3 [Kim Taehyung] Sebuah Peperangan (1)

"Apa? Bagaimana bisa?" Suara melengking Taehyung memenuhi dorm. Sontak membuat Suga yang sedari tidur di sofa terjungkal kaget.

"Aku dengar sendiri, Hyung. Mereka mau mengambil alih dorm kita," adu Jungkook. "Jimin dan Hoseok Hyung sedang melabrak mereka di lapangan bola."

"Astaga! Apa lagi ini," dengus Suga.

Taehyung, Suga, dan Jungkook pergi ke lapangan bola. Dan benar saja, terjadi adu mulut antara Jimin-Hoseok dengan anggota tim bola. Astaga, ini pengeroyokan namanya. Dua lawan tiga belas orang lebih.

Kedua tangan Taehyung mengepal erat. Kesabarannya sudah berada di ujung batas.

"Kalian itu tim tak berguna! Tak menghasilkan, jadi percuama saja diberi fasilitas yang bagus," ucap seorang siswa tinggi yang kulitnya paling gelap dari yang lain.

"Mingyu benar! Lagi pula bukan kami yang meminta dorm kalian, tapi pihak sekolah yang akan memberikannya pada kami untuk fasilitas tambahan," dukung yang lain pada siswa yang bernama Mingyu tadi.

"Jadi, kau pendek, pulang sana ke rumah! Jangan main olahraga yang membosankan itu lagi," ejek Mingyu.

Jimin baru saja ingin melayangkan jotosan tapi di dahului oleh Taehyung yang tiba-tiba menyerang Mingyu. Keributan makin panas saat Mingyu membalas jotosan Taehyung. Keduanya saling mencengkram kerah seragam masing-masing. Sampai ada yang melerai keduanya.

Dari tim baseball ada Namjoon dan Seokjin menarik Taehyung ke belakang, sementara dari tim bola ada Seungchool dan Hoshi yang menenangkan Mingyu.

"Hyung, lepaskan aku! Aku tak terima kalau olahraga kesayanganku dihina." Taehyung meronta dalam pelukan Seokjin. Sementara Namjoo menahan dadanya agar tak semakin bergerak maju.

"Husstt, tenanglah! Kita bisa bicarakan baik-baik tanpa menggunakan otot."

"Halah, bilang saja kalian itu lemah! Takut kalah dengan kekuatan kami kan?" Mingyu memprovokasi dengan tawa meremehkan.

"Tutup mulutmu, Kim Mingyu! Ini tidak sportif namanya," cela Seungchool. Lalu memerintahkan dua orang agar membawa Mingyu pergi.

"Maaf atas keributan yang tadi." Namjoon memulai konversasi sebagai yang kapten tim-- yang bertanggungjawab atas kejadian memalukan tadi.

"Sama-sama. Kami juga meminta maaf kalau ucapan Mingyu menyinggung kalian," balas Seungchool.

"Okei. Tapi bisakah kau meminta tolong pada anggotamu untuk tak memaksa kami segera pindah dari dorm. Bagaimanapun, sekolah belum memberi keputusan dan perintah resmi. Jadi, dorm itu masih hak kami." Namjoon menyampaikan pendapatnya. Secara tak langsung memprotes perilaku tim bola yang telah mengusik mereka dan menyuruh mereka berhenti. Karena setiap hal punya batasannya sendiri. Seburuk apapun timnya, bukan berarti tim lain boleh melanggar batas.

"Iya, kami tahu. Dan aku mewakili memintaa maaf atas perilaku beberapa anggotaku." Seungchool berkomentar. "Namun kalian juga harus tahu. Tentang pengambilan alih dorm itu, bukan keinginan kami. Kami hanya ditawari untuk perluasan dorm. Dan sekolah memilih dorm tim yang paling tidak produktif di sini. Sayangnya... itu tim kalian. Jadi maaf, kalau mungkin cepat atau lambat tim kalian akan dibubarkan."

"Apa katamu!" Taehyung tak terima atas ucapan Seungchool. Hampir saja maju, namun langkahnya di tahan oleh Namjoon.

"Sejujurnya kami juga ingin menang dan tak dibubarkan. Well, jadi kami akan minta waktu pada pihak sekolah untuk memikirkan masalah ini kembali. Ku harap sampai waktunya tiba, kita saling menjaga batasan masing-masing," ujar Namjoon menutup diskusi.

Paska kejadian hari itu. Tim bangtan kini terpecah menjadi dua kubu. Satu kubu berpikir untuk berhenti dan menyerah saja atas baseball. Sedangkan yang satu masih ingin bertahan. Bagaimanapun ini kesempatan terakhir mereka sebelum tahun depan fokus belajar untuk kelulusan.

"Mungkin kita harus berhenti main baseball?" Hoseok membuka diskusi. Ketujuh orang itu sedang berganti seragam sekolah ke baseball. Ada Namjoon dan Seokjin yang masih rapi dengan seragam sekolah karena baru masuk. Sedangkan Taehyung, Jimin, dan Jungkook sudah memakai seragam baseball. Sementara Hoseok sedang berganti celana sedangkan Suga baru saja menanggalkan seragam atasasan, menyisakan kaus dalam putih.

"Kau bilang apa sih, hyung! Jadi orang jangan mudah menyerah begitu, dong," balas Taehyung.

"Tapi tae... Bagaimana kita bisa meyakinkan pihak sekolah kalau kondisi kita begini-begini saja." Jimin berujar pesimis.

