11 Sebelas

"Ma?? Aku pulang!" panggil Jaeta baru saja membuka pintu rumah diikuti Anala yang berjalan mengekorinya dengan wajah canggung.

"Mama!!" ulang Jaeta tak mendapati jawaban sambil kini duduk di sofa ruang tamu.

"Iyaa!" terdengar jawaban diiringi seorang wanita berumur yang berwajah sekilas mirip Jaeta menghampiri mereka.

Jaeta bergerak mencium tangan sang mama diikuti Anala yang membuat Jeni, mama dari Jaeta melirik Jaeta penasaran ingin tahu siapa gadis berparas manis yang dibawa anaknya ini.

"Kenalin ma, ini Anala. Dan kenalin ini mamaku," Jaeta saling memperkenalkan dua wanita didepannya itu.

"Anala tante," ujar Anala sopan tersenyum pada Jeni.

"Jadi gini ma, kan kemaren aku janji ajak temen aku yang aktor itu kesini. Eh ternyata aku lupa ngabarin, jadi aku ajak Anala aja kesini. Anala ini desainer ma, dia punya butik yang lumayan besar dan bentar lagi mau ngeluarin produk baru secara besar-besaran dan aku bakalan jadi modelnya."

Jeni mengangguk paham sekaligus takjub mendengar penjelasan Jaeta, sedangkan Anala hanya bisa angguk-angguk walau tidak mengerti apa gunanya ia dibawa kesini.

"Nama brand nya apa? Tahu aja tante kenal," tanya Jeni pada Anala.

"Nalaprana tante. Ya belum begitu terkenal sih tante, kita masih dalam proses merintis."

"Nalaprana?? Waah, tante pernah beli produk kamu. Siapa bilang tidak terkenal? Teman-teman tante udah banyak yang kenal sama produk kamu, bagus banget. Jadi itu punya kamu? Nggak nyangka banget yang punya ternyata masih muda, mana cantik lagi," puji Jeni yang membuat Anala menjadi malu.

"Duh, jangan berlebihan gitu dong tante, masih belum apa-apa dibanding brand lain. Ini masih usaha ngembangin makanya ngajak Jaeta kerja sama untuk mempromosikan tante," Anala merasa tidak enak dengan pujian mama Jaeta.

"Tante doain lancar, seneng deh Jaeta ngajakin kamu kesini. Kamu udah lama kenal Jaeta? Pasti udah deket ya sampai diajakin ke rumah segala."

Anala terdiam melirik Jaeta yang duduk disebelahnya, jangankan dekat, bahkan ia hanya bertemu pria ini beberapa kali dan bukan dalam momen yang baik.

"Waaah ada Om Jae?" sebuah suara cempreng tiba-tiba datang mencuri perhatian mereka. Seorang wanita lain memakai daster menggendong bayi perempuan dengan rambut lebat yang kira-kira masih berumur satu tahun.

"Kak Talya lagi disini??" kaget Jaeta langsung berdiri dengan semangat mendekati sang kakak hendak mengambil keponakan yang entah kapan terakhir kali ia gendong.

Talya memberikan anaknya pada Jaeta dan bergerak duduk didekat mamanya sambil melirik Anala.

"Kak..," sapa Anala canggung pada Talya.

Talya balas tersenyum kecil dan melirik Jaeta yang tengah sibuk dengan anaknya.

"Nggak apa-apa kamu bawa cewek ke rumah? Kamu udah boleh pacaran sama agensi?"

Anala dan Jaeta dibuat kaget bersamaan mendengar pertanyaan ibu muda berdaster itu.

"Eh kak, aku bukan pacarnya Jaeta," dengan cepat Anala mengklarifikasi.

"Eh?? Bukan?" Talya kaget sendiri.

"Anala itu kenalanku," tambah Jaeta sekilas lalu keluar rumah membawa Naura, keponakan kecilnya yang imut.

"Cuma kenalan doang?" Talya memastikan kepada mamanya yang duduk tepat disampingnya.

"Katanya sih gitu. Anala ini desainer loh kak. Waktu itu kakak pernah puji baju mama untuk pertemuan di kantor papa, ternyata itu dari brand nya Anala ini," Jeni memberi tahu.

"Oh ya? Hebat dong, lain kali boleh dong kita main ke tempat kamu?"

"Boleh kok kak," Anala masih canggung menghadapi keluarga Jaeta.

"Tapi seriusan kamu bukan pacarnya Jaeta? Jaetanya emang belum boleh pacaran ya?" Talya kembali memastikan dengan wajah sangat penasaran mengenai kehidupan adik satu-satunya tersebut.

"Aku sama Jaeta emang nggak punya hubungan khusus kok kak. Dan mengenai Jaeta boleh apa nggak pacaran, aku juga nggak tahu kak."

Talya hanya menghela napas pendek.

"Kok kakak begitu? Emang kenapa kak?" tanya Anala merasa aneh dengan respon yang diberikan kakak dari Jaeta ini.

