webnovel

Step

Untuk sementara waktu tidak ada yang terjadi, Richard mendapat jawaban atas segala hal yang tidak ia pahami seumur hidupnya dalam satu malam dan sesungguhnya ia merasa begitu mati tanpa rasa. Orang tuanya menyembunyikan banyak rahasia, pun orang-orang di sekitarnya lebih memilih untuk membuatnya menjadi lelucon.

Sebanyak yang ia bisa, Raja itu hanya berusaha untuk menjaga Redd disisinya. Dengan bantuan Pasukan Khusus mereka memidahkan perawatan Ratu ke salah satu estate kerajaan di tepi Chevailer, dengan keterbatasan pelayan dan perlindungan ekstra, karena keberadaan Ratu akan menjadi masalah jika diketahui publik.

"Apa yang akan kau lakukan setelah ini?" Redd bertanya sementara mereka berbaring bersama. Merengkuh erat tanpa lepas sedikit pun.

"Menangkap orang-orang yang menyakitimu."

Redd tersenyum sedikit. "Tidakkah kau berpikir bahwa Justin juga sebenarnya terluka? Orang tuanya meninggal dengan begitu tidak adil."

"Tapi dia membalas dendam."

"Ya," Ratu itu mengiyakan. "Karena dia terluka."

"Apa kau mengasihaninya sekarang?"

"Dia pernah menjagaku," Redd melepas tawa sedih. "Dia pernah melindungiku, sekalipun dia memiliki alasan yang buruk. Dia pernah berusaha, dia kehilangan orang tuanya dengan cara yang kejam saat muda. Menurutmu bagaimana bisa ia tumbuh tanpa luka?"

Richard diam sejenak, "Yah. Kau benar. Kita mungkin tetap berhutang permintaan maaf."

"Jika nanti kau harus berhadapan dengannya," Redd memulai. "Bisakah kau tetap melindunginya? Pastikan dia baik-baik saja. Kita akan menghukumnya dengan cara lain."

Raja itu ragu, hendak menjawab tidak namun tatapan Redd meluluhkannya. "Ya. Baiklah. Aku berusaha, tidak berjanji. Hanya berusaha."

Redd terkekeh, kembali membenamkan diri dalam pelukan dan menarik nafas. Membiarkan Richard menyentuh perutnya dengan sayang. "Apakah harimu sulit setelah aku tidak ada?"

"Sulit, sangat sulit." Richard menghela nafas. "Aku merasa seperti akan mati setiap harinya, rasanya kosong setiap aku terbangun tanpa dirimu. Menyadari betapa bodohnya aku karena membiarkanmu pergi begitu mudah."

"Hei," Redd menyentuh pipi pria itu. "Kau sudah melakukan segala hal yang kau bisa untuk melindungiku."

"Tapi aku tetap kehilangan dirimu, kan?"

"Aku rasa itu yang terbaik, jika tidak, kau tidak akan menemukanku."

Raja itu terkekeh serak sebelum membenamkan wajah di helaian rambut Redd. "Ya, kau mungkin benar."

"Jangan pikirkan apapun, aku disini dan aku tidak akan pernah pergi lagi."

Richard terkekeh. "Tentu saja, kau tidak boleh pergi lagi."

...

Tengah malam, segera setelah Redd tertidur, Raja itu bangkit dan bergerak menuju ruang kerja. Sore tadi ia sudah meminta Charles untuk memanggil anggota Pasukan Khusus, ia harus menyelesaikan semuanya dan terutama ia harus menangkap Andrew dan Justin. Mereka menghilang segera setelah penyelematan, jejak mereka tidak ditemukan dan sisa pengawal yang berada di pihak mereka dan sudah ditangkap, tidak menghasilkan apa-apa. Kedua pria itu bekerja dengan baik, tidak memberi informasi pada lingkaran tidak penting sehingga keberadaan mereka tidak diketahui.

Kemudian masalahnya, Richard tahu mereka di luar sana dan tengah merencanakan sesuatu.

"Menurutmu kau bisa menemukan mereka?" Raja itu bertanya pada sosok pemuda di ujung ruangan, yang kini duduk dengan seperangkat komputer raksasa bersama bebatan kuat di perutnya untuk peyembuhan.

"Bisa." Pemuda itu mengangguk. "Leo bisa melakukan segalanya."

