18 Chapter 5: Black Wolf Forest part 2

Noir segera bergabung pada barisan kedua. Yaitu para penduduk yang memakai  peralatan seperti sekop, cangkul, dan juga tombak runcing. Ia menyiapkan diri dengan pedangnya. Meski begitu, ini adalah situasi dimana hidup dan mati Noir untuk kedua kalinya setelah melawan Andrius.

Noir ingin mundur jika bisa, namun untuk bertahan hidup di dunia seperti ini. Pengalaman bertempur adalah sesuatu yang teramat-amat penting, jadi tidak ada jalan mundur bagi Noir. Ia harus bertarung untuk menambah level dan pengalaman agar mampu melindungi diri dari situasi situasi berbahaya seperti ini, yang mungkin saja terjadi di masa depan nanti.

GRR!!

Black Wolf mulai menyerbu, dan penduduk yang ada di barisan kesatu dengan tubuh yang kekar mulai bersiaga. Noir heran bagaimana mereka mampu mendapatkan otot-otot seperti itu di saat desa mengalami krisis ekonomi. Tapi, mari kesampingkan hal itu terlebih dahulu dan fokus dengan apa yang ada di depan.

"Baris kesatu!! Mulai posisi!!"

"Haaa!!"

Orang-orang berotot dari barisan kesatu juga segera menerjang. Lalu mereka menahan segerombolan Black Wolf tersebut dengan tubuh besar mereka.

Alhasil, gerakan Black Wolf tersebut mulai terhenti karena orang-orang itu. Namun, bukan berarti ini sudah jelas kemenangannya, meski orang-orang itu memiliki otot yang kekar, tetapi mereka tidak dapat bertahan dalam waktu yang lama.

Seharusnya, sekarang adalah giliran baris ketiga yang berisi pemanah untuk melancarkan aksinya. Dengan menghujani para Black Wolf anak panah, dapat mengurangi jumlah sekaligus beban yang di pikul oleh orang-orang berotot itu.

"Barisan kedua! Bersiap memulai serangan!!"

Tunggu, apa?

Noir terkejut. Mendengar seorang pria yang sedari tadi memberi perintah disampingnya ini tidak memilih barisan ketiga untuk menyerang terlebih dahulu. Jika barisan kedua menyerang, maka barisan ketiga tidak akan memiliki kesempatan untuk membidik yang akan menjadi akhir bagi desa ini.

Orang ini, dia sama sekali tidak memikirkan konsukuensinya dan terlalu fokus pada kerusakan lawan.

"Tunggu dulu..." Noir menyela pria tersebut. Seketika pandangan semua orang tertuju ke arahnya. "Akan lebih baik jika barisan ketiga dulu yang menyerangnya."

Seketika mata semua penduduk desa melebar karena pernyataan dari Noir.

"K-Kau. Kau tidak tahu apa yang terjadi sekarang? Disini adalah situasi hidup dan mati kau tahu? Dan orang luar sepertimu tidak berhak untuk melakukan bualan bodoh seperti itu." balas pria itu. Dan semua warga desa juga sepakat dengannya.

"Aku mengerti, lalu bisakah kau jelaskan tentang kinerja rencana yang kau buat sekarang?" tanya Noir tanpa ekspresi sama sekali.

"Brengsek! Kau tidak bisa membaca suasana ya!! Anggota kerajaan sepertimu--"

"Bukan begitu..." Noir mendengus kesal. Baru kali ini ia harus banyak bicara dengan orang lain. "Seorang pemimpin adalah nyawa dari semua bawahannya. Jika pemimpin mereka gegabah, maka akan menimbulkan mala petaka kepada bawahannya juga. Oleh sebab itu, aku menanyakan apa yang kau rencanakan karena ingin mendapat kepastian tentang bagus atau tidaknya itu. Ini bukan hanya tentangku saja, tetapi warga desa pasti juga ingin mendapatkan kepastian dari orang yang sekarang memimpin. Bagaimanapun, nyawa mereka adalah taruhannya."

Noir berkata seperti itu karena merasa bahwa pria itu adalah pemimpin dari seluruh penduduk desa disini. Dari awal sampai sekarang, dia adalah orang yang bertugas untuk memberi arahan kepada yang lain.

Pemimpin, adalah seorang yang memegang kendali atas hak banyak orang. Mereka adalah orang yang memikul banyak beban di pundak mereka. Entah itu kewajiban, kehormatan, ataupun nyawa banyak orang.

Pemimpin yang gegabah hanya akan menjadi pondasi yang rusak bagi kelompok itu. Oleh sebab itu, Noir menanyakan tentang detail dari rencana yang dibuat oleh orang itu. Bagaimanapun juga, ia tidak ingin mati disini.

Seluruh penduduk desa sekarang tidak menatap ke arah Noir, melainkan kini sudah berpaling pada pria tersebut. Tampaknya perkataannya sebelumnya memberikan efek yang kuat bagi pikiran mereka.

Pria itu mulai mendecakkan lidahnya.