"Kakak khawatir aja. Jaeta ini orangnya suka baik ke semua cewek, jadi cewek nangkapnya kayak PHP gitu, sedangkan dia dilarang pacaran sama agensinya buat jaga karier dia."

"Terus masalahnya apa kak?" Anala tidak paham apa inti permasalahannya sekarang.

Talya menggaruk kepalanya bingung bagaimana menyampaikan apa yang ada dipikirannya.

"Takutnya hal ini yang malah jadi bumerang untuk dia. Image nya bisa hancur karena berbagai isu miring. Kalau emang dia punya pacar kan ada yang ngebatas dia. Kamu tahu kan gimana Jaeta? Banyak cewek yang dengan mudah luluh sama dia, bisa jadi nanti dia malah dicap playboy sedangkan image yang dibentuk untuknya adalah image yang baik."

"Mama juga khawatir, Jaeta ini juga kebiasaan ngalus ke cewek tanpa dia sadari. Kalau begitu terus nanti kariernya malah terganggu," tambah Jeni mengenai bungsunya itu.

"Tapi kalau dia pacaran, fansnya juga bisa ngamuk," tambah Talya malah bingung sendiri.

Anala selaku pendengar hanya bisa mengerutkan dahi, "duh aku nggak begitu paham. Jujur aku belum begitu kenal Jaeta dan dunia entertain," ucap Anala tersenyum kecut.

"Lagian kenapa juga ya kita malah cerita ke kamu? Maaf ya Anala," Jeni tersadar dan meminta maaf.

"Benar juga, malah kita belum kasih kamu minum. Tunggu bentar ya, biar kakak yang ambilin minum," Talya tersadar dan dengan cepat kembali ke belakang untuk mengambilkan Anala minum.

"Ma! Naura pipis," Jaeta masuk lagi ke dalam rumah sambil memberikan bocah kecil di tangannya kepada sang mama.

"Ih kamu! Kalau udah yang begini dikasih orang," omel Jeni mengambil Naura dari gendongan Jaeta.

"Tante bersihin ini dulu ya Anala," pamit Jeni pada Anala.

"Iya tante,"

Jaeta mengambil alih posisi duduk Jeni yang berada di depan Anala, "ngomong apa aja sama mama dan Kak Tal?"

"Bukan apa-apa, cuma ngegosipin kamu dikit aja,"

"Pantesan telingaku gatal," Jaeta menggaruk telinganya sambil mengangkat kakinya keatas sofa duduk dengan sangat santai memainkan ponselnya.

"Jae, itu kakak kamu yang dokter ya?"

"Iya, emang yang mana lagi? Kakakku cuma itu,"

"Cantik ya,"

"B aja sih, eh! Tapi darimana kamu tahu kalau Kak Tal dokter?" Jaeta tersadar dan menatap Anala penasaran.

"Lihat instagram kamu."

"Kamu follow? Apa kubilang, kamu penggemarku kan??" tawa Jaeta menggoda Anala dengan semangat.

"Emang kalau ngefollow artinya penggemar? Haters kamu juga follow kali, malah lebih banyak mereka yang aktif ngerespon tiap postingan kamu."

Jaeta terkekeh, "kamu benar-benar memperhatikan akunku ternyata. Ayo sini apa nama instagrammu biar aku follback. Kapan lagi kan di follow penyanyi kece sepertiku?"

"Nggak perlu, makasih,"

"Cie asik bener ngobrolnya? Hayuklah lanjut ini pakai minum sama cemilan biar makin asik. Tahu aja bisa jadi ehem kan?" Talya datang meletakkan minuman dihadapan Jaeta dan Anala.

"Ehem apaan kak?" balas Jaeta langsung mencomot makanan yang terhidang.

"Ya ehem, itu aja nggak ngerti. Kan kalau sama Anala, kakak bisa punya barang-barang bagus, ya nggak Nala?" Talya tertawa pada Anala dengan penuh kode.

"Udah ah sana, urusin anak. Yang punya anak siapa, yang ngurusin malah siapa." Jaeta mengusir kakaknya yang sudah akan ikut duduk diatasnya.

"Modus banget nih bocah biar bisa berduaan sama anak gadis orang," Talya mencubit pipi adiknya gemas dan kembali berlalu ke belakang.

"Kakak kamu lucu, nggak jutek kayak yang kamu bilang sebelumnya," tawa Anala.

"Lucu apanya? Dia itu mengerikan,"

Anala hanya geleng kepala dan meminum minuman yang tersedia karena haus.

"Emang benar ya kalau kamu nggak boleh pacaran sama agensimu?" Anala membuka topik pembicaraan baru karena penasaran.

Jaeta mengangguk cuek kembali menyandarkan tubuhnya dengan nyaman ke sofa, "tapi itu tidak masalah."

"Benarkah? Sampai kapan?"

"Aku tidak tahu pasti, yang penting jalani saja dulu."

"Lalu bagaimana hubunganmu dengan Echa?"

avataravatar
Next chapter