2 Namaku Raishyel

Lima tahun berlalu dengan cepat, setelah pertarungan waktu itu. Dia memutuskan untuk meninggalkan Kekaisaran Brood Star, mengubah diri sendiri menjadi seorang anak berusia 14 tahun, ia melewati perbatasan dan pergi ke Dataran Penyihir.

Saat pertama kali ia menginjakkan kakinya di tempat itu, perasaan asing menyelimuti Raishyel dengan segera, hanya karena hembusan angin dari arah Kekaisaran yang membuatnya agak lega.

Raishyel memandang jauh kedepan, dia melihat sebuah bangunan yang tampak seperti Akademi.

"Jadi seharusnya aku pergi ke sana." ucapnya sambil tersenyum.

Dataran penyihir tidak jauh berbeda dengan kekaisaran, hanya saja penduduk ditempat itu dua kali lipat lebih banyak.

Ketika Raishyel sampai di depan Akademi, ia menemukan bahwa tempat itu dipenuhi oleh orang-orang yang seumuran dengannya. Beberapa dari mereka tampaknya telah melewati ulang tahun yang ke 15.

Akademi itu terlihat bagus dan megah, dibagian gerbang bertuliskan nama "4 Elemen", dikedua sisi terdapat bendera bergambar seperti segitiga biru dengan dikelilingi lambang dari empat elemen itu sendiri yaitu, air, api, angin, dan bumi.

Raishyel menggaruk kepalanya, memandang kedepan antrean yang panjangnya lebih dari 50 meter itu, jika dihitung ia mungkin telah berada di nomor antrean setidaknya 100.

Ketika Raishyel sedang menghitung nomornya, tiba-tisa seseorang menepuk pundaknya.

"Hei, kau merebut posisi antreanku," ucap orang itu.

Raishyel tidak bisa untuk tidak menoleh, segera ia mendapati bahwa orang yang baru datang memiliki tinggi yang sama dengannya, pakaiannya rapi dan wajahnya tidak kalah tampan dengannya.

"Oh, maaf," Raishyel mundur beberapa langkah, membiarkan orang itu mengambil lagi tempatnya.

'Ini nomor 101' batin Raishyel seraya mendengus kesal.

Beberapa jam kemudian ...

"Kekuatan spiritual kurang dari 400, jenis sihir tanaman, pergi ke kelas C ... selanjutnya." setelah penguji mengucapkan beberapa kata itu, anak yang diuji segera bergegas pergi memasuki Akademi.

Raishyel yang melihat adegan itu hanya menunggu sampai giliran orang yang ada di depannya tiba.

"Tempelkan tanganmu!" titah si penguji.

Orang itu mengangguk, tangan kanannya menyetuh sebuah bola biru yang melayang di depannya, setelah beberapa saat, benda itu bercahaya dan satu per satu angka muncul dipermukaan. Menggambar angka 600.

Penguji menangguk, "Lalu dekatkan dahimu!"

Pada saat ini Raishyel melihat pria paruh baya yang sedang melakukan pengujian itu meneteskan sebuah cairan bening ke dahi anak di depannya. Hanya sesaat sampai akhirnya sebuah tanda muncul di antara alis anak itu.

Raishyel tanpa sadar menyentuh dahinya, jika air itu menunjukkan jenis sihir seseorang, maka apa yang akan terlihat di dahinya? Raishyel agak hawatir, itu tidak bisa menjadi lambang Raja. Dia harus mengubah aliran sihirnya.

"Hei kekuatan spiritualku berada di angka 600, dan sihirku adalah angin. Aku juga akan melihat punyamu, jadi biarkan aku memperhatikanmu, ya?" ucap anak lelaki itu sambil tersenyum.

Raishyel agak kaku menjawab, "Ah ... oke ... En!"

"Tora Manaqel, panggil Tora saja hehe ..."

"Baiklah!" Raishyel mengangguk.

"Yang terakhir!" Panggilan penguji  membuat Raishyel agak terkejut, namun ia segera bergegas.

"Tempelkan tanganmu dan masukkan kekuatan spiritualmu."

Raishyel mengangguk, tangannya menyentuh bola biru seperti yang dilakukan perserta lain, dia menyalurkan setidaknya 20% kekuatan spiritualnya, kemudian sesaat setelahnya muncul satu angka delapan dan dua angka nol, berjajar pada satu garis lurus dipermukaan bola.