"Baiklah, akan kujelaskan." ucap pria tersebut. "Ada alasan mengapa aku membagi formasi menjadi tiga barisan, satu untuk menahan gerakan Black Wolf sementara. Kedua, baris kedua akan menyerang sementara baris kesatu akan mundur menggantikan untuk melindungi baris ketiga yang merupakan para pemanah, setelah itu. Para pemanah akan membidik para Black Wolf dengan tenang karena mendapat perlindungan."

Lalu, setelah pria itu menjelaskan. Seluruh tatapan penduduk desa beralih kembali pada Noir. Jelas sekali, mereka juga ingin mendengar tentang alasannya yang membuat barisan ketiga menyerang terlebih dahulu dibanding barisan kedua.

"Sekarang aku sudah menjelaskannya, itu terlalu jelas bagimu bukan?" ucap pria tersebut. "Kemudian, ini adalah giliranmu untuk menjelaskan bagaimana tentang alasan atas usul yang kau bicarakan."

Dia bukan pria yang buruk, Noir berpikir bahwa mungkin pria ini tidak akan menanyakan tentang usulnya karena merasa bahwa rencana yang dibuatnya sudah sempurna. Tetapi dia tetap menanyakan alasannya karena memiliki rasa tanggung jawab seorang pemimpin dari seluruh desa.

Nyawa seluruh penduduk desa, ada di pundak pria itu.

"Hmm..." Noir mengangguk sejenak. " Pertama, rencanamu itu tidak terlalu buruk. Tapi terdapat suatu celah di dalamnta."

Seluruh mata penduduk desa melebar, termasuk pria tersebut.

"Apa maksudmu?"

Noir mulai melanjutkan. "Inilah yang kumaksudkan dengan celah, jika saja aku tidak menghetikanmu untuk memberikan perintah pada barisan kedua. Maka formasi akan melenceng dan berakhir dengan malapetaka. Setelah barisan kedua menggantikan barisan pertama untuk menangani Black Wolf itu. Maka barisan ketiga tidak akan mampu membidik karena kalian sedang bertarung dengan sekawanan serigala itu.

Itu tadi adalah celah yang pertama, yang kedua adalah, setelah barisan ketiga tidak mampu membidik, maka kami yang barisan kedua. Akan mengalami kesulitan dalam melawan Black Wolf karena kalah dalam jumlah maupun kekuatan. Dengan terdesaknya situasi tersebut, maka pilihan terakhir yang dibuat adalah..." Noir menghentikan perkataannya sejenak.

Penduduk desa yang mendengarkan nampak tegang dan menjadi serius.

"Pilihan pertama, barisan ketiga mau tidak mau harus membidik para Black Wolf itu dengan mengorbankan barisan kedua untuk mendapatkan kemenangan. Yang kedua adalah, kehancuran total desa ini dengan tidak adanya dari kalian yang selamat... Termasuk rumah, dan keluarga kalian."

Mendengar itu, spontan semua orang menjadi terkejut. Mereka tidak menyadari bahwa terdapat celah mematikan dalam rencana pria pemimpin itu. Noir menjelaskan dengan menekankan suaranya sedikit tinggi waktu menjadi akhir, seolah mengatakan bahwa perkataannya itu akan benar-benar terjadi nantinya.

"Ray, kami sudah tidak dapat bertahan lebih lama lagi! Cepatlah!!"

Salah seorang dari pria berotot barisan pertama berteriak sambil menahan para Black Wolf itu. Sepertinya pria pemimpin ini namanya adalah Ray. Wajahnya nampak dibanjiri dengan keringat dingin, sekarang dia tahu bahwa ada celah di rencananya itu. Jadi, tindakan apa yang dilakukannya pria ini selanjutnya?

"Aku mohon...!!" Ray menundukkan kepalanya. Diikuti oleh para penduduk desa. "Tolong selamatkan desa ini, maafkan aku karena telah bersikap sembrono!"

Noir tersentak kaget dengan apa yang mereka lakukan sekarang ini. Mereka semua menunduk ke arahnya dengan raut wajah ketakukan sekaligus cemas. Disaat itulah, Roseline dan anggota Divisi lainnya datang.

Mereka sudah mengenakan perlengkapan siap tempur, dan tentu saja mereka bingung kenapa semua penduduk desa membungkuk kepada Noir.

"Noir, apa yang terjadi disini?" Roseline mendekat. Dan bertanya kepada Noir.

Noir menatap Roseline. Namun sebelum ia mulai menjawabnya. Pria yang bernama Ray itu segera angkat suara dan menjelaskan tentang situasinya kepada Roseline. Tentang Noir yang menyusun rencana akurat dan lebih baik daripada mereka. Noir juga mengoreksi kesalahan dari rencana yang Ray buat.

Roseline terkejut setelah mendengarkan itu, lalu dia menatap ke arah Noir.

"Noir...." Katanya dengan nada rendah namun menekan. "Kita akan mengikuti rencana yang kau buat."

Dengan begini, untuk pertama kalinya. Noir menjadi seorang Commander di dunia lain.

avataravatar
Next chapter