelan air liurku dengan susah payah, "A-apa aku mengambil keperjakaanmu?" tanyaku bego.
M-maksudku...
WOMAN IN TOP?!
Ya, beberapa temanku sering kali mengatakan kalau aku memiliki pikiran kotor, tapi, tapi, aku tak menyadari kalau maksud mereka aku sebejat itu?!
BAGAIMANA BISA AKU MENGAMBIL KESUCIAN LELAKI SEPERTI DIA INI?!
Tunggu sebentar...
Tapi, aku belum pernah melakukan adegan dewasa sebelumnya. Aku sendiri masih innocent untuk praktik langsung. Jadi, mana mungkin aku menyerang lelaki cantik, 'kan? Selain itu, aku juga selalu memiliki self control yang bagus selama ini, tak mungkin aku melakukan sesuatu sebejat itu.
Hm...
Sebelum mendengar jawabannya, aku dengan segera mengibaskan tanganku dan menatapnya serius, "Aku tak mungkin mengatakan kalau aku akan menikahimu," ujarku sambil menatapnya. Aku tahu ia berbohong padaku karena aku tak ada niatan untuk menikah, "Jadi, kau siapa? Ini dimana?" tanyaku setelah kesadaranku kembali sepenuhnya.
"Setelah melakukan ini dan itu kepadaku dan kau mengatakan kau tak akan menikahiku?" tanyanya dengan ekspresi wajah terluka yang membuatku mematung.
APA AKU MEMANG MELAKUKAN SESUATU PADANYA?!
Aku jadi meragukan diriku sendiri.
Aku menggelengkan kepalaku cepat, "Secantik apapun orang di depanku, aku tak mungkin melakukan sesuatu yang buruk padanya. Jadi, cepat katakan, ini dimana dan kau siapa?"
Sosok cantik di depanku memangku wajahnya dengan tangannya. Matanya tak berhenti menatap wajahku dan entah kenapa membuatku tak nyaman.
"Aku siapa, kah?" ujarnya masih tak berhenti menatapku, tapi karena aku tak mau kalah, aku balas menatapnya. Ia menghela napas panjang sebelum melanjutkan, "Kau benar-benar tidak mengingatnya?" tanyanya yang membuat dahiku berkerut. Kalau aku mengingatnya, aku tak mungkin bertanya, 'kan?
Juga, ekspresi dan sikapnya langsung berubah dengan cepat. Kemana si cantik dan wajah blushing indahnya pergi?!
Ah, tidak, tidak. Aku harus fokus memikirkan ini, jangan tergoda dengan wajah cantiknya!
Saat tak mendengar jawaban dariku, ia menepuk tangannya dua kali dan pintu ruangan langsung terbuka. Muncul pelayan yang membawa berbagai macam makanan.
"Makanlah sebelum kau pergi." ujarnya lalu berdiri. Ia merapikan piyamanya yang terlalu terbuka, lalu berjalan meninggalkan ruangan ini dan tak menoleh ke arahku. Ia bahkan tidak menjawab pertanyaanku sama sekali.
Sebenarnya dia kenapa?
Atau... aku memang melakukan sesuatu padanya?
Ekspresi wajahnya yang terlihat kecewa membuatku merasa bersalah.
Argh! Aku tak bisa mengingatnya!
Aku mengacak rambutku kesal. Mau berusaha sekuat apapun aku tak akan bisa mengingatnya, "Lebih baik aku makan." ujarku menyerah. Bau makanan di depanku membuat perutku berdendang ria.
Siapa tau setelah perutku kenyang, aku bisa mengingat semuanya.