"Itu situasi sulit untuk kita hadapi sebagai siswa smp. Mungkin ini adalah situasi tersulit sepanjang hidupku?" Suga menyuarakan pikirannya.

"Aku juga, sebenarnya... Ibu sudah memaksaku untuk segera keluar dan fokus belajar." Jungkook mengeluarkan uneg-uneg yang sebenarnya tanpa diberitahu, semua anggota sudah paham akan kondisinya.

Namun tetap, sebagai anggota yang lebih tua, Seokjin dan Namjoon menghibur mereka. Mengatakan bahwa mereka tak perlu berpikir terlalu keras. Katanya biar mereka saja yang berbicara dan meminta solusi pada pihak sekolah tentang masalah ini.

Maka di sinilah Namjoon dan Seokjin. Di ruang wakasek untuk meminta diberi kesempatan. Namjoon berjanji akan mengembangkan potensi tim dan bahkan mengikuit turnamen wilayah yang akan diselenggarakan dalam waktu dekat.

"Bagaimana kau akan bermain hanya dengan tujuh orang?" Pak Ko meletakkan korannya ke atas meja. Menaruh kecamata bacanya lalu menatap pada kedua siswa yang berdiri di depannya.

"Hmm itu... Kami akan merekrut anggota baru lagi, pak," jawab Namjoon.

Pak Ko mendengus. "Di saat tak ada seorang pun yang ingin bergabung ke tim kalian?"

Baik Namjoon dan Seokjin tangan mereka terkepal di bawah sana.

"Itu..." Namjoon hampir tak bisa menjawab.

"Kami akan berusaha menyakinkan orang-orang, pak! Pasti. Kami hanya butuh dua orang untuk melengkapi tim."

"Kau pikir esktrakulikuler itu tempat bermain, eo?!" Suara Pak Ko sedikit ditekan. Membuat Namjoon dan Seokjin semakin gelisah. "Sekolah harus mengeluarkan biaya yang besar untuk semua fasilitas. Tapi tim kalian bahkan tak memberikan output yang sebanding dengan input biaya yang kami berikan." Pak Ko lantas berdehem. "Lebih baik fasilitasnya ku berikan pada timku saja yang sudah jelas-jelas sedang berkembang."

Pernyataan terakhir Pak Ko adalah tamparan berat bagi tim baseball. Tentu saja dia bisa berbicara dengan enteng seperti itu ketika tim bola mengalami hal-hal baik, tak bernasib malang seperti mereka. Dan apakah barusan Pak Ko telah membandingkan mereka? Sialan! Menyebalkan sekali.

Suara ketukan pintu menyelamatkan Seokjin dan Namjoon dari kalimat yang paling mereka hindari, semacam pernyataan pembubaran tim dan sebaginya. Pak Tablo, guru penjas mereka meminta ijin masuk. Dan ternyata kedatangannya untuk membela tim baseball.

"Ku mohon, Pak. Beri anak-anak ini kesempatan. Bagaimanapun, mereka pernah berjaya pada masanya. Dan mereka masih punya kesempatan untuk berkembang, setidaknya sampai tahun depan sebelum fokus menghadapi ujian kelulusan. Jadi tolong pertimbangkan kembali atas pembubaran tim ini," ucap Pak Tablo.

Membuat Pak Ko terdiam beberapa saat. Lalu berdehem, "Tapi ini bukan hal yang bisa kuputuskan seorang diri."

"Maka dari itu... Anda bisa membicarakannya nanti di rapat bulanan. Ya, setidaknya jangan bubarkan tim ini sebelum semua stakeholder telah menyetujui pembubaran ini." Pak Tablo kembali meminta pertimbangan.

Membuat Pak Ko berdecih dan akhirnya mengiyakan. Namjoon dan Seokjin merasa bersyukur juga bahagia. Terimakasih untuk Pak Tablo yang telah membantu.

Beda tempat beda kondisi. Jika Namjoon dan Seokjin sedang berjuang untuk meyakinkan wakasek, maka berbeda dengan anggota lain yang telah selesai melakukan pemanasan sebelum latihan seperti biasanya.

Taehyung yang baru beberapa kali melakukan batting (latihan memukul), tiba-tiba melemparkan batnya (pemukul) ke samping sambil berteriak frustasi. Bagaimanapun, dia tetap tak bisa fokus latihan dalam kondisi ini.

"Dasar, pak tua sialan! Ku doakan kau semakin botak kalau sampai membubarkan tim." Ucapnya yang ditujukan pada sang wakasek. Karena dengar-dengar, pak tua itulah yang paling bersikeras untuk membubarkan tim baseball dan menjadikan dorm mereka untuk anak bola.

"Sudahlah Tae, kita percaya saja pada Namjoon dan Seokjin hyung." Jimin menenangkannya.

"Tidak! Aku kesal sekali padanya. Mentang-mentang jadi pembimbing tim bola. Ini pasti hanya akal-akalannya saja agar untuk memperluas kekorupannya."

Jimin dan Jungkook hanya bisa mengangkat bahu. Memang sudah menjadi rahasia umum, kalau Pak Ko itu suka mengambil keuntungan untuk dirinya sendiri. Sayangnya jasanya terlalu besar untuk sekolah mendepaknya keluar.

"Jadi kau mau apa, hyung?" Tanya Jungkook.

Membuat Taehyung tiba-tiba tersenyum licik. "Aku punya rencana bagus," ucapnya. Membuat Jimin dan Jungkook hanya bisa saling pandang.

avataravatar
Next chapter