6 Enam

"Kemana aja? Anak gadis kelayapan aja kerjanya malam-malam,"

Anala yang baru membuka pintu rumah dibuat kaget oleh kembarannya Kenzi, yang duduk di sofa ruang tamu sambil memainkan ponsel.

"Ngagetin aja sih? Papa sama mama mana?" tanya Anala duduk disebelah Kenzi sambil meminum teh hangat milik lelaki yang sudah memakai pakaian tidur itu.

"Ada tapi udah di kamar. Darimana?"

"Biasalah, nyari angin,"

"Angin kok dicari? Nih ada, haaah!" Kenzi membuka mulutnya lebar-lebar tepat diwajah Anala dan tertawa.

"Ih bau bangke! Kurang ajar banget sih si gembul!" sungut Anala menutup hidungnya dan memukul kembarannya itu.

Anala dan Kenzi adalah saudara kembar, Kenzi adalah si sulung yang kerap dipanggil 'gembul'. Bukan tanpa alasan saudara satu-satunya Anala ini dipanggil Gembul. Sejak kecil Kenzi memang memiliki badan yang jauh lebih tambun dibanding Nala, itu karena makannya banyak sedangkan Anala makan hanya sekedar untuk bertahan hidup.

Namun tidak sekarang, sejak SMA tubuh Kenzi sudah mulai atletis dan siapa sangka dulu dia pernah berbadan gendut? Perut besarnya sudah berubah kotak-kotak, lengannya berotot, tubuhnya tinggi tegap dan wajahnya yang tampan. Tidak ada alasan untuk tidak memalingkan wajah dari sulung keluarga Mahaprana ini, jangan lupakan juga otaknya yang pintar sehingga sudah siap untuk menggantikan posisi papanya dalam memimpin perusahaan besar milik keluarga.

"Enak aja bilang bau bangke! Harum gini kok, sini coba bauin lagi," Kenzi menarik Nala mendekat dan membuka mulutnya lebar-lebar lagi di depan wajah adiknya itu.

"Gembuuuuull bangke!!!" teriak Anala berteriak mendorong Kenzi sekuat tenaga hingga pria berambut hitam pekat itu terpental kebelakang.

"Astaga sakit tahu nggak? Dasar Nala gorila!" Kenzi bangkit sambil mengusap pinggangnya yang sakit. Adiknya ini memang punya kekuatan yang lumayan jika diajak ribut.

"Biarin, lagian jadi kakak nyebelin banget!"

"Biarin,  yang penting ganteng,"

"Songong banget si gembul, gembul aja sombong,"

"Aku udah ga gembul lagi, nih nggak lihat apa udah keren begini!?" tiba-tiba Kenzi menyibak baju yang ia kenakan melihatkan perut six pack miliknya pada Anala.

"Apaansih? Nggak peduli, sekalinya gembul ya gembul aja, nggak usah sok sok nge-gym, ngabisin duit aja," Anala memukul perut Kenzi dan menutup paksa aset berharga kembarannya itu.

"Iri mah begitu, aku doain kamu dapat suami gembul terus perutnya buncit,"

"Sembarangan banget!" Nala gemas ingin menarik mulut Kenzi yang bicara seenak jidat.

Kenzi yang akan mengoceh lagi menahan lidahnya memperhatikan penampilan sang adik, "sejak kapan kamu pakai pakaian begini? Serba hitam begini kayaknya bukan gaya kamu banget deh?"

"Hum?" Anala tersadar dengan pakaiannya.

"Tadi bukannya kamu keluar pakai hoodie putih? Kok sekarang udah ganti aja?" Kenzi menelisik dan tanpa sengaja mencium bau jaket yang Anala pakai.

"Ini kan bau parfum cowok? Darimana kamu? Wiih!? Anala cari angin bareng cowok!? Cari angin atau ngapain kamu!? Maaaaaaaaa!!! Anala jalan sama cowoooook malam-malaaaaaamm!!" tiba-tiba Kenzi berteriak mengadu.

"Astaga mulut cowok apa mulut emak-emak!?" Anala langsung menutup mulut Kenzi dengan tangannya.

"Ih Anala tangannya bau menyan!" Kenzi melepas tangan Nala dari mulutnya.