Richard hanya mengangguk, Leo kembali segera setelah ia cukup pulih, dengan alasan bahwa ia masih bertanggung jawab akan Ratu dan Richard tidak bisa berbuat banyak, maka selanjutnya Raja itu memutar posisi menghadap Louis dan Howie. Termasuk Gwen, Charles sendiri, serta Kylie. Anggota kelompok tujuh yang kini berada di bawah komandonya. Seharusnya ada satu orang yang tidak ada, namun dengan tegas Charles menjelaskan bahwa pemimpin Kelompok Tujuh adalah dirinya dan satu orang lainnya baru saja mati dalam misi.

"Aku mau kalian menemukan mereka berdua." Raja itu berujar. "Hidup ataupun mati."

"Mereka tidak mungkin pergi jauh," Luois berkata tenang. "Mereka masih ada di Chevailer, namun entah dimana."

"Aku yakin soal itu," Richard mengangguk. "Jika—"

Kalimat Richard terhenti kala tiba-tiba ponsel di sakunya berbunyi nyaring, Raja itu bersegera mengangkat sementara kesemuanya hening; menatap layar yang kini menampilkan nomor tidak di kenal yang memberinya prasangka.

"Halo."

"Richard," suara itu menyahut dengan kekehan. Suara tidak asing yang membuat Raja Chevailer itu gemetar marah.

"Andrew."

"Terkejut karena kau tahu bahwa ini adalah aku," tawa sarkas.

"Jangan berbelit, katakan apa yang kau inginkan Bajingan?" Raja itu menggeram. "Sebaiknya cepat, karena aku akan membawamu ke penjara."

"Ah," Andrew terkekeh. "Tidak pernah belajar, selalu. Berpikir bahwa kau bisa melakukan semuanya ketika tidak ada yang bisa kau lakukan. Jangan cemas, aku akan memberimu sebuah penawaran."

"Apa maksudmu."

"Aku memiliki Violet, berikan padaku tahta dan aku akan memberikan Violet padamu."

"Kau pikir ancamanmu akan bekerja?!"

"Richard. Aku tidak bodoh untuk memahami bahwa Violet bisa digunakan sebagai alat pemusnah masal, dan kau tahu itu. Sekarang aku memiliki Violet dan Justin yang siap mencabik-cabikmu, jadi berpikirlah dengan baik. Berhenti menjadi angkuh."

"Kau—,"

"Membiarkan istrimu bebas bukan masalah, aku tidak membutuhkan wanita itu walau aku tergoda untuk membunuhnya seperti Wendy."

Nada Richard menjadi tajam, sementara matanya sekilas jatuh pada anggota Pasukan Khusus yang ikut terdiam. "Apa maksudmu? Ada apa dengan Wendy?"

"Satu rahasia yang disembunyikan darimu bukan Richard?"

"Apa?"

"Temui aku di dermaga, berikan aku tahta seperti yang seharusnya. Pewarismu, lagipula istrimu sudah mati, dan aku yang harusnya mewarisi tahtamu. Berikan pernyataan itu dan akan kau dapatkan Violet."

"Kau tidak bisa—"

"Besok sore Richard, besok sore. Pastikan kau tidak membawa pengawalmu atau kau akan menyesal."

Lantas setelahnya panggilan itu di tutup. Dengan cepat Richard mencoba menghubunginya balik, walau gagal dan kala ia meminta Leo untuk melacak; pemuda itu hanya mengatakan bahwa panggilan itu dilakukan di sebuah telepon umum pinggiran.

"Kita akan menemuinya di dermaga besok sore, tanpa pengamanan."

"Yang Mulia Anda tidak bisa—"

"Kalian akan cukup, aku ingin bertemu dengannya dan membuatnya mengungkapkan semuanya."

Charles berdeham. "Kalau begitu kita harus menyusun rencana. Andrew cerdik, dan kita harus melawannya."

"Ya. Aku paham soal itu."

"Apakah menurut Anda," Louis bertanya. "Semua akan baik-baik saja, bisa saja dia tidak menepati janjinya. Dia mungkin hanya main-main atau menipu Anda."

Hening sejenak.

"Itu bisa jadi," Raja itu mengiyakan. "Tapi dia sudah kehilangan terlalu banyak untuk melawan, dia menantangku untuk mengambil Violet dan itu adalah pilihan terakhirnya."

Kesemuanya hanya diam, saling melirik tanpa kata.

"Lebih lagi dia mengatakan sesuatu tentang Wendy dan aku paham itu berarti sesuatu. Andrew terlibat dalam apapun yang pernah terjadi di masa lalu itu, dan aku harus mengerti. Aku paham kalian mungkin tahu sesuatu," Richard melirik sekelilingnya. "Tapi masalah ini, aku ingin menghadapinya sendiri."

...

Next chapter