Pria itu tercengang. 800 tingkat kekuatan spiritual, keberadaan macam itu? Dalam sejarah, ini yang pertama kalinya muncul tingkat diatas 700 pada usia remaja.

Ketika penguji belum sepenuhnya sadar kejutan, ia dipaksa terkejut sekali lagi oleh jenis sihir yang dimiliki Raishyel. Sihir darah, sihir yang paling jarang dari semua jenis sihir, karena bisa dikatakan sihir darah adalah sihir yang paling sulit dipelajari. Hanya ada segelintir manusia yang dapat mengembangkan sihir itu dan menjadi keberadaan yang kuat.

Pria tersebut menghela napas, "Itu benar-benar sihir darah dan 800 tingkat kekuatan spiritual, sangat bagus, kalian berdua masuk ke kelas B."

"Sihir darah sungguhan, bahkan tanda di dahimu itu lebih indah dari punyaku."

"Apakah ada yang salah dengan sihir darah?" tanya Raishyel.

Tora terkikik, "Tidak ada, hanya saja sihir itu terlalu sulit digunakan, ada banyak pengguna sihir darah yang bahkan tidak bisa menembus level pertama dari kedudukan penyihir pemula, tapi kau tenang saja, tidak semua orang gagal menggunakannya, aku akan membantumu, oke?"

Raishyel mengangguk, tentu saja ia tidak akan gagal, bagaimana bisa dia yang seorang penguasa darah dibandingkan dengan para penyihir biasa? Itu sangat konyol.

Kedua orang itu memasuki kelas B secara bersamaan, ada lebih dari 30 anak di dalam kelas, Tora dan Raishyel menuju tempat duduk paling belakang.

Raishyel melihat anak-anak itu sekilas, dengan satu tarikan napas, ia sudah mengetahui jenis sihir dari mereka, benar saja tidak ada yang memiliki sihir darah seperti dirinya.

"Halo, bisakah aku meminta waktu?"

Pandangan Raishyel tertuju pada seorang siswa yang berdiri di depan.

"Karena kita disini, tidak bisakah kalian memperkenalkan diri? Namaku Leo Enderwinch, sihirku adalah air, aku ingin mendapat banyak teman hehe." ucapnya seraya tersenyum kearah yang lain.

"Aku aku," Raishyel menoleh, terlihat yang mengangkat tangan pertama kali adalah Tora, berbicara dengan bangga, "Namaku Tora Manaqel, sihirku adalah angin, disini aku akan mengalahkan para senior."

'Orang-orang idiot, tujuan macam apa itu?' batin Rai, perhatiannya mengalih pada seorang siswi yang sekarang sudah berdiri.

"Aku Lesaria, sihir Es, tunggu sampai aku menjadi kuat dan berdiri di puncak para penyihir."

Mendengar itu Raishyel tersenyum, setidaknya masih ada orang yang punya tujuan besar dalam hidupnya. Berdiri dipuncak ... huh? Raishyel tanpa sengaja mengingat kejadian beberapa ratus tahun yang lalu, menjadi yang terkuat pada dasarnya tidak menyenangkan.

"Apakah ada yang mau memperkenalkan diri lagi? Hei kau!" ucap Leo seraya mengarahkan telunjuknya pada Rishyel.

Raishyel menoleh, "Aku?"

"Iya, siapa namamu?"

Tora berkata dengan semangat, "Benar sekali, aku bahkan lupa menanyakan namamu, padahal kita kan datang bersama."

"En ... Aku Raishyel Fanderax, Sihir darah."

Hening!

Semua orang yang ada dikelas memandang Raishyel dengan heran, kecuali Tora yang dengan segera menggamit leher Raishyel.

"Bagus, kau telah menjadi bagian dari kita, dimasa depan kita akan jadi partner."

'Siapa yang mau menjadi partnermu?' tanya Raishyel dalam hati, ekspresinya menjadi datar.

"Sihir darah ya, membosankan sekali." seseorang menyahut dari luar. Sosok lelaki dengan tubuh ramping dan mata tajam, berjalan ke dalam kelas.

"Itu bukannya pangeran Olan?"

"Kudengar kerajaan Nirvana mengirimnya kesini untuk belajar."

"Aku rasa sekolah ini layak disebut sekolah pertama di Dataran."

Raishyel mengerutkan alisnya ketika mendengar bisikan dari murid lain. Bukankah kerajaan Nirvana adalah bawahan dari orang itu? Jadi sekarang kerajaan itu ternyata sudah mempunyai generasi muda seprti yang ia lihat sekarang.

avataravatar
Next chapter