"Tukang ngadu banget sih!?"

"Ayoloh, darimana? Nala udah bisa mulai main sama cowok malam-malam nih, eaak, siapa Nal? Pasti masih gantengan Kenzi lah ya,"

"Udah ah jangan banyak bacot. Aku mau tidur, capek!" Anala bangkit sambil mengambil topi yang tadi ia letakkan di meja.

"Kabur, nggak mau cerita nih?"

"Oh iya mbul, bahan yang aku minta harus udah ada besok ya," Anala menghentikan langkahnya dan mengingatkan Kenzi yang sepertinya juga akan bergerak ke kamarnya.

"Bahan yang mana?"

"Ituloh, yang aku bilang dua hari yang lalu. Aku mau ngerjain rancanganku besok, harus bahan yang aku minta, bukan yang lain-lain!"

"Enak ya, dipikir itu perusahaan bapaknya apa? Apa yang diminta mesti dapat langsung?" sungut Kenzi sambil merapikan gelas teh miliknya tadi.

"Lah emang,"

"Oh iya benar juga,"

"Siapa yang pintar?"

"Anala,"

"Siapa yang bego?"

"Papa, heheheh," Kenzi berbisik dan terkekeh.

"Ih dasar, anak durhaka. PAAAA!! GEMBUL NGATAIN PAPA!!" teriak Anala yang langsung di bekap Kenzi.

"Ngadu mulu sih gorila,"

"Ken Nala!!! UDAH MALAM!!! KALAU MAU RIBUT BESOK PAGI!!!" terdengar teriakan balasan dari si kepala rumah tangga yang membuat Kenzi dan Anala terdiam dan berlari ke kamar masing-masing.

*

Anala memperhatikan jaket dan topi hitam yang terletak diatas mejanya. Tadi saat di swalayan, Jaeta memaksanya untuk saling bertukar jaket dengan alasan menghindari fansnya. Walau awalnya tidak mau, tapi karena alasan kasihan Anala setuju.

Benar saja, Jaeta bisa kabur menggunakan hoodie milik Anala tanpa hambatan sedikitpun, sedangkan Nala harus berhadapan dengan gerombolan fans pria itu yang menyangka dirinya adalah Jaeta.

Tanpa sadar sudut bibir Nala terangkat karena tersenyum mengingat kejadian tadi. Walau rasanya aneh, tapi ada kepuasan tersendiri dapat membantu pria itu.

Tangan Anala bergerak membuka ponselnya sambil membaringkan tubuhnya diatas ranjang.

"Popularitasnya ternyata memang sedang bagus," komentar wanita bermata besar kecokelatan itu memperhatikan layar ponselnya setelah mencari kata kunci 'Jaeta' di pencarian internet.

Sebelumya Anala bukan orang yang tahu banyak tentang dunia hiburan. Masalah kerja sama brand nya yang bisa dibilang masih baru dengan perusahaan musik tempat Jaeta berada adalah atas saran dari papanya yang berteman dengan pimpinan perusahaan musik itu.

"Dia seumuran denganku," tambah Nala lagi membaca biodata Jaeta di internet dan terus menscrol semua informasi yang tersedia.

"Pas sekali dengan produk baru yang akan kukeluarkan. Karakter, image, bentuk tubuh dan wajahnya," Nala terhenti memperhatikan sebuah foto Jaeta.

Nala kembali tersenyum tanpas sadar melihat foto-foto Jaeta, "sikap menyebalkannya tidak terlihat sama sekali, dia benar-benar bisa membohongi publik. Bahkan semua komentar memuja-mujanya berlebihan. Wajah tampannya memang dia gunakan dengan baik,"

"Apa aku harus coba mendengar lagunya?" Anala yang awalnya ragu akhirnya memutuskan untuk mendengarkan lagu milik Jaeta melalui sebuah aplikasi mendengarkan musik yang mana lagunya masih berada di chart trending dan ditemukan dengan mudah.

Anala meletakkan ponselnya disamping nya mulai mendengarkan lagu Jaeta dengan mata yang semakin lama makin redup dan akhirnya terlelap dengan nyenyak.

avataravatar
Next chapter